Bercak darah yang tergambar di seprai menjadi saksi sebesar apa kemarahan Pangeran Felix pada Aurora kali ini.
Aurora, gadis yang menjadi korban kemarahan itu hanya terbaring lemah di atas kasur, kedua tangan dan kakinya sudah tidak dirantai lagi.
Beberapa butir air mata tak lagi menetes membasahi pipi yang mulai mengering itu. Ada bekas lebam di leher, pergelangan tangan, pergelangan kakinya dan di beberapa titik tubuh lainnya.
Rasa nyeri dan sakit masih menjalar, namun untuk merintih, Aurora sudah tidak memiliki tenaga lagi. Menangis pun sudah tidak berarti apa-apa.
"Aku tidak akan pernah melupakan semua ini! Bahkan sampai kehidupan berikutnya!"
Setelah puas melampiaskan amarahnya pada Aurora, Pangeran Felix meninggalkan kamarnya dan pergi entah kemana.
Sampai pagi menyapa, si Vampir Gila itu pun masih belum menampakkan batang hidungnya. Hari berganti pun masih sama. Hanya ada Aurora yang terbaring tak berdaya di atas kasur.
Keadaan gadis itu semakin memburuk, ditambah ia kesulitan untuk makan karena luka luka di bibirnya. Untuk berjalan pun harus dibantu oleh orang lain.
Lebam yang Pangeran Felix tinggalkan di sekujur tubuh Aurora semakin menggelap, sehingga setiap gerakan yang Aurora lakukan akan menimbulkan rasa nyeri dan sakit yang membuat Aurora selalu menahan air matanya.
Ternyata, berurusan dengan Vampir Gila itu tak semudah yang Aurora bayangkan!
******
Di Kastil Wilayah Barat Kaum Vampir. Di sana Pangeran Felix berada sekarang. Vampir itu sengaja meninggalkan istana, untuk menghindari Aurora.
"AKU MEMBENCIMU VAMPIR SIALAN!"
Teriakan Aurora kembali terngiang di telinganya, membuat api amarah yang sempat padam kembali terbakar.
"Berani-beraninya dia berteriak dan mengatakan itu padaku!" geram Pangeran Felix.
Tapi, di balik amarahnya itu, ada perasaan aneh yang menganggu hatinya. Entah mengapa, saat melihat Aurora merintih kesakitan, bukannya ia merasa puas dan senang, ia malah merasa bersalah, hal yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya pada siapapun.
"Dia memang pantas mendapatkan hukuman!" ucap Pangeran Felix, mencoba untuk menepis perasaan aneh tersebut. Ia sering memberikan hukuman pada setiap orang yang pantas mendapatkannya. Bahkan dengan hukuman yang lebih kejam lagi, tapi tak pernah sedikitpun Pangeran Felix merasa iba dan merasa bersalah.
Tapi kepala Aurora, gadis itu berhasil membuatnya risau. Sampai akhirnya Pangeran Felix memutuskan untuk kembali ke istana lebih cepat dari yang seharusnya.
Pangeran Felix sendiri bingung apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Kenapa apapun yang menyangkut dan berhubungan dengan Aurora begitu memporak-porandakan emosi dan pikirannya.
*****
Sesampainya di istana, Pangeran Felix dibuat heran dengan beberapa pelayan yang berdiri di depan kamarnya. "Ada apa?"
"Pangeran?"
Para pelayan yang kaget melihat kedatangan Pangeran Felix langsung menunduk memberi hormat.
"Maaf, Pangeran, kami tadi diminta untuk mengantarkan makanan untuk Nona Aurora oleh kepala pelayan, tapi saat kami masuk, kami melihat Nona Aurora muntah darah dan sekarang —"
Pangeran Felix langsung melangkah masuk ke dalam kamar tanpa mendengar penjelasan pelayan tersebut sampai selesai.
Di dalam sudah ada tabib istana dan —
"Barbara? Apa yang kamu lakuin di sini?"
Kaget, Barbara menoleh. "Pangeran." Vampir itu membungkuk hormat. "Tadi aku tidak sengaja mendengar para pelayan mengatakan kalau Aurora muntah darah, jadi aku membawa tabib untuk memeriksa keadaannya."
Pangeran Felix menatap ke arah kasur. Aurora terbaring lemah di sana dengan wajah pucat dan sekujur tubuh yang dipenuhi oleh luka lebam yang terlihat menghitam.
"Maaf, Pangeran, dia kekurangan banyak darah dan jika kondisinya terus seperti ini, dia akan kehilangan nyawanya," jelas tabib istana setelah memeriksa keadaan Aurora.
******
Tubuhnya terbaring lemah, tanpa pergerakan, matanya terpejam, Aurora sudah tidak sadarkan diri sejak terakhir kali dia ditemukan muntah darah. Tabib istana sudah memeriksa keadaannya, tidak ada perkembangan, yang ada makin hari, kondisi gadis itu semakin parah.
Pangeran Felix juga sudah membantu dengan mengobati luka lebam pada sekujur tubuh Aurora dengan kekuatan penyembuhnya, namun hal itu tidak membuat kondisi Aurora membaik, karena permasalahan utamanya adalah Aurora kehilangan banyak darah dalam tubuhnya dan tentu kondisi itu sangatlah berbahaya.
