Peringatan Terakhir Pangeran

"Cih! Ternyata yang mereka bicarakan sejak tadi hanyalah seorang manusia lemah yang dijadikan Pelayan Pribadi oleh Pangeran! Apa hebatnya?!" ucap Helena setelah menguping pembicaraan para pelayan yang kebetulan juga sedang bergosip tentang Aurora.

"Secantik apa sih dia?! Pasti jika dibandingkan denganku akan kalah jauh!"

Lagi-lagi tingkat percaya diri yang sangat luar biasa membuat Helena merasa posisinya saat ini masih aman. Keberadaan Aurora baginya tak berarti apa-apa!

******

Menjelang malam, Pangeran Felix baru kembali ke istana, setelah menghabiskan waktunya di tempat perawatan kuda dan mengecek beberapa pembangunan di daerah-daerah yang terkena dampak perang.

Helena yang sudah sejak tadi menunggu kepulangan Pangeran Felix segera merapikan penampilannya, ia melewati barisan pelayan yang menyambut kepulangan sang Pangeran.

Dengan penuh percaya diri, Helena memasang senyum terbaiknya lalu berkata, "Selamat kembali ke Istana, Pangeran."

Tidak ada respon apapun, bahkan Pangeran Felix terkesan tidak memperdulikan ucapan Helena dan memilih berlalu begitu saja.

"Apa? Dia mengabaikanku?!" Helena yang tak terima segera memutar badan, menatap punggung Pangeran Felix dengan tatapan geram. "Benar-benar memalukan! Dasar Vampir Kejam! Tidak punya hati! Huaaaaaaaa!"

Sebagai seorang anak dari pejabat istana, Helena hanya bisa memendam dan mengendalikan amarahnya, bagaimanapun setiap perilakunya akan berdampak besar bagi dirinya sendiri dan juga keluarganya, terutama pada jabatan Ayah dan saudara laki-lakinya!

"Bagaimana keadaannya?" tanya Pangeran Felix pada Kepala Pelayan yang juga ikut menyambut kepulangannya.

"Sudah lebih mendingan, Pangeran."

"Baguslah, biarkan saja dia beristirahat sampai besok."

"Baik, Pangeran."

Pangeran Felix pun kembali melanjutkan langkahnya, hari ini jadwalnya terbilang sangat padat, banyak hal yang harus ia lakukan dan selesaikan.

"Dia lebih peduli dengan keadaan Pelayan Lemah itu daripada keberadaanku?" lirih Helena. Ternyata ia terlalu menganggap remeh posisi Pelayan Pribadi itu!

"Kita liat saja, seberapa lama Pangeran Felix memperhatikanmu, lalu setelah itu, dia pasti akan membuang dan mencampakkanmu! Bagaimanapun, dia adalah Pangeran Felix, Pangeran Mahkota yang dikenal oleh seluruh rakyat Vampir dengan kekejamannya!"

Helena begitu yakin dengan ucapannya. Namun, hal itu justru membuatnya ragu, apakah dia bisa mendekati Pangeran Felix kali ini? Pangeran Kejam yang tak tersentuh oleh sembarang orang itu!

"Selagi belum ada yang mendekatinya, apa salahnya aku yang terlebih dahulu mencoba!" ucap Helena setelah mendapatkan kembali semangatnya.

*******

Aurora menatap pantulan wajahnya, kini, ia terlihat jauh lebih segar dan sehat dengan pakaian yang terbilang lebih bagus dan juga dengan potongan rambut baru.

"Ini terlihat jauh lebih baik," ucap Aurora. Entah apa tujuan si Pangeran Kejam itu memberikan semua ini padanya, yang pasti, Aurora tau kalau semua ini tidak gratis, tentu akan ada harga yang harus ia bayar setelah ini!

"Sudah mendingan?"

Aurora tersentak kaget mendengar suara yang tiba-tiba bertanya itu dan tanpa menoleh pun, Aurora sudah tau siapa pemilik suara yang asal masuk kamar orang tanpa permisi terlebih dahulu!

