Bab 15

"Ayah maafkan aku Hiks, Hiks," gumam Kinar menangis terisak. Ia benar-benar menyesali apa yang telah terjadi kepada dirinya.

..........

"Maafkan? Apakah kata maaf dari kamu bisa membalikkan keadaan Kinar? Katakan Kinar, katakan, siapa laki-laki itu. Siapa laki-laki sialan yang sudah menghamili kamu Kinar!?" ucap sang ayah dengan nada tinggi.

Untuk beberapa saat, keadaan menjadikannya senyap. Baik sang ayah dan juga Dewi tengah menunggu jawaban dari Kinar. Begitu juga dengan Eza, ayah dari anak yang dikandung oleh Kinar. Eza cukup cemas dan juga takut. Ia takut dan tidak bisa membayangkan jika Kinar memberi tau siapa ayah dari anak yang tengah dikandungnya saat ini.

"Jawab ayah Kinar, kenapa kamu diam saja? Katakan, siapa laki-laki itu?" tanya sang ayah sekali lagi.

"Ma, maafkan aku ayah, aku tidak bisa memberi tahukan siapa laki-laki itu. Ini adalah kesalahanku, biarkan aku yang menanggungnya," jawab Kinar tanpa berani menatap wajah kecewa cinta pertamanya itu.

Jawaban Kinar baru saja membuat Eza bisa bernafas dengan lega.

"Jangan bodoh Kinar. Mau bagaimana pun, laki-laki itu harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Kamu tidak bisa melepaskannya begitu saja. Apa kata orang nanti jika kamu melahirkan tanpa suami? Mau ditaruh dimana muka keluarga kita Kinar?" ucap sang ayah dengan wajah merah padam.

"Aku ngga bisa meminta pertanggung jawabannya ayah. Aku ngga mau menjadi wanita yang merusak rumah tangga orang. Aku mohon ayah, jangan paksa aku untuk mengatakan siapa laki-laki itu. Cukup aku saja yang tau. Jika ayah malu, aku akan meninggalkan rumah ini dan membesarkan anak ini sendirian," jawab Kinar seketika membuat ayahnya dan juga Dewi terkejut bukan main. Mereka tidak menyangka jika Kinar hamil dengan laki-laki yang sudah memiliki istri.

Plak

Satu tamparan kembali mendarat di pipi mulus Kinar. Kali ini tamparannya begitu keras dan membuat semua orang yang ada di rumah itu tersentak.

"Ibu," ucap Dewi dan ayahnya. Sedangkan Kinar, hanya bisa diam menahan perih dan juga malu di hadapan keluarga. Begitu juga dengan Eza yang tidak bisa berbuat apa-apa.

"Jadi ayah dari anak yang kamu kandung itu adalah suami orang? Haa? Begini kah cara kamu membunuh kami orang tuamu? Apakah kamu serendah dan semurahan itu sebagai seorang wanita? Ibu menyesal Kinar, menyesal karena sudah melahirkan kamu ke dunia ini," ucap Ratih dengan wajah penuh amarah. Ia menatap Kinar dengan tatapan nyalang dan juga benci.

Kinar diam, hatinya begitu sakit saat sang ibu, wanita yang ia sayangi dan ia hormati berkata sedemikian lantang kepadanya. Hatinya hancur sehancur-hancurnya. Namun Kinar tak bisa berbuat dan berkata apa-apa selain diam dan menitikkan air mata.

"Bu, ibu sudah, ibu balik ke kamar ya. Ibu masih pucat dan lemah. Biar Kinar menjadi urusan aku sama ayah dan Mas Eza ya bu," ucap Dewi hendak membawa sang ibu kembali ke kamar. Namun ibunya menolak.

"Tolong ambilkan ibu pisau Dewi!" perintah sang ibu tiba-tiba.

"Pisau? Untuk apa bu?" tanya Dewi mengernyitkan keningnya.

"Untuk ibu tikamkan ke jantung ini. Biar adek mu ini puas melihat ibu mati di hadapannya," jawab sang ibu membuat Kinar mengangkat kepalanya dan menatap sang ibu.

"Bu, sudah bu, jangan berkata lagi. Aku sakit bu mendengarnya. Aku mohon sama ibu, tolong maafkan aku. Maafkan aku ibu," ucap Kinar bersimpuh dan sujud di kaki ibunya. Namun Ratih sang ibu sama sekali tidak bergeming. Hati wanita dua anak itu hancur tatkala anak yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang, ternyata rusak dan merusak rumah tangga orang lain.

