'Kenapa harus Kak Dewi yang harus kamu lamar jika kamu memang mencintaiku mas? Kenapa harus Kak Dewi wanita yang kamu jadikan kekasih selama dua tahun ini jika memang benar kamu mencintaiku? Andai kamu tau mas, aku juga memiliki perasaan yang sama seperti mu, bahkan jauh sebelum kamu dekat dengan kakakku,' batin Kinar merasakan hatinya sangat hancur dan sakit sekali atas pengakuan Eza tentang perasaannya.
.......
Sementara itu, Eza yang tak mungkin lagi mengejar Kinar, terlihat pasrah meninggalkan area taman rumah sakit. Ia kembali ke mobilnya dan melajukan mobil menuju apartemennya.
Sepanjang jalan, pikiran Eza selalu kepada Kinar. Ia dapat merasakan ada yang berbeda dari Kinar saat tadi bertatapan lekat dengannya.
"Ch, ngga mungkin Kinar juga suka sama lo Za, ngga mungkin. Mengkhayal aja lo," gumam Eza membuang jauh-jauh prasangkanya.
Tak lama kemudian, Eza pun sampai di apartemennya. Ia langsung membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol minuman berakohol yang selalu tersedia di lemari pendingin tersebut. Meskipun jarang sekali meminumnya, tapi entah mengapa, Eza suka mengoleksi berbagai minuman keras tersebut. Tak lupa, Eza membakar sebatang rokok lalu menikmatinya dengan segelas minuman keras yang baru saja disalinnya kegelas kecil.
"Sepertinya aku ngga akan pernah bisa memilikimu Kinar. Lusa adalah pernikahanku dengan kakakmu Dewi. Ch, dunia ini sungguh tidak adil," gumam Eza kembali meminum segelas demi segelas minuman tersebut hingga ia menghabiskan sebotol minuman keras tersebut sendirian.
Dalam keadaan mabuk, Eza terus saja mengoceh tidak jelas, hingga tanpa ia sadari, ia pun tertidur di sofa apartemennya.
Sementara itu, di tempat lain, seorang gadis terus berusaha menghubungi Eza. Namun, sudah satu jam ia menghubungi Eza, hasilnya tetap sama. Tidak satupun pesan dari gadis yang akan menjadi istri Eza tersbeut dibalas. Begitu juga dengan panggilannya.
"Kamu dimana mas? Kenapa tidak ada kabar seperti ini?" guman Dewi merasa cemas.
Karena tidak tenang, Dewi pun memutuskan untuk mencari Eza ke apartemennya. Untung saja Dewi memiliki akses untuk masuk, sehingga ia bisa keluar masuk dengan leluasa.
Betapa terkejutnya Dewi saat melihat Eza tengah tertidur dalam keadaan meja dan lantai berantakan dipenuhi sampah kacang dan puntung rokok. Belum lagi dengan bau alkohol dan rokok yang sangat menyengat di tubuh Eza.
"Ya ampun mas? Kamu kenapa? Kenapa bisa seperti ini?" guman Dewi nampak cemas.
Ia pun mencoba untuk membangunkan Eza, dan Dewi pun lega saat Eza membuka matanya lalu menatap Dewi dengan tatapan lekat.
"Sayang, kamu disini?" ucap Eza masih dalam pengaruh alkohol. Eza menatap Dewi dengan mata sayu. Dan mirisnya, yang ada di tatapan Eza adalah Kinar, bukan Lili.
"Sayang aku mohon, jangan pergi dan jangan pernah membenciku," ucap Eza lagi lalu membawa Dewi kedalam pelukannya.
"Mas kamu kenapa? Aku ngga akan pernah membencimu ataupun pergi meninggalkanmu. Apa yang membuatmu seperti ini?" ujar Dewi mencoba melepaskan pelukannya dari Eza, namun sia-sia karena Eza memeluknya erat.
"Tidak ada yang terjadi. Aku hanya takut jika tiba-tiba harus kehilanganmu," jawab Eza lagi.
Dewi pun tersenyum. Dalam hati, ia merasa beruntung mendapatkan pasangan seperti Eza.
Alhasil, Dewi pun pasrah saat Eza semakin memeluknya dengan erat. Hingga tanpa Dewi sadari, Eza pun mulai meraba tubuhnya dengan lembut dan mulai mendaratkan ciuman dibibir tipisnya.
Ini adalah kali pertama Dewi mendapatkan ciuman di bibir oleh seorang laki-laki. Meskipun sebelumnya Eza pernah meminta satu ciuman di bibir Dewi, namun dengan tegas Dewi menolaknya. Namun kali ini, Dewi tak mampu menolaknya dan membiarkan laki-laki yang akan menjadi suaminya tersebut mencium bibir merah alaminya.
Dewi seakan larut dalam sentuhan yang diberikan oleh Eza. Begitupun dengan Eza yang dalam keadaan setengah sadar. Ia yang melihat Dewi sebagai Kinar pun langsung menggendong tubuh Dewi ke atas ranjang dan merebahkannya dengan penuh kasih sayang. Tak sedetik pun tatapan mereka teralihkan. Dewi bagaikan terhipnotis oleh sentuhan dan kata-kata romantis dari Eza baru saja.