Melihat Aurora yang masih memunggunginya, Pangeran Felix pun semakin mendekat. "Apakah aku perlu mengajarimu cara menyambut setiap kedatanganku?"

Tangan Pangeran Felix menyentuh ujung rambut Aurora yang terasa jauh lebih lembut dan harum dari sebelumnya. "Pelayanku, aku akui keberanianmu, kamu sama sekali tidak takut pada murkaku—"

Dengan satu kali gerakan, tubuh Aurora kini sudah berhadapan dengan Pangeran Felix, kedua tangan kekar Pangeran Vampir itu mencengkram lengan Aurora. "Harusnya kamu berterimakasih, bukan malah mencoba memancing amarahku seperti ini!"

Hening, Aurora tak memberikan jawaban apapun yang tentu saja membuat si Pangeran Kejam itu semakin mengeraskan cengkeramannya hingga terdengar Aurora mulai merintih kesakitan.

Tangan kanan Pangeran Felix melepas lengan Aurora, beralih menyentuh dagu gadis itu, hingga tatapan Aurora benar-benar tertuju padanya.

"Dengar, Pelayanku! Ini adalah peringatan terakhir untukmu, bersikap baik dan patutlah padaku, jika kamu masih ingin hidup dan masih menginginkan masa depan kaum manusia!"

"Kenapa aku?" tanya Aurora dengan suara yang bergetar menahan tangis.

Bukannya sebuah jawaban yang Aurora dapatkan, ia malah mendapatkan sebuah ciuman yang disusul oleh gigitan yang lagi-lagi membuat bibirnya mengeluarkan darah segar.

Kali ini, Aurora tidak memberontak saat Pangeran Felix mencium, menggigit dan menyesap setiap tetes darahnya. Ia membiarkan Vampir Kejam yang tampak kelaparan itu mendapatkan apa yang ia inginkan.

Tentu bukan tanpa alasan. Aurora sengaja memancing amarah Vampir itu dan Aurora juga yakin hal ini pasti akan terjadi padanya, maka dengan begitu, Aurora bisa menekan mati hatinya, agar ia benar-benar membenci Pangeran Felix tanpa ada sedikitpun prasangka baik lagi untuknya.

"Mengobarkan satu jiwa adalah satu-satunya jalan terbaik sekarang, matilah Aurora, lanjutkan kehidupan berikutnya dengan tubuh tanpa ada jiwa kehidupan di dalamnya."

Tubuh Aurora kembali terkulai lemas, Pangeran Felix benar-benar menghisap darahnya tanpa ampun. Lalu, tanpa belas kasih ia melepas pegangannya pada lengan Aurora, membuat tubuh lemas Aurora ambruk ke lantai.

"Ini hukuman untukmu!"

Pangeran Vampir itu meninggalkan kamar Aurora, menyisakan gadis yang tertunduk lemah dengan air mata yang hampir tumpah.

"Tidak, Aurora, tidak ada lagi air mata! Cukup sampai di sini! Aurora Borealis yang dikenal oleh kaum manusia selama ini sudah mati!"

Aurora menegakkan kepalanya, ia bersumpah atas nama jiwanya, ia akan menaklukkan Pangeran Vampir itu hingga bertekuk lutut!

"Kau menginginkan darahku, 'kan? Maka dengan darah ini, akan kupastikan kau akan tunduk padaku!"

Aurora sudah menyusun sebuah rencana, dimana dia akan menggunakan darahnya sebagai kunci utama untuk menaklukkan Vampir Kejam itu, dan tak lupa memanfaatkan posisi Pelayan Pribadi untuk mempermulus langkahnya.

"Dengan begini, dia tidak akan curiga padaku! Dia pasti mengira aku patuh karena takut setelah mendapatkan peringatan terakhir darinya! Pangeran Felix, mari kita mulai permainannya!"

