"Ini dia Pangeran, hasil laporan yang kami dapatkan," ucap salah seorang utusan yang Pangeran Felix kirim.
Pangeran Felix membuka dokumen tersebut, membaca beberapa lembar pertama, lalu kembali menutupnya. "Baiklah, terimakasih."
*******
Malam semakin larut, udara yang berhembus juga terasa semakin dingin.
Di halaman depan Istana, Aurora dan beberapa pelayan yang lain masih setia berdiri di sana. Menunggu kepulangan sang Pangeran Mahkota.
Sebenarnya, Aurora ingin sekali merebahkan tubuhnya yang sudah terasa sangat pegal, terlebih pada bagian kakinya. Dalam hati, Aurora tak henti menyumpahi si Pangeran Vampir yang sudah membuatnya berada di posisi ini!
Setelah sekian lama menunggu, yang ditunggu-tunggu pun akhirnya menampakkan batang hidungnya. Dengan wajah yang masih memancarkan aura kekejaman, Pangeran Felix turun dari kudanya, langkahnya yang begitu gagah dan tegap mendekati Aurora.
"Ikut aku!" ucap Pangeran Felix sebelum Aurora sempat mengucapkan sepatah kata pun.
Sebagai seorang pelayan yang sedang dalam mode patuh, Aurora mengikuti langkah sang Pangeran yang berjalan menuju kamarnya. Ada dua kemungkinan, antara tugas menggosok punggung lagi, atau jadi santapan makan malam, itu yang Aurora bayangkan.
"Kunci pintunya!"
Aurora terdiam sejenak. Melirik ke arah pintu kamar Pangeran Felix. Ada perasaan gugup dan takut. Karena tidak biasanya Vampir Kejam itu memintanya untuk mengunci pintu.
"Cepat!"
Dengan gelapan Aurora menutup rapat dan mengunci pintu kamar, ia mencoba untuk kembali tenang, meski hatinya sudah tidak karuan lagi.
"Aku punya sebuah tawaran untukmu!" ucap Pangeran Felix, ia menatap Aurora serius.
"Tawaran? Tawaran apa, Tuan?"
"Jika kamu menyetujui tawaran ini, maka kamu punya 1 kesempatan dalam satu bulan untuk keluar istana dan pergi ke tempat manapun yang kamu mau. Kamu juga akan mendapatkan fasilitas yang lebih layak lagi."
"Apa tawarannya, Tuanku?" tanya Aurora, ia benar-benar penasaran. Dalam rangka apa Vampir Kejam itu tiba-tiba memberikan sebuah tawaran padanya!
"Buatlah perjanjian darah denganku!"
"Perjanjian darah?" Aurora belum mengerti, perjanjian seperti apa yang Pangeran Felix maksudkan.
"Ya, isi perjanjian adalah, kamu akan mengabdikan seluruh hidupmu untuk melayaniku, dan aku juga akan mengizinkanmu untuk meminta 3 permintaan padaku."
Aurora tertegun. Jika ia menyetujui perjanjian tersebut, itu artinya, Aurora akan benar-benar terikat selamanya dengan sang Pangeran Vampir dan menjadi budaknya secara lebih terang-terangan!
"Jika saya menolak tawaran tersebut, apakah ada konsekuensinya, Tuan?" tanya Aurora mencari aman, jangan sampai Aurora memancing kemarahan dan aura iblis vampir itu!
"Konsekuensinya, kamu harus memberikan darahmu setiap hari padaku secara sukarela karena kamu sudah menyia-nyiakan kesempatan yang sudah kutawarkan!"
"Apakah saya tidak diberikan waktu itu berpikir dan mempertimbangkannya terlebih dahulu?" Aurora mencoba untuk memasang wajah penuh harap.
"Sampai besok pagi! Jangan sampai kamu salah memilih pilihan dan menyesal nantinya, karena tawaran ini tidak akan datang dua kali!"
Aurora menelan ludahnya pelan. "Baik, Tuan, saya akan mempertimbangkannya malam ini."
"Hmm, baguslah."
"Apakah ada lagi yang ingin Anda sampaikan, Tuan?"
"Tidak ada. Keluar dan beristirahatlah, aku berikan keringanan untuk malam ini!"
"Terimakasih banyak, Tuan. Selamat malam."
Aurora membungkuk hormat terlebih dahulu, sebelum akhirnya ia keluar dari kamar Pangeran Felix dan berjalan secepat mungkin menuju kamarnya.
"Apa tujuannya memberikan tawaran seperti itu padaku? Apakah ada sesuatu yang dia rencanakan di balik tawaran itu?"
Sepanjang malam. Aurora terus memikirkan tawaran yang Pangeran Felix berikan. Satu sisi, tawaran itu memang sedikit terdengar mengiurkan. Tapi di sisi lain, Aurora tau pasti, jika ia menerima tawaran itu, maka ia tidak punya alasan lagi untuk menghindar dari sang Pangeran Vampir!
