Bab 8

"Mas ayo dihabiskan makanannya. Kamu lagi mikirin apa?" tanya Dewi membuat Eza sedikit gelagapan.

.........

Setelah mendapat izin dari kedua orang tuanya untuk tinggal di apartemen, Kinar menjadi sedikit lega karena ia bisa jauh dari Eza.

Dua hari tinggal di apartemen, Kinar kedatangan tamu untuk yang pertama kalinya. Tepat jam delapan malam, di saat hujan di luar turun dengan deras dan di iringi dengan kilatan serta petir yang datang saling menyambut, Kinar bergegas membukakan pintu unit apartemennya yang berada di lantai dua belas.

"Perasaan tadi aku baru pesan makanan deh. Tapi kok udah nyampe sekali ya?" gumam Kinar merasa ada yang aneh. Namun, ia tetap melangkahkan kakinya untuk membukakan pintu.

Tepat setelah pintu di buka, Kinar terkejut saat mendapati seorang laki-laki yang sengaja ia hindari sudah berdiri di depan pintunya. Laki-laki tersebut adalah Eza. Kakak iparnya.

"Mas Eza, ngapain mas disini? Da, dari mama mas tau apartemenku ini?" tanya Kinar benar-benar terkejut.

"Bukan hal yang sulit bagiku untuk mencari tentang kamu Kinar. Dua hari tidak bertemu dengan mu, sungguh membuatku gelisah," jawab Eza sembari melangkahkan kakinya masuk ke dalam unit apartemen yang saat ini menjadi tempat berteduh untuk Kinar.

"Silahkan pergi dari sini mas. Kamu harus sadar kalau kamu itu adalah kakak iparku. Plis, tolong pergi dari sini," ucap Kinar mengekori Eza dari belakang.

Namun, laki-laki itu sama sekali tak bergeming. Ia terus melangkahkan kakinya dan duduk di sofa yang berada di depan tv berukuran cukup besar itu.

"Kinar, seperti yang sudah aku katakan. Aku tau kamu juga memiliki perasaan yang sama denganku. Jangan korbankan dirimu sendiri demi kakak mu Kinar. Kamu juga berhak bahagia," balas Eza menatap Kinar yang berdiri di hadapannya.

"Jangan gila kamu mas. Dengan kamu membahagiakan kakakku saja, aku sudah sangat bahagia sekali. Mencintai seseorang itu tak harus memilikinya bukan?" balas Kinar dengan air mata yang tak bisa di bendung lagi.

Eza pun berdiri, membawa Kinar masuk ke dalam pelukannya. Kinar tidak menolaknya sama sekali. Gadis cantik itu bahkan semakin menumpahkan tangisannya di dalam pelukan laki-laki yang tidak bisa ia miliki itu.

Eza sendiri memilih untuk diam, ia membiarkan Kinar melepas semua beban yang ada di dalam hatinya. Hingga beberapa menit kemudian...

"Bagaimana? Apa kamu sudah merasa lega? Jika belum, teruslah menangis. Aku akan menunggu," ucap Eza saat tangis Kinar mulai reda.

"Kenapa mas? Kenapa harus aku? Kenapa harus aku yang mengalah? Bukankah kamu mencintaiku mas? Kenapa harus Kak Dewi yang kamu jadikan pasangan sah dalam hidupmu?" tanya Kinar menatap Eza dengan mata basah dan sedikit sembab.

"Maafkan aku Kinar. Maafkan aku. Aku terlalu pengecut jadi laki-laki. Bodohnya aku tidak berani mengungkapkan perasaanku sama kamu. Aku pikir, dengan perantara Dewi, aku bisa lebih mudah mendapatkan kamu. Nyatanya aku salah. Aku malah terjebak dalam pernikahan yang hampa ini," jawab Eza juga menatap gadis cantik itu dengan tatapan lekat dan penuh perasaan. Cinta Eza kepada Kinar memang bukan main-main. Hanya saja, Eza sudah mengambil langkah bodoh dalam hidupnya, yaitu bermain api dengan kakak kandungnya Kinar, sehingga membuat ia terjebak dalam pernikahan ini dan membuat Kinar kecewa.

