"Baiklah, saya harus tanda tangan di mana, Tuan?" tanya Aurora.
"Siapa yang menyuruhmu tanda tangan?"
Pangeran Felix melangkah mendekat, "Perjanjian ini tidak membutuhkan tanda tangan di atas kertas, tapi—"
Pelan, Pangeran Felix meraih tangan Aurora. Lalu, dengan gerakan yang sangat cepat, ia menggoreskan sebuah pisau kecil di telapak tangan gadis itu dan melakukan hal yang sama pada telapak tangannya.
"Awww," Aurora menjerit kaget saat menyadari tangannya terluka dan darah segar mulai keluar dari telapak tangannya.
Detik berikutnya, Aurora dibuat tertegun setelah melihat hal yang sama pada telapak tangan Pangeran Felix, bedanya, darah yang keluar tidak berwarna merah, melainkan biru pekat dengan tekstur yang begitu kental.
"Pejamkan matamu!" ucap Pangeran Felix. Tanpa banyak bertanya, Aurora menurut.
Pangeran Felix menggenggam kedua telapak tangan Aurora dengan begitu erat, sehingga Aurora berusaha untuk tidak merintih saat lukanya terasa semakin perih.
Genggaman tangan itu membuat darah Aurora dan darah Pangeran Felix bersatu, hingga beberapa tetesan darah yang jatuh kelantai berubah warna dan membentuk sebuah lingkaran yang mengelilingi keduanya.
Setelah lingkaran darah itu terbentuk sempurna, hembusan angin yang begitu kencang terasa seperti sedang mengitari mereka cukup lama. Hingga beberapa saat kemudian, Aurora tidak lagi merasakan perih di telapak tangannya.
Sedari tadi Aurora sangat ingin membuka matanya dan melihat apa yang terjadi, namun ia tidak berani sebelum Pangeran Felix memberikan perintah untuk membuka mata.
Belum sempat perintah membuka mata itu Aurora dengar, ia lebih dulu merasakan sentuhan lembut pada bibirnya yang begitu dingin. Reflek Aurora membuka mata. Gadis itu melotot saat mendapati Pangeran Felix akan menciumnya.
Saat Aurora berusaha untuk mendorong dan menolak, ia kembali dia buat kaget karena tubuhnya tidak bisa digerakkan sedikit pun, sekujur tubuhnya terasa begitu kaku, yang membuat Aurora akhirnya tidak bisa menghindar lagi.
Entah berasal dari mana. Perasaan hangat menyelimuti hati Aurora saat kelembutan dari bibir dingin Pangeran Felix menyapa bibirnya. Tak ada rasa takut sedikitpun. Yang ada, Aurora merasa begitu damai dan aman saat itu. Seolah perasaan marah, kesal dan benci pada Pangeran Felix tak pernah ada sebelumnya.
Ketika Pangeran Felix melepas tautan bibir mereka, Aurora langsung tersadar. Ia berusaha untuk bersikap seolah-olah ia tidak terbawa suasana. Walaupun rona di wajah Aurora justru berkata sebaliknya!
"Mulai hari ini, kamu akan menempati kamar ini juga," ucap Pangeran Felix membuat Aurora melotot seketika itu juga.
"Ma-maksudnya, saya, saya akan tidur di sini juga, Tuan?" tanya Aurora yang tiba-tiba saja gugup.
"Hmm, karena kapan saja aku bisa membutuhkan tenagamu, jadi kamu tidak boleh jauh dariku!"
Aurora hanya bisa melongo mendengar jawaban Pangeran Felix, tanpa ada celah untuk membantah, gadis itu akhirnya hanya mengangguk patuh saja, mengiyakan perkataan si Pangeran.
"Jika kamu sudah memiliki permintaan, kamu bisa langsung mengatakannya padaku!"
"Permintaan apapun itu?"
"Hmm, asalkan tidak melanggar isi perjanjian!" tegas Pangeran Felix.
Aurora kembali mengangguk paham. Sebenarnya ia belum tau akan meminta apa. Tapi satu hal yang pasti, Aurora akan menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya dan seuntung-untungnya! Tanpa merasa dirugikan!
"Jika dia tidak mau kalah dan rugi, maka aku juga sama!"
Aurora tersenyum samar, tanpa ia sadari kalau apa yang baru saja ia katakan dalam benaknya terdengar jelas di telinga Pangeran Felix!