"Jika perjanjian itu memiliki jangka waktu, bukankah akan terdengar jauh lebih baik?" gumam Aurora yang seketika itu juga mendapatkan sebuah ide cemerlang.
"Semoga berhasil!"
*******
Suasana pagi yang cerah tidak membuat Aurora bisa merasakan ketenangan. Bagaimana tidak. Sepanjang malam gadis itu terus terjaga dan menunggu pagi tiba. Namun, ketika sang Surya mulai menyebarkan sinarnya, Aurora malah berharap ia langsung tenggelam, tanpa adanya hari yang panjang.
"Huh, kenapa aku jadi deg-degan dan grogi?!"
Meski begitu, Aurora tetap berjalan ke arah kamar Pangeran Felix. Dengan sengaja ia memelankan langkahnya, sembari mencoba untuk mengatur detak jantungnya yang berdegup kencang.
Setelah sampai di depan pintu kamar Pangeran Felix. Aurora mematung. Entah mengapa pagi ini terasa lebih menegangkan dan canggung daripada pagi sebelumnya.
"Khemm." Aurora berdehem pelan sebelum akhirnya ia mengetuk pintu kamar Pangeran Vampir itu.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Masuk."
Mendengar jawaban itu, wajah Aurora langsung menegang. Sampai beberapa detik kemudian, ia baru memegang gagang pintu dan mendorongnya masuk.
Saat pintu kamar terbuka, Aurora bisa melihat dengan jelas kalau Pangeran Felix sedang berdiri di depan jendela kamarnya, memunggungi Aurora.
"Selamat pagi, Tuan," ucap Aurora dengan suara yang sedikit gemetar.
"Hmm. Sudah tau harus menjawab apa?" tanya Pangeran Felix to the point.
"Huh, dia benar-benar bersikap mendominasi! Sadis sekali!"
Aurora menarik napas sejenak. Lalu sedikit mengangkat kepalanya, memberanikan diri untuk menatap ke arah sang Pangeran yang kini sudah menghadap Aurora dan juga sedang menatapnya. Hal itu membuat Aurora semakin grogi!
"Emm, Tuan, maaf, apakah saya boleh mengajukan satu kesepakatan?" tanya Aurora dan langsung menundukkan kembali pandangannya.
"Katakan, apa kesepakatannya?!"
"Eum, bagaimana jika perjanjian ini memiliki jangka waktu tertentu, misalnya seperti satu tahun, dua tahun, tiga tahun, empat tahun dan seterusnya. Jika jangka waktunya sudah habis, maka perjanjian itu tidak berlaku lagi?"
Pangeran Felix terdiam mendengar ucapan Aurora. Ia menatap gadis itu dengan begitu lekat, mencoba untuk mendengar isi pikiran Aurora, tapi ia tidak mendengar sepatah katapun.
"Hmm, jika aku menyetujui kesepakatan itu, apakah kamu akan menerima tawarannya?"
"Saya bisa menerimanya, asalkan jangka waktunya dibawah sepuluh tahun," jawab Aurora yang diakhiri oleh senyuman tipis.
"Baiklah, 9 tahun."
"Hah?" Aurora reflek menatap Pangeran Felix yang tersenyum penuh kemenangan. Vampir itu benar-benar tidak mau rugi dan kalah!
"Tidak ada kesempatan untuk menawar lagi!" imbuh Pangeran Felix, membuat wajah Aurora langsung lesu.
"Bagaimana? Sepakat?"
Dengan sangat amat terpaksa, Aurora mengangguk pelan. "Iya, Tuan, saya sepakat."
Huh. Hancur sudah harapan Aurora!
"Baiklah, kalau begitu, ini dokumen perjanjiannya, bacalah!"
Pangeran Felix menyerahkan beberapa lembar kertas pada Aurora. Gadis itu menerimanya dan membaca dengan seksama.
Isi perjanjian tersebut tidak ada yang aneh, hanya berisi tugas apa yang harus Aurora lakukan, apa yang harus Aurora hindari dan balasan apa saja yang akan Aurora dapatkan.
"Apakah tiga permintaan itu berlaku sekali dalam 9 tahun, atau berlaku per-tiap bulan, Tuan?"
"Setiap bulan, kamu punya hak untuk meminta tiga hal padaku."
"Baiklah, saya harus tanda tangan di mana, Tuan?" tanya Aurora.
"Siapa yang menyuruhmu tanda tangan?"
Pangeran Felix melangkah mendekat, "Perjanjian ini tidak membutuhkan tanda tangan di atas kertas, tapi—"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
mba mawar
hai kak uda lama ngak update /Smile//Smile//Smile/
2024-11-03
2