"Percuma mas, percuma kamu minta maaf. Semuanya sudah terjadi. Sekarang aku mohon sama kamu, jangan buat aku semakin menderita lagi. Biarkan aku dengan hidupku, dan kamu dengan hidupmu. Aku sudah mengalah dan keluar dari rumah itu. Sekarang kamu fokus saja sama Kak Dewi. Tolong jaga dia dan belajarlah untuk mencintainya," ucap Kinar memalingkan wajahnya dari Eza. Kinar sudah tidak sanggup lagi untuk melanjutkan kata-katanya.

"Nggak Kinar. Aku tidak bisa mencintai Dewi. Aku mohon izinkan aku untuk memperbaiki dan menebus semua kesalahan yang sudah aku lakukan sama kamu," balas Eza membuat Kinar tersenyum sinis dan kembali menatap kakak iparnya tersebut.

"Ch, dengan cara apa? Bagaimana caranya?" tanya Kinar dengan satu alis terangkat keatas.

"Dengan cara seperti ini," jawab Eza membawa Kinar kembali ke dalam pelukannya.

"Lepaskan aku mas," protes Eza berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Eza. Namun, Eza tetap memeluk Kinar dengan kuat.

"Sudah Kinar, sudah. Jangan lawan egomu, ikuti kata hatimu. Aku tau, kamu nyaman seperti ini. Tidak akan ada yang tau dan tidak akan ada yang melihat kita," ucap Eza berusaha menenangkan Kinar.

Mendengar ucapan Eza, hati Kinar pun menghangat. Perlahan ia menjadi tenang berada di dalam pelukan Eza. Kenyamanan yang dikatakan Eza itu memang benar adanya, karena ia sendiri yang merasakannya.

"Tapi aku takut mas, aku takut dianggap menjadi wanita yang merusak rumah tangga kakakku sendiri," lirih Kinar sedikit mengeratkan tangannya di badan Eza.

"Tidak sayang, tidak, kamu nggak merusak rumah tangga kakakmu. Kamulah yang memiliki hati ini sebelumnya, dan sampai kini, kamu tetap adalah pemiliknya," jawab Eza sembari mencium pucuk kepala Kinar.

Cukup lama mereka berpelukan, hingga di detik berikutnya, Eza mengangkat wajah Kinar menghadapnya. Ia menatap lama gadis cantik yang sangat ia cintai tersebut dengan tatapan penuh arti. Begitu juga dengan Kinar. Tatapannya ke Eza adalah tatapan cinta yang di diselingi dengan tatapan kerinduan ingin memiliki.

"I love you Kinar, aku sayang sama kamu," ucap Eza sembari mengusap pipi mulus Kinar dan juga bibir tipisnya.

"I love you too mas. Aku juga sayang kamu. Tapiii," balas Kinar dengan mata berkaca-kaca, dan tak hentinya menatap Eza.

"Sssstttt, aku ngga mau mendengar ada kata tapi sayang. Tolong ulangi lagi," sela Eza masih terus mengusap bibir tipis Kinar.

"I love you too mas, aku juga sayang sama kamu," jawab Kinar dengan nafas yang mulai memburu.

Mata Kinar terpejam, sehingga membuat air matanya pun jatuh. Di saat itu juga, Eza mengusap air mata tersebut lalu mendaratkan ciuman di bibir tipis milik sang kekasih yang tak lain tak bukan adalah adik iparnya sendiri.

Kinar sama sekali tidak memberikan ekspresi apa-apa. Ia juga tidak melakukan penolakan saat Eza menciuminya dengan lembut dan penuh perasaan.

Dinginnya cuaca hujan diluar akibat pintu balkon apartemen yang terbuka lebar semakin membuat pagutan Kinar menjadi erat. Perlahan, tangan Eza mulai menyelinap masuk ke dalam pakaian rumah yang dikenakan oleh Kinar, bermain dan meraba setiap inci bagian tvbvh kecil ramping tersebut.

Kinar pun men**sah saat tangan Eza mulai me**mas salah satu bagian dari perhiasan yang menggantung di dadanya.

"Massh," desis Kinar dengan badan sedikit menggelinjang akibat ulah tangan nakal Eza.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

huh keenakan si eza nya dong dpt kakak adek masih ori semua 🤦‍♀️

2024-11-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!