"Tolong tinggalkan rumah ini sekarang juga Kinar. Jangan pernah bermimpi untuk bisa kembali lagi ke sini. Jangan pernah anggap kami sebagai keluarga mu lagi. Menyesal saya karena sudah melahirkan kamu dan membesarkan kamu selama ini. Sekarang, tidak ada tempat lagi untuk kamu di rumah ini. Kamu bukan lagi Kinar kami. Bagi kami, Kinar sudah mati," ucap Ratih dengan tatapan kosong dan mata berembun.

Jelas sekali raut wajah kecewa tersirat di wajah cantik sang ibu. Ibu mana yang tidak hancur saat tau putri kesayangannya hamil dengan suami orang. Ratih merasa malu dan gagal mendidik Kinar sebagai putrinya.

"Ibu aku mohon, tarik kata-kata ibu. Jangan berkata seperti itu bu. Aku menyesal bu, aku menyesal. Tolong maafkan aku ibu, ayah," ucap Kinar menangis sesenggukan.

"Tolong pergi dari rumah saya sekarang juga. Saya tidak mau rumah ini kotor karena kamu," ujar Ratih. Sebenarnya ia tidak ingin mengusir Kinar. Akan tetapi, Ratih sudah terlalu kecewa kepada putri bungsunya itu.

"Bu, jangan usir Kinar. kita bisa selesaikan masalah ini dengan kepala dingin bu. Kasihan Kinar bu. Saat ini Kinar sedang hamil. Bagaimana pun juga, anak yang ada di kandungan Kinar adalah cucu ibu dan ayah. Dan satu lagi bu, anak itu tidak bersalah bu," ucap Dewi mencoba membantu sang adik.

Awalnya sang ibu tetap kekeuh untuk mengusir Kinar. Namun, setelah dibantu oleh Dewi dan juga Eza, amarah sang ibu pun mulai mereda. Namun kecewa kepada Kinar masih tetap sama.

"Baiklah, karena ini kamu yang meminta, maka dia boleh pulang ke sini. Tapi tidak untuk bermalam. Jika anak itu punya malu, maka ia tidak akan sanggup menginjakkan kakinya di rumah Ini," ucap Ratih lalu pergi.

Tak lama setelah Ratih pergi, Imran sang ayah pun menyusul sang istri ke kamar. Dan kini, tinggalah Dewi beserta suami dan juga Kinar.

"Apa yang dikatakan ibu benar kak. Aku memang tidak pantas berada di tengah-tengah kalian. Aku titip ibu dan juga ayah. Tolong jaga mereka kak," ucap Kinar hendak pergi meninggalkan rumah, namun segera di hentikan oleh Dewi.

"Kinar tunggu, kakak memang kecewa sama kamu. Tapi kakak tidak bisa membenci kamu dek. Kakak mohon sama kamu Kinar, tolong katakan siapa laki-laki itu. Kakak mohon," ucap Dewi masih berharap Kinar mengatakan siapa laki-laki yang sudah menghamilinya.

Kinar pun diam dan menatap Dewi dan Eza secara bergantian. Tatapannya sungguh dalam dan penuh dengan arti.

"Kakak tidak perlu tau siapa laki-laki itu. Aku tidak butuh pertanggung jawaban dari dia kak. Kalau hanya untuk membesarkan anak ini, aku rasa, aku lebih dari mampu. Biarkan dia hidup bahagia bersama pasangannya," jelas Kinar menatap Eza sebelum pergi meninggalkan rumah.

Mendengar ucapan Kinar, Dewi hanya bisa diam tertegun. Ia tidak menyangka jika sang adik akan bernasip seperti itu.

"Bagaimana ini mas? Kinar masih tidak mau memberi tau siapa laki-laki itu," ucap Dewi setelah Kinar benar-benar pergi.

"Mau bagaimana lagi Wi. Kalau menurutku, biarkan Kinar menenangkan dirinya dulu. Biarkan itu menjadi privasinya jika ia memang menginginkannya. Kita hanya bisa berdoa yang terbaik untuk Kinar dan juga anak yang ada di dalam kandungannya," ucap Eza membela Kinar. Bagaimana pun juga, Eza tidak mau jika Dewi tau siapa ayah dari anak yang ada di kandungan Kinar.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

tuh kan bner² pengecut dn pecundang tuh si eza,,katanya cinta sm kinar harusnya berani jujur lah depan mereka lah ini malah gk mau dewi tau berarti dia lebih cinta ke dewi kan 🤔
kinar juga bodoh sih jd wanita mudah terlena krn kta² cinta pdahal udh jelas² tau klo itu suami kakaknya 🤦‍♀️🤮

2024-12-07

0

Mmh Azka_Adzkiya

Mmh Azka_Adzkiya

gimana si katanya cinta tapi ga mau ngakuin itu anaknya,mau enaknya aza, dasar pecundang,

2024-12-07

0

sundusiyah86

sundusiyah86

dasar Eza laki"tak bertanggung jawab ceemen.....

2024-12-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!