"Mari kita lihat, apa yang akan dilakukan oleh kelinci kecil ini." Batin Pangeran Felix sembari menatap Aurora yang pura-pura memasang wajah patuh, padahal isi kepalanya berkecamuk dengan beberapa rencana.
****
Flashback.
"Jelaskan padaku, apa maksud dari acara pertunangan yang terjadi di kaum manusia!" ucap Pangeran Felix pada salah seorang penasihat istana.
"Acara pertunangan biasanya terjadi sebagai bentuk ikatan antara seorang wanita dan pria, sebelum keduanya melangkah kejenjang yang lebih serius lagi, sama seperti kaum kita, mereka juga akan melakukan pernikahan. Tapi, tidak semua acara pertunangan akan selalu berakhir dengan pernikahan, ada beberapa kasus juga yang akan membatalkan ikatan pertunangan karena beberapa alasan."
"Apakah setelah acara pertunangan, wanita itu bisa disebut sebagai calon istri sang pria?" tanya Pangeran Felix serius.
"Bisa saja, Tuan. Selama tidak ada yang membatalkan ikatan pertunangan tersebut, maka keduanya akan terus terikat satu sama lain."
Pangeran Felix diam sejenak, seolah sedang mencerna kata demi kata yang baru saja ia dengar.
"Hal semacam apa yang kita miliki dan sama status dengan pertunangan di kaum manusia?"
Penasihat istana itu kini diam sejenak. Ia tidak langsung menjawab. Hingga beberapa saat kemudian.
"Kita juga memiliki tradisi pertunangan, Tuan. Tapi, jika Anda menanyakan hal yang sama nilainya, mungkin perjanjian darah adalah jawabannya."
"Perjanjian darah?"
"Iya, Tuan. Perjanjian darah biasanya sering dilakukan oleh orang-orang pendahulu kita untuk mengikat seseorang, dalam hal ini, bukan ikatan antara seorang wanita dan perempuan saja, seperti pertunangan, tapi bisa juga ikatan antara seorang Tuan dan Pengabdinya."
"Apakah tidak ada batasan untuk melakukan perjanjian itu?" tanya Pangeran Felix, kali ini wajahnya terlihat lebih serius lagi.
"Tidak ada, perjanjian darah bisa dilakukan dengan siapapun, baik itu dengan kaum vampir, atau dengan kaum manusia, kaum serigala, bahkan dengan kaum penyihir."
Pangeran Felix tersenyum puas mendengar jawaban tersebut.
"Keluarlah, aku akan memanggilmu lagi nanti!"
"Baik, Tuan. Kalau begitu saya undur diri terlebih dahulu."
"Hmm."
Pangeran Felix menatap langit-langit ruang rapat khususnya, sebuah senyuman penuh kemenangan menghiasi wajah dingin vampir itu.
"Sekarang, aku juga bisa melakukan hal sama padamu, Aurora."
Berawal dari rasa kesal setelah mengetahui kalau Aurora ternyata sudah bertunangan dengan pria lain dari kalangan kaum manusia, membuat Pangeran Felix berambisi untuk melakukan hal yang sama.
Namun, karena perbedaan di antara mereka, Pangeran Felix tentu saja tidak bisa asal menjadi Aurora sebagai tunangannya, terlebih lagi ia tidak yakin untuk melakukan hal itu. Karena sejauh ini, yang Pangeran Felix rasakan tidak bisa disebut cinta atau rasa suka.
Ia hanya tidak ingin apa yang sudah ia akui sebagai miliknya akan diakui oleh orang lain juga atau akan menjadi milik orang lain. Dan pantang bagi seorang Pangeran Felix untuk kalah, apalagi karena satu orang wanita biasa.
Pangeran Felix ingin membuktikan kalau dia bisa mendapatkan apapun yang ia mau dan apa yang sudah ada di tangannya tidak akan berpindah ke tangan orang lain, kecuali Pangeran Felix sendiri yang melepasnya.
"Aku pastikan kamu akan menyetujui perjanjian ini, jikapun tidak, aku akan membuatmu menyetujuinya dengan cara apapun itu!"
Ya, dialah Pangeran Mahkota Istana Vampir yang selalu dikenal dengan sikap kejam tanpa belas kasih itu. Pangeran yang akan melakukan seribu satu cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan dan menyelesaikan apa yang harus diselesaikan. Tanpa mengenal apa itu kendala dan penolakan.
"Selamat datang kelinci kecil, mari berjalan-jalan lebih jauh lagi denganku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments