"Sudah, nanti kamu juga bakalan tau sendiri," jawab Dewi sembari memperbaiki posisi duduknya, namun seketika keningnya berkerut saat melihat sebuah benda berserakan di lantai.
..........
"Alat tes kehamilan siapa ini?" tanya Dewi sembari mengambil alat tes kehamilan yang sudah dipakai tersebut.
"Itu punya, punya, punya temen aku kak," jawab Kinar gugup.
"Temen kamu yang mana? Kenapa alat tes ini ada di sini? Tolong jujur sama kakak Kinar," ucap Dewi lagi. Nampaknya Dewi tidak percaya dengan alasan sang adik.
Kinar pun diam. Air matanya jatuh tertunduk, sedangkan Eza terlihat cemas. Eza takut kalau Kinar jujur kepada kakaknya.
"Kamu kenapa diam Kinar? Ayo jawab kakak! Ini alat tes kehamilan punya kamu kan?" tanya Dewi dengan nada cukup tinggi.
"Sayang sudah, jangan desak Kinar seperti itu. Siapa tau alat tes kehamilan itu benar-benar milik temannya Kinar," ucap Eza angkat suara. Ia mencoba membela Kinar agar Kinar tidak tersudutkan dan membongkar siapa ayah dari anak yang ia kandung.
"Tapi mas...." balas Dewi terputus.
"Sayang, dengarkan aku baik-baik. Coba tenangkan dirimu dulu, aku yakin, ini semua pasti salah paham," ucap Eza mencoba menenangkan sang istri.
"Salah paham dari mana? Coba kamu lihat mas, ini ada alat tes kehamilan di apartemennya Kinar. Dan Kinar sendiri terlihat panik seperti itu," balas Dewi begitu nyalang.
"Ya bisa jadi alat itu benar-benar punya temannya sayang," ucap Eza lagi. Eza masih berusaha untuk meyakinkan Dewi untuk percaya dengan ucapan Kinar.
"Baik, begini saja, kalau memang alat tes kehamilan itu milik teman kamu, sekarang kakak mau kamu juga melakukan tes yang sama. Jika memang hasilnya negatif, maka kakak akan percaya sama apa yang kamu katakan," ujar Dewi seketika membuat Kinar dan Eza terkejut. Kedua pasangan selingkuh itu terlihat panik. Bagaimana tidak, jika Dewi melakukan tes, maka hasilnya pasti akan positif.
"Untuk apa sih kak, ngga ada gunanya juga," bantah Kinar. Jelas Kinar menolak untuk melakukannya. Jika Kinar setuju, maka semuanya akan terbongkar.
"Nggak ada gunanya apa? Kakak mau memastikannya sendiri kalau kamu itu benar-benar tidak hamil," ucap Dewi lagi.
"Tapi kak," balas Kinar terputus.
"Apa jangan-jangan kamu takut karena kamu benar-benar hamil?" tuduh Dewi lagi.
Kinar pun terdiam beberapa saat, begitu juga dengan Eza dan juga Dewi. Hingga di detik berikutnya....
"Maafkan aku kak, itu memang alat tes kehamilan punya aku. Aku hamil kak," ucap Kinar sembari meneteskan air mata.
Bagai petir disiang bolong, Dewi pun terperangah. Ia shock dan terkejut bukan main. Bagaimana tidak, baru saja adik satu-satunya, adik kesayangannya menyatakan kehamilannya. Seharusnya kabar kehamilan dari Kinar adalah kabar bahagia untuk Dewi. Namun karena Kinar hamil tanpa suami, Dewi sebagai kakak sangat hancur dan malu sekali.
"Ja, ja, jadi kamu, kamu, kamu benaran hamil? Siapa? Siapa ayah dari anak itu Kinar?" tanya Dewi menatap kecewa kerah sang adik.
Disitulah Eza terlihat gelisah dan juga cemas. Ia takut kalau Kinar akan menyebutkan siapa ayah dari anak yang ia kandung saat ini.
"Jawab kakak Kinar, siapa ayah dari anak itu?" tanya Dewi sekali lagi.
"Dia, dia, dia, kakak tidak perlu tau siapa ayah dari anak ini kak. Cukup aku saja yang tau. Aku tidak mau menambah masalah lagi kak," jawab sang adik memilih untuk bungkam. Kinar tidak mau rumah tangga kakaknya menjadi berantakan karenanya.
"Tidak Kinar, kakak harus tau siapa ayah dari anak itu. Ayo cepat katakan!" bentak Dewi kali ini dengan suara cukup nyaring.