Tanpa pikir panjang, Eza pun langsung menciumi Dewi dengan lembut namun penuh nafsu. Tangannya mulai menggerayang kedalam pakaian yang dikenakan oleh Dewi. Menelisik inci demi inci tubuh yang belum pernah tersentuh oleh laki-laki manapun termasuk Eza sendiri.
"Mmmmhh mas," desahan pertama Dewi keluar begitu saja sehingga membuat Eza semakin bernafsu. Ditambah lagi dengan hujan lebat dan dinginnya angin yang masuk melalui pintu balkon apartemen yang terbuka lebar begitu saja.
Kedua insan yang akan menikah itu kini larut dalam sebuah permainan yang harusnya tidak mereka mainkan sebelum halal. Hingga saat ini, Eza sudah berhasil melepas sebagian pakaian bagian atas yang dikenakan oleh Dewi, sehingga memperlihatkan sebuah pemandangan indah yang selama ini ia jaga dan ia tutupi.
Deru nafas Dewi yang tidak teratur membuat benda kenyal tersebut bergerak keatas dan kebawah mengikuti irama jantung yang tak karuan. Meskipun hujan, mereka tetap mengeluarkan keringat karena tak mampu lagi membendung aliran darah yang semakin meningkat.
Dewi kembali mengerang nikmat saat tangan kekar Eza mulai mere*as salah satu benda kenyal tersebut. Sedangkan mulut Eza sibuk bermain dengan salah satu bendanya lagi.
Bekas demi bekas sudah mulai tercetak di leher dan di dada Dewi. Hal itu menandakan jika permainan mereka berlangsung secara nikmat dan juga syahdu.
Hingga beberapa saat kemudian, baik Eza maupun Dewi sudah sama-sama polos. Dinginnya angin akibat hujan dan derasnya hujan di sambut petir yang saling bersahut-sahutan membuat mereka semakin larut dan menggila. Hingga di detik berikutnya, Eza mencoba memasukkan juniornya yang sedari tadi sudah mengeras dan mengejang.
Berkali-kali mencoba, namun ia selalu gagal menembus pertahanan Dewi yang masih tersegel rapi. Dengan kondisi mabuk dan kepala yang sedikit pusing, Eza terus berusaha. Menatap lekat wajah Dewi yang terlihat seperti wajah Kinar membuat semangatnya semakin membara. Hingga di satu hentakan yang cukup kuat, Eza mampu menembusnya dan membuat Dewi mengerang sakit bercampur nikmat.
"Ahhh mas, sakiiiittt," desah Dewi meremas erat seprai yang sedari tadi ia jadikan pegangan.
Karena sudah teramat bernafsu, Eza pun tidak perduli dengan rasa perih yang dirasakan oleh Dewi. Ia terus menggerakkan juniornya yang begitu mengeras didalam sana. Terlihat beberapa tetes darah mulai menetes dan menodai seprai putih tersebut.
Hingga beberapa saat kemudian, perih yang dirasakan oleh Dewi sudah sepenuhnya hilang dan berganti dengan rasa nikmat yang tidak pernah ia rasakan selama ini.
"Ahhh mas, ohhh, mmhh mass," desahan Dewi memecah suara hujan diluaran sana. Begitu juga dengan racau Eza yang semakin membuat Dewi merasakan nikmatnya surga dunia.
Hingga satu jam kemudian, Eza pun tak dapat lagi menahannya sehingga memuntahkan benih pertamanya di rahim milik Dewi.
Karena masih merasakan pusing, Eza pun langsung terlelas setelah mengucapkan kata I love you sayang dan memberikan satu ciuman singkat di bibir Dewi. Hal itu membuat hati Dewi semakin menghangat dan perasaan menyesal yang tadi sempat menggerayanginya hilang seketika.
"I love you too mas. Terima kasih sudah mencintaiku hingga sebesar dan sejauh ini," balas Dewi membiarkan tangan kekar Eza tetap berada di salah satu benda kenyalnya.
Hingga tak lama kemudian, Dewi yang sempat terlelap pun bangun dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Ingin sekali rasanya Dewi tetap tidur di samping Eza hingga Eza bangun. Namun ia tak bisa karena harus segera pulang karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Dewi pun turun dari ranjang dengan tertatih-tatih lantaran ia masih merasakan nyeri di bagian intimnya. Saat hendak melangkah lagi, Dewi melihat bercak darah yang sudah mengering di seprai yang menjadi saksi bisu panasnya permainan mereka tadi.
"Tadinya aku sempat menyesal mas karena sudah melakukannya sebelum kita menikah. Tapi sekarang, aku sama sekali tidak menyesal karena aku yakin kamulah laki-laki yang tepat untuk mendapatkannya. Maafkan aku mas, aku harus membiarkan mu tidur sendiri. Mimpi indah ya mas," gumam Dewi beberapa saat kemudiannya. Tepatnya di saat Dewi selesai mandi dan berpakaian rapi kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Ita rahmawati
malah pergi nti jd ngiranya si kinar lg yg ditidurin sm dia 🤦♀️
2024-11-05
2