Pangeran Felix Kenapa?

Saat sudah berdiri di hadapan Pangeran Felix, mulut Aurora tiba-tiba kaku, kata-kata makian yang sudah ia susun di kepalanya tidak bisa dikeluarkan.

Padahal, saat masih di dalam kamar mandi, emosinya begitu menggebu-gebu, seolah-olah ingin langsung menerkam sang Pangeran.

Namun, begitu mereka berhadapan, Aurora kehilangan semua keberaniannya yang entah menguap ke mana.

"Kenapa?" tanya Pangeran Felix karena Aurora hanya menatapnya dengan mata melotot tanpa berkata apapun. Gadis itu terlihat sangat menggemaskan.

"Maaf karena saya telah lancang menggunakan bak mandi Anda, Tuan. Tapi, Anda tidak boleh masuk begitu saja saat ada orang lain di kamar mandi, terlebih jika yang ada di dalam adalah seorang wanita."

Ujung-ujungnya, kata-kata itulah yang keluar dari mulut Aurora. Berbanding terbalik dengan apa yang sudah ia rancang di otaknya.

Pangeran Felix tak menjawab perkataan Aurora dan malah mengatakan hal lain.

"Makanlah dan lanjut beristirahat, hari ini aku akan pergi, kamu tidak perlu menungguku pulang! Diam di dalam kamar dan beristirahat! Dan jangan berbohong lagi padaku!"

Lalu, Vampir itu pergi begitu saja, meninggalkan Aurora dengan ekspresi bingung.

"Loh, kenapa malah dia yang terkesan marah padaku? Bukannya aku yang harus marah padanya? Dasar Vampir Aneh!"

******

Pangeran Felix terus memacu kudanya menjauhi area istana. Hari ini, banyak hal yang harus ia selesaikan.

Di belakang Pangeran Felix ada beberapa pasukan prajurit berkuda juga. Bisa dibilang, mereka adalah prajurit-prajurit handal yang selalu mengawal ke manapun Pangeran Felix pergi.

"Sepertinya suasana hati Pangeran sedang bagus hari ini," ucap salah seorang di antara mereka.

"Ya, kelihatannya seperti itu untuk saat ini. Tapi kita tidak tau nanti!"

Keduanya saling menatap, lalu kembali mempercepat kuda mereka agar tidak tertinggal dari rombongan.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, rombongan Pangeran Felix berhenti di sebuah kota yang berada di penghujung utara wilayah kaum vampir.

Melihat kedatangan Pangeran Felix yang tiba-tiba, orang-orang yang berada di kota itu menunjukkan reaksi yang berbeda-beda, ada yang tampak kaget, takut, senang dan kebingungan.

"Selamat datang, Pangeran," sambut seorang pria paruh baya sembari membungkuk hormat, diikuti oleh orang-orang lain di sekitarnya.

Belum sempat Pangeran Felix mengatakan maksud dan tujuan kedatangannya, ia tiba-tiba saja mendengar bisik-bisik dari kerumunan para wanita.

"Katanya, Pangeran Felix memiliki wanita simpanan dari kaum manusia," bisik seorang wanita.

"Iya, aku juga pernah mendengar hal itu. Menurutku, wanita itu pasti hanya dijadikan mainan dan pemuas naf-su saja oleh Pangeran, secara kan dia berasal dari kalangan kaum manusia yang lemah," sahut yang lainnya.

Kedua telapak tangan Pangeran Felix mengepal kuat, dialihkannya pandangannya pada kedua wanita tersebut.

"Tutup mulut kalian jika kalian masih ingin hidup! Jangan sampai aku menyobek mulut kalian di depan semua orang!"

Keduanya tersentak kaget dan langsung gemetar ketakutan. Kepala mereka tertunduk, tak berani menatap kilatan amarah yang terpancar jelas dari kedua mata Pangeran Felix.

Kemarahan Pangeran Felix yang secara tiba-tiba tentu membuat semua orang bertanya-tanya, "Pangeran Felix kenapa? Apa yang membuatnya bisa semarah itu?"

Tak sedikit juga yang ikut memandang kedua wanita itu dengan tatapan tajam, tatapan mereka seolah berkata, "matilah kalian bedua!"

Dengan suara gemetar dan kaki yang terasa begitu lemas, keduanya langsung bersimpuh dan meminta maaf kepada Pangeran Felix.

"Maaf, Pangeran, maafkan kami, kami janji tidak akan mengulanginya lagi," ucap keduanya mengiba. Namun, Pangeran Felix tak merespon apa-apa.