Kinar pun kembali diam. Kinar merasa bingung harus jujur atau tetap menyembunyikan siapa ayah dari anak yang tengah dikandungnya. Jika ia jujur, maka rumah tangga kakaknya dijamin hancur. Tapi, jika ia terus menyembunyikan siapa ayah dari anaknya, ia akan terus di desak oleh Dewi dan juga kedua orang tuanya pastinya.
"Kinar, kenapa kamu diam?" tanya Dewi lagi.
"Maafkan aku kak, cukup ini menjadi privasiku. Aku mohon pengertiannya kak," jawab Kinar menundukkan kepalanya.
"Sudahlah sayang, biarkan Kinar menenangkan dirinya dulu. Lebih baik kita pergi sekarang," ucap Eza mencoba mengajak istrinya untuk meninggalkan apartemen Kinar.
Awalnya Dewi tidak mau meninggalkan apartemen Kinar tanpa mengatahui siapa ayah dari anak yang dikandung oleh adiknya itu. Namun, setelah dibujuk oleh suaminya Eza, Dewi pun menurut dan saat ini mereka sedang diperjalanan menuju rumah.
"Mas, bagaimana caranya memberi tau ibu dan juga ayah? Mereka pasti sangat marah dan juga kecewa sekali kalau tau Kinar hamil di luar nikah," ucap Dewi saat mereka hampir sampai di rumah.
"Kamu yang tenang ya. Kita lihat dulu keadaan di rumah. Kalau ibu sama ayah mood nya bagus, kita akan beritahu mereka secara perlahan. Mau bagaimana pun juga, mereka harus tau tentang Kinar," jawab Eza menatap Dewi sekilas.
Sementara itu, setelah kepergian Dewi dari apartemen Kinar, Kinar langsung ambruk lemah ke lantai. Ia menangis sejadi-jadinya menyesali apa yang telah terjadi kepada dirinya.
"Masa depanku sekarang sudah hancur. Maafkan aku kak, maafkan aku," ratap Kinar benar-benar menangis menyesali perbuatannya.
Ditempat lain, Dewi dan Eza baru saja sampai rumah. Begitu sampai di dalam rumah, Dewi dan Eza langsung disambut oleh Ratih sang ibu.
"Kalian dari mana?" tanya sang ibu menatap Dewi dan juga Eza secara bergantian.
"Kami, kami, kami dari apartemennya Kinar bu," jawab Dewi seketika membuat perasaan sang ibu menjadi tidak baik lantaran melihat mata Dewi yang sembab dan caranya berbicara yang berbeda.
"Apa kalian baru saja bertengkar? Atau ada sesuatu yang sudah terjadi kepada Kinar?" tanya Ratih menatap wajah putri sulungnya itu.
Degh
Mendapat pertanyaan seperti itu dari ibunya, sontak raut wajah Dewi berubah menjadi raut wajah panik.
"Jawab ibu Dewi! Apa yang sudah terjadi sebenarnya?" desak bu Ratih dengan nada cukup tinggi dan penuh tekanan.
Mendapatkan desakan dari sang ibu, Dewi pun merogoh tasnya dan mengeluarkan alat tes kehamilan yang ia bawa dari apartemen Kinar tadi dan memperlihatkannya kepada sang ibu.
"Tes kehamilan? Kamu, kamu hamil Wi?" ucap Bu Ratih dengan mengulas senyum bahagianya.
"Ngga bu, ini, ini, ini adalah alat tes kehamilan milik Kinar," jawab Dewi seketika membuat Bu Ratih terkejut dan menutup mulutnya dengan tangan. Wanita paruh baya itu bagaikan disambar petir saat Dewi mengatakan hal yang tidak masuk di akal tersebut.
"Kamu bilang apa? Kinar, Kinar hamil?" tanya Bu Ratih kembali memastikan apa yang baru saja ia dengar.
"Iya bu, Kinar hamil," jawab Dewi kembali memastikan.
Pandangan Bu Dewi seketika menjadi gelap, dan di detik utu juga, ia ambruk dan tak sadarkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Atik R@hma
si Eza, serakah brani berbuat gk tanggung jwb greget aku😡🤬
2024-12-19
0
Ita rahmawati
si eza bner² pengecut,,apa maksudnya coba dia takut kinar jujur siapa ayah dari anaknya 😏🙄
kinar juga ogeb mau aja ditidurin sm kakak ipar sendiri,,cinta² apalah bgtu,,makan pisang barengan sm kakaknya,,jijik tau 🤮
si eza nya mah iya aja menang banyak dia celup sana sini 🤣
2024-12-02
1