******

Jauh sebelum matahari terbit dan menyapa penduduk bumi, Aurora sudah tampak rapi dengan rambut yang dikepang satu. Pagi ini, Aurora akan mengawali sebuah kehidupan baru dengan misi rahasia.

"Permainan dimulai."

Sebagai seorang Pelayan yang teladan, Aurora berjalan menuju dapur, ia hendak mencari keberadaan Kepala Pelayan untuk memastikan menu sarapan Pangeran. Apakah harus dibawa ke kamar, atau Pangeran Felix akan sarapan di ruang makan bersama para tamu istana?

"Sepertinya Pangeran akan sarapan di kamar hari ini," ucap Kepala Pelayan, lalu ia memberikan segelas susu pada Aurora. "Minumlah terlebih dahulu."

Aurora menerima susu tersebut. "Terimakasih."

Setelah menghabiskan segelas susu sapi yang katanya adalah susu terbaik yang dimiliki oleh istana vampir, Aurora pun keluar dari area dapur, membawa langkah kakinya menuju kamar sang Pangeran Mahkota.

Di sisi lain, Helena mempertajam penglihatannya, mengikuti langkah Aurora dengan amat sangat pelan. Tadi, saat ingin memesan sarapan, ia tidak sengaja melihat Kepala Pelayan berbincang dengan gadis yang sangat asing di matanya, oleh karena itu Helena yakin dialah si Pelayan Pribadi Pangeran sehingga Helena memutuskan untuk mengikutinya.

"Dugaanku benar! Dialah manusia lemah itu!" gumam Helena setelah melihat Aurora berdiri di depan pintu kamar Pangeran Felix.

Aurora yang sejak tadi merasa diikuti mengedarkan pandangannya. "Apa cuman perasaanku saja?" ucapnya setelah tidak melihat keberadaan siapapun di sekitar kamar Pangeran Felix.

"Huh, ya sudahlah, siapapun itu, dia pasti tidak akan berani masuk ke dalam kamar Vampir Kejam ini!"

Tok... Tok... Tok ..

"Tuan .... Apakah Anda sudah bangun?" tanya Aurora pelan. Jujur saja, lidahnya sangat terasa kaku saat menyebut kata 'tuan'.

"Masuk."

Aurora tersenyum samar sebelum akhirnya ia membuka pintu kamar Pangeran Felix lalu menutupnya rapat setelah masuk.

"Selamat pagi, Tuan," ucap Aurora lalu menundukkan kepalanya.

"Hmmm, sepertinya Pelayanku lebih suka dididik dengan kekerasan, ya?" balas Pangeran Felix, ia menatap Aurora lekat, memindai dari ujung kepala sampai ujung kaki sembari melangkah mendekat.

"Pintar, aku suka sikapmu yang seperti ini!"

Satu usapan lembut mendarat di pucuk kepala Aurora. Membuat Aurora merinding sebadan-badan. Suasana sempat hening sesaat, sampai akhirnya Pangeran Felix menurunkan tangannya dari kepala Aurora, lalu berkata, "siapkan air hangat untukku."

Aurora mengangguk pelan, "baik, Tuan."

"Sial! Apa-apaan dia! Kenapa bertingkah sok manis kepadaku! Bukannya membuatku tersipu malu yang ada malah membuatku merinding sebadan-badan!"

