"Maafkan aku mas. Cukup sampai disini. Kita tidak memiliki hubungan apa-apa. Mas dan aku hanyalah sebatas kakak dan adik ipar saja," jawab Kinar bergegas pergi.
...........
Eza hanya bisa menatap kepergian Kinar dengan tatapan sayu dan pikiran yang tak menentu. Adegan mesra yang baru saja mereka lakukan membuat Eza benar-benar semakin menginginkan Kinar seutuhnya. Ingin sekali rasanya ia menggantikan posisi Dewi saat acara ijab kabul nanti. Namun Eza yakin kalau Kinar pasti akan menolaknya.
"Sungguh beruntung laki-laki yang memilikimu kelak Kinar," gumam Eza kemudian membakar sebatang rokok lagi.
Keesokan harinya, acara pernikahan Eza dengan Dewi akan dilangsungkan. Dari subuh, Dewi sudah bangun dan dihias oleh perias ternama. Lain halnya dengan Eza, Eza sendiri masih saja tertidur lelap di ranjangnya. Semalaman ia tidak bisa tidur karena terus terpikirkan adegan romantisnya dengan Kinar kemarin.
Untung saja, saudara dan kedua orang tua Eza datang dan membangunkan putranya itu. Mereka memang datang terlambat karena beda kota dan terjebak macet di jalanan.
"Eza ayo bangun nak. Kamu lupa kalau hari ini adalah hari pernikahan kamu dengan Dewi," ucap sang ibu terus mengguncang tubuh Eza yang sama sekali tidak bergeming saat dibangunkan.
"Eza ayo bangun. Jangan bikin malu bapak sama ibumu," giliran sang bapak yang buka suara.
Akhirnya, setelah lima belas menit dibangunkan, Eza pun bangun dan mandi dengan keadaan terpaksa. Jika para pengantin lainnya bahagia menunggu hari H pernikahan mereka, tapi ini semua tidak berlaku bagi Eza. Meskipun sudah cukup lama menjalin hubungan dengan Dewi, namun hati dan cintanya masih utuh kepada Kinar.
Hingga beberapa jam kemudian, Dewi pun sudah berada di gedung yang sebelumnya sudah ia pesan untuk hari bahagia tersebut. Dengan perasaan harap-harap cemas, Dewi terus menunggu kedatangan Eza. Ia takut terjadi sesuatu kepada calon suaminya itu lantaran ini sudah telat hampir setengah jam.
"Kakak yang tenang ya. Sebentar lagi Mas Eza pasti bakalan datang kok. Siapa tau saja Mas Eza terkena macet di jalanan," ucap Kinar mencoba menghibur kakaknya. Padahal ia sendiri juga takut kalau Eza nekat membatalkan pernikahan ini sebelah pihak.
"Tapi aku cemas Kinar. Nomornya Mas Eza ngga bisa dihubungin," jawab Deei tetap merasa cemas.
"Sudah, kita tunggu beberapa menit lagi ya. Kalau misalkan Mas Eza belum datang juga, aku akan minta seseorang untuk cek apartemennya," balas Kinar lagi.
Namun, baru saja Kinar selesai bicara, rombongan dari keluarga Eza pun datang. Hal itu lantas membuat keluarga Kinar merasa lega. Tak terkecuali dengan Dewi yang sebentar lagi akan dinikahi oleh Eza.
Nampak Eza berjalan menuju meja tempat berlangsungnya ijab kabul, yang dimana disana sudah duduk penghulu, ayah kandung Dewi dan Kinar, dan Dewi sang calon pengantin.
"Maaf ya Wi, aku dan keluargaku terjebak macet dijalanan. Ada sebuah kecelakaan yang membuat jalan lumpuh total," ucap Eza beralasan.
"Iya mas, ngga papa kok. Yang terpenting sekarang kamu sudah tiba. Ayo mas, kita langsung mulai saja acaranya," jawab Dewi merasa sangat-sangat lega sekali.
Hingga tak beberapa lama kemudian, proses ijab kabul pun segera dilangsungkan. Berkali-kali Eza melempar tatapannya ke arah Kinar yang terlihat sangat cantik sekali dengan gaun pesta yang membalut tubuhnya. Begitu juga dengan Kinar, sedari tadi ia juga menatap kearah Eza dan juga Dewi. Dalam hati Kinar selalu berkata, andai dirinya yang menjadi pengantin wanitanya, pasti ia akan sangat bahagia sekali.