*****

Menjelang tengah malam. Pangeran Felix baru sampai di istana. Beberapa pelayan tampak berjejer menyambut kepulangannya.

"Dia tidak menyambutku?"

Vampir itu hampir lupa kalau dia sendirilah yang meminta Aurora agar beristirahat tanpa menunggunya pulang!

Para pelayan menunduk hormat ketika Pangeran Felix lewat di depan mereka. Tak ada satupun dari mereka yang berani mengangkat kepala sampai Pangeran Felix berlalu.

"Bagaimana, apakah dia beristirahat seharian ini?" tanya Pangeran Felix kepada kepala pelayan.

"Iya, Pangeran. Nona Aurora hanya keluar kamar sore tadi. Dan sekarang, dia sudah tertidur."

"Baguslah. Apakah dia makan dengan teratur?"

"Iya, Pangeran. Nona Aurora tidak melewatkan makan siang ataupun malam lagi."

Pangeran Felix mengangguk pelan. "Kamu juga beristirahatlah!"

"Baik, Pangeran, selamat malam. Jika Anda butuh apapun itu, Anda bisa memanggil saya."

"Hmm."

Setelah itu, Pangeran Felix lanjut berjalan menuju kamarnya. Sebenarnya hari ini ia sangat butuh asupan darah dari Aurora, tapi melihat kondisi Aurora sekarang, Pangeran Felix berusaha untuk menahan keinginannya. Itu juga demi kebaikannya sendiri.

"Lihatlah, kamu tidur dengan begitu pulas sekarang."

Vampir itu duduk di samping ranjang dekat dengan tubuh Aurora.

"Aku tidak akan mengizinkan siapapun mengatakan hal buruk tentangmu. Aku tidak suka orang lain menjelekkan apa yang menjadi milikku, hanya aku yang boleh melakukan itu!"

Tangan Pangeran Felix terulur, ia membelai rambut Aurora dengan senyuman tipis di sudut bibirnya. Entah ia menyadari hal itu atau tidak.

*******

"Kami sudah mencari ke semua penjuru kota. Tapi kami tidak menemukan keberadaan Nona Aurora di mana pun," ucap salah seorang dari tiga pria yang berdiri di hadapan Kairi.

"Tapi, Tuan. Kemarin saya sempat mendengar berita yang tersebar di ibukota, katanya ada beberapa orang yang menjadi tawanan di istana vampir. Apakah mungkin Nona Aurora juga di sana?" sahut yang lainnya.

"Cari tau kebeneran berita itu, jika berita itu benar, ada kemungkinan Aurora juga menjadi korban!"

"Baik, Tuan."

Ketiganya pamit undur diri, melakukan apa yang Kairi minta setelah mendapatkan imbalan awal mereka.

"Aurora, aku akan berusaha menemukanmu, anggap saja ini sebagai tebusan dari kesalahanku!"

Kairi memejamkan matanya. Berharap ia segera menemukan keberadaan Aurora, agar malam-malamnya tidak lagi dihantui oleh penyesalan dan bayang-bayang kemarahan Nicholas padanya.

"Nicholas, maafkan aku."

*******

Aurora tidak tau sejak kapan Pangeran Felix ikut berbaring di sebelahnya. Yang Aurora tau pasti, saat ia membuka mata, ia langsung melihat wajah tenang sang Pangeran yang masih terpejam.

Aurora melirik ke arah luar jendela. Langit masih tampak gelap. Lalu, gadis itu kembali mengalihkan pandangannya, menatap wajah Pangeran Felix.

"Kukira dia tidak akan pulang malam ini."

Setelah Aurora amati lagi. Ternyata, jika Pangeran Felix sedang tidur seperti ini, dia tidak terlihat kejam dan menyeramkan. Melainkan terlihat sangat tampan.

"Tidak, Aurora! Kamu tidak boleh tertipu oleh tampangnya!"

Aurora menggeleng, bagaimanapun pria yang ada di hadapannya sekarang adalah Pangeran Felix, si Vampir Mesum, Kejam dan Menyebalkan!

"Jangan terus memandangiku, nanti kamu bisa jatuh cinta," ucap Pangeran Felix yang masih terpejam, berhasil membuat Aurora kaget serta gelagapan.

"Khemm, sepertinya Anda sedang mengigau, Tuan!" Aurora membalik tubuhnya membelakangi Pangeran Felix. Sekarang, dia sudah seperti maling yang tertangkap basah!

"Ya, sepertinya aku sedang bermimpi seorang gadis terus memandangi wajah tampanku sejak tadi."

Deg.

Bulu kuduk Aurora meremang saat hembusan napas Pangeran Felix menerpa kulit lehernya.

"Tuan? Apa yang Anda lakukan?"

Hening, tidak ada jawaban. Dan tangan Pangeran Vampir itu masih terus berada di posisi yang sama.

Dia sudah bangun atau beneran sedang mengigau?

Aurora sedikit menundukkan kepalanya, melihat ke arah tangan Pangeran Felix. Lalu, dengan pelan Aurora mencoba untuk menyingkirkan tangan itu.

"Aurora!"

Reflek Aurora langsung menjauhkan tangannya dan membiarkan tangan Pangeran Felix tetap memeluknya.

Selama tangan itu melingkar, Aurora tidak berani bergerak, ia takut menganggu tidur Vampir Kejam itu.

Sampai tak terasa, langit yang tadinya gelap kini sudah mulai memancarkan cahaya jingga dari ufuk timur.

"Hiks, sampai kapan dia akan seperti ini? Leher dan badanku sudah terasa keram!" lirih Aurora tanpa berani menggerakkan tubuhnya.

Beberapa saat kemudian, tangan kekar Pangeran Vampir itu akhirnya beranjak, memberikan kesan plong pada tubuh Aurora.

Huh. Akhirnya! Lega.

Meski begitu, Aurora masih belum berani bergerak, karena Pangeran Felix masih berada tepat di belakang tubuhnya.

Pelan pelan, Aurora mencoba untuk bergeser, lalu saat sudah berada di ujung kasur, ia mulai bangun dan turun dari kasur.

"Mau ke mana?"

Pangeran Felix membuka matanya dan menatap ke arah Aurora.

"Selamat pagi, Tuan," ucap Aurora, ia sendiri bingung harus menjawab apa. Jadi hal itulah yang keluar dari bibirnya secara spontan.

"Hmm."

Vampir itu bangun dan langsung bersandar pada sandaran ranjang. "Kenapa masih mematung di situ? Cepat ke kamar mandi dan siapkan air untukku!"

"Baik, Tuan."

Walaupun kesal dan ingin sekali marah, Aurora tetap berjalan ke arah kamar mandi dan menyiapkan air seperti apa yang Pangeran Felix perintahkan.

"Padahal, kemarin aku belum sempat marah padanya! Tapi sekarang dia sudah bertindak menyebalkan!"

Aurora menyelesaikan pekerjaannya dengan wajah yang ditekuk masam. Niat hatinya untuk marah-marah ke Pangeran Felix tidak pernah terkabulkan!

******

Hari ini, bisa dibilang adalah hari keberuntungan bagi Aurora. Meskipun mengawali hari dengan sikap aneh Pangeran Felix yang tiba-tiba saja memeluknya, tapi setidaknya Aurora tidak menjadi santapan Vampir Kejam itu untuk hari ini.

"Kondisimu masih kurang stabil, aku tidak mau kenapa-kenapa jika mengonsumsi darahmu!"

Itulah yang Pangeran Felix katakan pada Aurora tadi pagi, sebelum akhirnya Vampir itu pergi dan meninggalkan istana. Entah dia mau ke mana dan ada urusan apa lagi. Aurora tidak mau tau dan tidak ingin mencari tau.

Sebelum pergi, Pangeran Felix juga sempat berpesan agar Aurora merapikan kamar serta ruang belajarnya yang terletak tidak jauh dari ruang rapat istana.

"Ini dia ruangannya. Kalau butuh bantuan, katakan saja padaku, jangan sungkan," ucap kepala pelayan yang memang ditugaskan untuk menunjukkan letak ruang belajar tersebut oleh Pangeran Felix.

"Baiklah, terimakasih."

Aurora membuka pintu ruangan. Hal pertama yang Aurora lihat langsung membuat gadis itu tertegun. Ruang baca itu ternyata dipenuhi oleh rak-rak buku yang diisi penuh oleh buku-buku tebal.

Saat mulai melangkah masuk, Aurora justru semakin dibuat tidak bisa berkata-kata. Karena pada setiap dinding ruangan itu juga terdapat rak buku berukuran besar yang menutupi dinding dan mengelilingi ruangan.

"Apakah makhluk seperti dia suka membaca buku? Dan setebal-tebal ini? Aku tidak percaya!"

Aurora mengusap permukaan sebuah buku. Sedikit berdebu. Di sampul buku itu terpampang jelas tulisan besar yang Aurora yakini sebagai judul dari buku tersebut.

"Peradaban Yang Hilang."

Episodes
1 Menjadi Pelayan Pribadi
2 Tugas Pertama Pelayan
3 Menjadi Pelayan Baik
4 Sisi Baik Pangeran?
5 Para Tamu Istana
6 Peringatan Terakhir Pangeran
7 Tingkah Laku Helena
8 Kastil Wilayah Selatan
9 Layananan Mandi Pangeran
10 Gara-Gara Barbara
11 Masa Lalu Aurora
12 Tawaran Pangeran Felix
13 Tanda Tangan Perjanjian?
14 Hari Pasca Perjanjian
15 Pangeran Felix Kenapa?
16 Permintaan Pertama Aurora
17 Tekad Kuat Kairi
18 Bertemu Dengan Kairi
19 Pembalasan Aurora
20 Keadaan Aurora
21 Gerhana Bulan Total
22 Kembali Ke Rumah
23 Kairi Dan Kebusukannya.
24 Kembali Ke Istana
25 Perubahan Pangeran Felix?
26 Perasaan Apa Ini?
27 Kunjungan Ke Pusat Kota
28 Jalan-Jalan Malam
29 Memikirkan Masa Depan
30 Jika Aku Menikahimu
31 Menjadi Istri Tuan Vampir | 1
32 Menjadi Istri Tuan Vampir | 2
33 Menjadi Istri Tuan Vampir | 3
34 Menjadi Istri Tuan Vampir | 4
35 Menjadi Istri Tuan Vampir | 5
36 Menjadi Istri Tuan Vampir | 6
37 Menjadi Istri Tuan Vampir | 7
38 Menjadi Istri Tuan Vampir | 8
39 Menjadi Istri Tuan Vampir | 9
40 Menjadi Istri Tuan Vampir | 10
41 Menjadi Istri Tuan Vampir | 11
42 Menjadi Istri Tuan Vampir | 12
43 Menjadi Istri Tuan Vampir | 13
44 Menjadi Istri Tuan Vampir | 14
45 Menjadi Istri Tuan Vampir | 15
46 Menjadi Istri Tuan Vampir | 16
47 Menjadi Istri Tuan Vampir | 17
48 Menjadi Istri Tuan Vampir | 18
49 Menjadi Istri Tuan Vampir | 19
50 Menjadi Istri Tuan Vampir | 20
51 Menjadi Istri Tuan Vampir | 21
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Menjadi Pelayan Pribadi
2
Tugas Pertama Pelayan
3
Menjadi Pelayan Baik
4
Sisi Baik Pangeran?
5
Para Tamu Istana
6
Peringatan Terakhir Pangeran
7
Tingkah Laku Helena
8
Kastil Wilayah Selatan
9
Layananan Mandi Pangeran
10
Gara-Gara Barbara
11
Masa Lalu Aurora
12
Tawaran Pangeran Felix
13
Tanda Tangan Perjanjian?
14
Hari Pasca Perjanjian
15
Pangeran Felix Kenapa?
16
Permintaan Pertama Aurora
17
Tekad Kuat Kairi
18
Bertemu Dengan Kairi
19
Pembalasan Aurora
20
Keadaan Aurora
21
Gerhana Bulan Total
22
Kembali Ke Rumah
23
Kairi Dan Kebusukannya.
24
Kembali Ke Istana
25
Perubahan Pangeran Felix?
26
Perasaan Apa Ini?
27
Kunjungan Ke Pusat Kota
28
Jalan-Jalan Malam
29
Memikirkan Masa Depan
30
Jika Aku Menikahimu
31
Menjadi Istri Tuan Vampir | 1
32
Menjadi Istri Tuan Vampir | 2
33
Menjadi Istri Tuan Vampir | 3
34
Menjadi Istri Tuan Vampir | 4
35
Menjadi Istri Tuan Vampir | 5
36
Menjadi Istri Tuan Vampir | 6
37
Menjadi Istri Tuan Vampir | 7
38
Menjadi Istri Tuan Vampir | 8
39
Menjadi Istri Tuan Vampir | 9
40
Menjadi Istri Tuan Vampir | 10
41
Menjadi Istri Tuan Vampir | 11
42
Menjadi Istri Tuan Vampir | 12
43
Menjadi Istri Tuan Vampir | 13
44
Menjadi Istri Tuan Vampir | 14
45
Menjadi Istri Tuan Vampir | 15
46
Menjadi Istri Tuan Vampir | 16
47
Menjadi Istri Tuan Vampir | 17
48
Menjadi Istri Tuan Vampir | 18
49
Menjadi Istri Tuan Vampir | 19
50
Menjadi Istri Tuan Vampir | 20
51
Menjadi Istri Tuan Vampir | 21

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!