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

merinding sebadan-badan gak tuh🤣

2025-01-11

0

lihat semua
Episodes
1 Menjadi Pelayan Pribadi
2 Tugas Pertama Pelayan
3 Menjadi Pelayan Baik
4 Sisi Baik Pangeran?
5 Para Tamu Istana
6 Peringatan Terakhir Pangeran
7 Tingkah Laku Helena
8 Kastil Wilayah Selatan
9 Layananan Mandi Pangeran
10 Gara-Gara Barbara
11 Masa Lalu Aurora
12 Tawaran Pangeran Felix
13 Tanda Tangan Perjanjian?
14 Hari Pasca Perjanjian
15 Pangeran Felix Kenapa?
16 Permintaan Pertama Aurora
17 Tekad Kuat Kairi
18 Bertemu Dengan Kairi
19 Pembalasan Aurora
20 Keadaan Aurora
21 Gerhana Bulan Total
22 Kembali Ke Rumah
23 Kairi Dan Kebusukannya.
24 Kembali Ke Istana
25 Perubahan Pangeran Felix?
26 Perasaan Apa Ini?
27 Kunjungan Ke Pusat Kota
28 Jalan-Jalan Malam
29 Memikirkan Masa Depan
30 Jika Aku Menikahimu
31 Menjadi Istri Tuan Vampir | 1
32 Menjadi Istri Tuan Vampir | 2
33 Menjadi Istri Tuan Vampir | 3
34 Menjadi Istri Tuan Vampir | 4
35 Menjadi Istri Tuan Vampir | 5
36 Menjadi Istri Tuan Vampir | 6
37 Menjadi Istri Tuan Vampir | 7
38 Menjadi Istri Tuan Vampir | 8
39 Menjadi Istri Tuan Vampir | 9
40 Menjadi Istri Tuan Vampir | 10
41 Menjadi Istri Tuan Vampir | 11
42 Menjadi Istri Tuan Vampir | 12
43 Menjadi Istri Tuan Vampir | 13
44 Menjadi Istri Tuan Vampir | 14
45 Menjadi Istri Tuan Vampir | 15
46 Menjadi Istri Tuan Vampir | 16
47 Menjadi Istri Tuan Vampir | 17
48 Menjadi Istri Tuan Vampir | 18
49 Menjadi Istri Tuan Vampir | 19
50 Menjadi Istri Tuan Vampir | 20
51 Menjadi Istri Tuan Vampir | 21
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Menjadi Pelayan Pribadi
2
Tugas Pertama Pelayan
3
Menjadi Pelayan Baik
4
Sisi Baik Pangeran?
5
Para Tamu Istana
6
Peringatan Terakhir Pangeran
7
Tingkah Laku Helena
8
Kastil Wilayah Selatan
9
Layananan Mandi Pangeran
10
Gara-Gara Barbara
11
Masa Lalu Aurora
12
Tawaran Pangeran Felix
13
Tanda Tangan Perjanjian?
14
Hari Pasca Perjanjian
15
Pangeran Felix Kenapa?
16
Permintaan Pertama Aurora
17
Tekad Kuat Kairi
18
Bertemu Dengan Kairi
19
Pembalasan Aurora
20
Keadaan Aurora
21
Gerhana Bulan Total
22
Kembali Ke Rumah
23
Kairi Dan Kebusukannya.
24
Kembali Ke Istana
25
Perubahan Pangeran Felix?
26
Perasaan Apa Ini?
27
Kunjungan Ke Pusat Kota
28
Jalan-Jalan Malam
29
Memikirkan Masa Depan
30
Jika Aku Menikahimu
31
Menjadi Istri Tuan Vampir | 1
32
Menjadi Istri Tuan Vampir | 2
33
Menjadi Istri Tuan Vampir | 3
34
Menjadi Istri Tuan Vampir | 4
35
Menjadi Istri Tuan Vampir | 5
36
Menjadi Istri Tuan Vampir | 6
37
Menjadi Istri Tuan Vampir | 7
38
Menjadi Istri Tuan Vampir | 8
39
Menjadi Istri Tuan Vampir | 9
40
Menjadi Istri Tuan Vampir | 10
41
Menjadi Istri Tuan Vampir | 11
42
Menjadi Istri Tuan Vampir | 12
43
Menjadi Istri Tuan Vampir | 13
44
Menjadi Istri Tuan Vampir | 14
45
Menjadi Istri Tuan Vampir | 15
46
Menjadi Istri Tuan Vampir | 16
47
Menjadi Istri Tuan Vampir | 17
48
Menjadi Istri Tuan Vampir | 18
49
Menjadi Istri Tuan Vampir | 19
50
Menjadi Istri Tuan Vampir | 20
51
Menjadi Istri Tuan Vampir | 21

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!