Penghulu pun mulai melangsungkan akad yang sakral tersebut, namun, berkali-kali Eza gagal mengucapkannya lantaran gugup dan tegang. Karena sudah berkali-kali gagal, penghulu meminta Eza untuk menenangkan diri sejenak. Dewi yabg tadinya sumringah pun terlihat mulai cemas. Ia takut pernikahannya ini akan batal hanya karena Eza gagal mengucapkan ijab kabulnya.
"Mas, ada apa? Apa kamu belum siap menikahiku?" bisik Dewi dengan mata berembun.
Eza pun tak menjawab. Ia kemudian menghela nafas berat lalu menatap penghulu lekat.
"Maafkan saya pak penggulu, saya benar-benar gugup sekali. Apa bisa kita memulainya lagi?" ucap Eza dengan mantap.
"Baik, apa saudara Eza sudah siap?" jawab penghulu sekaligus bertanya.
"InsyaAllah saya siap pak. Saya hanya gugup saja karena akan menghalalkan wanita yang sangat spesial dalam hidup saya," ucap Eza membuat Dewi tersipu malu. Rasa cemasnya tadi seketika hilang dan pipinya pun bersemu merah. Mendengar ucapan Eza, Kinar pun hanya bisa mencemooh dalam hatinya sembari tersenyum sinis.
'Jika memang istimewa, kenapa harus menyatakan cinta sama gue? Cih, dasar bajingan,' batin Kinar menatap Eza dengan tatapan sinis.
Ijab kabul pun kembali dilangsungkan atas permintaan Eza. Meskipun masih sempat gagal, namun di kesempatan selanjutnya Eza pun berhasil menghalalkan Dewi hanya dengan satu kali tarikan nafas.
"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya pak penghulu menatap saksi dan tamu undangan yang hadir dan menyaksikan acara sakral tersebut.
Sontak, semua yang hadir pun mengucapkan sah secara bersamaan. Banyak dari mereka yang memuji pasangan tersebut. Hal itu lantas membuat hati dan kuping Kinar terasa panas.
Ia pun bergegas meninggalkan tempat tersebut lalu berlari menuju kamar mandi.
Setibanya dikamar mandi, Kinar langsung menumpahkan air mata dan kekesalannya. Jika memang Eza mencintainya, kenapa pula harus mencari muka di depan kakaknya Dewi dan para tamu undangan lainnya. Kinar cemburu saat semua orang mengatakan kalau Eza adalah suami idaman para wanita.
Sementara itu, setelah sah menjadi pasangan suami istri, Eza dan Dewi langsung melakukan resepsi pernikahan mereka. Para tamu undangan pun mulai berdatangan memberikan selamat kepada Eza dan juga Dewi. Dewi sendiri nampak sangat bahagia sekali menjadi ratu sehari di pelaminan. Apalagi banyak yang memuji ia dan Eza sebagai pasangan yang serasi.
Hingga tak terasa, malam pun tiba. Dimana para tamu undangan sudah mulai pulang dan hanya tersisa karib kerabat dari kedua belah pihak.
"Bu, Kinar mana? Kenapa sehari tadi aku ngga liat dia ya?" tanya Dewi kepada sang ibu yang menghampirinya ke pelaminan.
"Ibu juga ngga tau Wi. Ini ibu juga lagi nyariinnya. Ibu ngga tau dia ada dimana," jawab sang ibu ternyata sedari tadi juga tidak melihat Kinar.
"Hmmm bu, mungkin Kinar istirahat kali di kamar yang sudah kita pesan sebelumnya," ucap Eza buka suara.
"Ah, iya juga sih. Kenapa ibu ngga kepikiran ya. Mungkin Kinar lelah karena semalam begadang dan subuhnya harus bangun. Sebentar ya, ibu akan lihat dulu anak itu," balas sang ibu lalu meninggalkan pasangan pengantin baru tersebut.
Dan ternyata benar saja, setelah dilihat, ternyata Kinar tengah tertidur dengan lelap. Pantas sedari tadi tidak menampakkan wajahnya di tengah pesta gumam sang ibu menghampiri putrinya tersebut lalu membangunkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments