"Kak Kairi?"
Mata Aurora terbuka lebar dengan binar penuh kebahagiaan, tanpa ragu ia berlari ke arah Kairi dan langsung memeluk pria itu dengan erat, tak peduli dengan keberadaan Pangeran Felix yang kini menatap tajam ke arah mereka.
"Aurora."
Kairi balas memeluk tubuh Aurora, gadis itu tampak lebih kurus dari terakhir mereka bertemu. "Syukurlah kamu selamat."
Masih dengan sangat erat, Aurora terus memeluk tubuh Kairi, rasa rindu yang sudah lama ia bendung akhirnya tersalurkan juga. Keduanya berpelukan cukup lama.
"Khemm!"
Suara Pangeran Felix memecahkan keharuan yang tercipta di antara dua insan itu. Lantas, Aurora mulai melepaskan pelukannya, melirik sekilas ke arah Pangeran Felix yang sudah mengeluarkan aura kejam.
"Cepat selesaikan urusan kalian!"
Kairi menatap Aurora. Gadis itu sekarang sudah berdiri di hadapannya. Tapi, ia tidak bisa berbuat banyak, niatnya untuk membebaskan Aurora benar-benar tidak berjalan sesuai apa yang ia rencanakan.
Apakah aku harus membawa Aurora kabur? Tapi, dengan prajurit mereka yang sebanyak ini, aku tidak yakin itu akan berhasil.
"Aurora." Kairi menggenggam tangan Aurora erat. "Aku datang untuk membebaskanmu, aku sudah mencarimu ke seluruh penjuru wilayah kaum manusia dan kedatanganku hari ini adalah harapan terakhir."
Mata Aurora berkaca-kaca mendengar ucapan Kairi. Rasa haru bercampur bahagia melanda hatinya. Namun, ucapan Kairi selanjutnya membuat raut wajah Aurora sedih seketika.
"Tapi, usahaku akan berakhir sia-sia."
Sekali lagi, gadis itu melirik ke arah Pangeran Felix, ia tau, pasti vampir itu tidak akan membiarkannya keluar dari istana ini dengan begitu mudah. Dan entah apa yang sudah ia katakan pada Kairi sebelumnya! Sehingga Kairi langsung menyimpulkan usahanya berakhir sia-sia.
Aurora bingung harus mengatakan apa pada Kairi, menjelaskan apa yang terjadi padanya juga tidak mungkin, karena saat ini Pangeran Felix masih mengawasi mereka.
"Waktu kalian sudah habis! Aurora! Kemari!" ucap Pangeran Felix dengan suara yang begitu tegas.
Aurora menoleh ke arah Kairi, sekali lagi, ia memeluk tubuh pria itu sembari berbisik pelan. "Pulanglah, Kak. Aku baik-baik saja di sini, jika ada kesempatan aku pasti akan pulang dan menemuimu lagi."
"Tapi—"
"Percaya padaku."
Kairi terpejam, ia membelai lembut rambut Aurora, sebelum akhirnya gadis itu lepas dari pelukannya dan berdiri di belakang Pangeran Felix dengan tatapan sendu.
Sakit. Hal itulah yang Aurora rasakan saat melihat Kairi pergi menjauh darinya. Ingin rasanya Aurora berlari dan ikut pergi bersama Kairi, tapi hal itu sangatlah mustahil dan bisa membahayakan nyawa mereka berdua.
Terlebih, Aurora tidak ingin Kairi dalam bahaya dan sampai kenapa-kenapa. Aurora paham betul, apa balasan dari orang yang berani memancing kemarahan sang Pangeran Mahkota.
"Masuk dan bersihkan tubuhmu!" titah Pangeran Felix. Tatapannya tampak begitu tajam dan menikam, menghunus setiap inci permukaan kulit Aurora .
Gadis macam apa aku ini, bahkan atas tubuhku sendiri, aku seolah tak memiliki hak lebih. Apakah aku masih pantas bersanding dengan pria sebaik Kairi?
Aurora membawa langkahnya menuju kamar. Kedatangan Kairi hari ini membuatnya tersadar akan banyak hal. Secara tidak langsung, Aurora sudah mengkhianati pria itu, bahkan dengan Kairi yang berstatus sebagai tunangannya Aurora tidak pernah bercumbu mesra.
Sedangkan di sini, dia sampai satu ranjang dengan pria lain. Bahkan ciuman pertamanya diambil oleh pria itu. Hal itulah yang membuat Aurora berpikir, masih pantaskah gadis sepertinya berharap bisa bersanding dengan Kairi?
Padahal, satu hal yang belum Aurora tau, sejak awal Kairi tidak pernah setia padanya dan pertunangan mereka bukanlah hal yang dilandasi oleh cinta seperti yang Aurora tau.
Sayangnya, Kairi tadi tidak sempat menjelaskan hal itu pada Aurora dan meminta maaf atas kesalahannya. Kehadirannya justru membuat Aurora merasa tak pantas, kehilangan kepercayaan diri dan diliputi rasa bersalah atas hal yang sebenarnya ia juga tidak kehendaki.
******
Sejak hari kedatangan Kairi, sikap Pangeran Felix berubah drastis pada Aurora. Vampir yang biasanya selalu bertingkah aneh dan menyebalkan itu kini jadi lebih dingin.
Tak jarang juga Pangeran Felix terkesan seperti mengabaikan Aurora, setiap Aurora bertanya satu hal, vampir itu pasti tidak menjawab dan pergi begitu saja.
Seperti tadi pagi, saat Aurora bertanya apakah ada tugas yang harus Aurora lakukan selama Pangeran Felix meninggal istana?
Dan bukannya memberi jawaban, Pangeran Vampir itu malah berlalu meninggalkan Aurora tanpa mengucap sepatah kata.
"Dia kenapa?"
Pertanyaan itu hanya bisa Aurora pendam, karena sekali lagi, Pangeran Felix bersikap acuh setiap kali Aurora bicara atau bertanya padanya!
"Baiklah kalau begitu, dia pikir cuman dia yang bisa marah!" kesal Aurora.
Padahal, Aurora sudah berusaha untuk bersikap patuh dan tidak berlaku aneh-aneh, tapi Vampir Menyebalkan itu terus menguji kesabarannya. Yang kian hari kian menipis.
Sudah begitu banyak hal yang Aurora selalu mencoba untuk bersabar, tapi benar kata orang, diabaikan memang sangat menyakitkan!
"Mentang-mentang dia punya kuasa, dia jadi seenaknya pada semua orang!"
Aurora menatap kepergian Pangeran Felix bersama dengan beberapa prajurit dan petinggi Istana Vampir. Entah mereka akan pergi ke mana dan dengan tujuan apa. Aurora tidak tertarik untuk bertanya!
"Lihat saja nanti! Aku akan membuat Vampir Sialan itu merasakan apa yang aku rasakan!"
Persetanan dengan hukuman, Aurora tidak peduli lagi akan hal itu, yang terpenting ia bisa membalas sakit hatinya pada Pangeran Felix yang tidak memiliki hati!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Ana
kalau gak punya hati bagaimana cara menyakiti hatinya?
2025-03-12
1
Ana
dia udh selingkuh duluan, jangan merasa bersalah!
2025-03-12
1
Ana
ada yang panas nih /Blush/
2025-03-12
1