"Pangeran, sepertinya dia membutuhkan tabib dari kaum manusia, karena penyakit yang dia derita sekarang hanya terjadi pada kaum manusia dan merekalah yang lebih mengerti bagaimana cara menanganinya."
"Kalau begitu, cepat bawa tabib terbaik mereka ke istana vampir!"
Rasa risau itu semakin menjadi-jadi. Pangeran Felix bahkan sampai tidak berselera untuk makan. Bayangan Aurora yang terbaring lemah terus menghantui pikirannya.
Setelah menunggu cukup lama. Para prajurit istana vampir berhasil membawa seorang tabib dari kaum manusia. Sesampainya di sini, tabib itu langsung di persilahkan untuk melihat keadaan Aurora.
Ketika pintu kamar Pangeran Felix dibuka dan langkahnya semakin mendekati ranjang, wanita paruh baya itu tertegun saat melihat siapa yang harus ia obati.
"Nona Aurora?" lirih Tabib Ellen.
Tabib Ellen adalah Tabib yang sangat dipercaya di kalangan bangsawan kaum manusia, selain dikenal dengan keterampilannya dalam mengobati setiap pasien, Tabib Ellen juga dikenal sebagai pribadi yang baik dan jujur, tak heran banyak para bangsawan yang mempercayainya, salah satunya keluarga Aurora.
Melihat keadaan Aurora yang sekarang membuat kedua netra Tabib Ellen berkaca-kaca, terakhir bertemu dengan Aurora, gadis itu masih terlihat sangat begitu cantik, tidak kurus dan semenyedihkan ini.
"Silahkan," ucap Tabib istana kaum vampir pada Tabib Ellen. Ia mundur, memberikan ruang yang cukup agar Tabib Ellen bisa memeriksa keadaan Aurora.
"Nona Aurora, apa yang terjadi pada Anda." Tabib Ellen mulai memegang pergelangan tangan Aurora, nadinya masih berdenyut, namun sangatlah lemah. Lalu ia beralih ke sekitar leher —
"Ada pembuluh darah yang terinfeksi di sini," ucap Tabib Ellen lalu memeriksa anggota tubuh yang lain.
"Selain kekurangan darah, Nona Aurora juga terkena infeksi pada pembuluh darah yang berada di leher, darahnya juga sudah tidak murni lagi, ada campuran darah vampir di dalam tubuhnya." Suara Tabib Ellen sampai bergetar ketika menjelaskan hal tersebut, bagiamana bisa hal ini menimpa Aurora, pikirnya.
"Apakah ada cara untuk menyembuhkannya?" tanya Pangeran Felix yang sedari tadi diam dan memperhatikan gerak-gerik Tabib Ellen.
"Ada." Tabib Ellen diam sejenak, membalas tatapan Pangeran Felix. "Kita harus memulihkan pembuluh darah yang sudah terinfeksi terlebih dahulu, baru setelah itu saya bisa memberikan ramuan penambah darah padanya, hanya itu yang bisa saya lakukan."
"Lakukanlah, aku yang menanggung semua biayanya!"
"Baik, Tuan." Tabib Ellen melakukan ini bukan semata-mata atas permintaan Pangeran Felix, ia melakukannya karena murni ingin menolong Aurora, secara ia mengenal baik gadis itu dan keluarganya.
Proses penyembuhan itu memakan waktu yang cukup lama. Selama tiga hari berturut-turut, Tabib Ellen secara rutin memberikan ramuan khusus yang akan bantu memulihkan pembuluh darah Aurora yang terkena infeksi gigitan vampir.
Di hari keempat, Tabib Ellen mulai memberikan ramuan khusus penambah darah sebanyak tiga kali sehari dan hal itu berlangsung sampai hari ke tujuh dan seterusnya sampai Aurora sadar.
Dan selama masa penyembuhan tersebut, Aurora tidak pernah sadarkan diri, ia masih terpejam, namun kondisi tubuhnya kian hari kian membaik.
Di hari ke delapan, Tabib Ellen kembali masuk ke dalam kamar tempat Aurora terbaring selama proses penyembuhan, yaitu masih di dalam kamar Pangeran Felix.
Menatap wajah Aurora yang masih terpejam, air mata Tabib Ellen tiba-tiba berlinang, ia menaruh rasa iba pada Aurora setelah mendengar kalau ternyata selama ini Aurora dijadikan sebagai pelayan pribadi Pangeran Mahkota Istana Vampir, yang tidak lain adalah Pangeran Felix, orang yang bertanggungjawab atas biaya pengobatan ini.
Tabib Ellen menyeka air matanya, ingin membantu Aurora terlepas dari semua kesedihan yang mungkin ia rasakan selama ini, tapi Tabib Ellen tidak punya kuasa untuk menentang Sang Pangeran Mahkota Istana Vampir, terlebih lagi status Aurora sebelum ini adalah tawanan perang dan sekarang sedang terikat perjanjian darah dengan Pangeran Felix.
Tabib Ellen mengetahui hal itu karena saat memeriksa keadaan Aurora, ia menemukan ada campuran darah vampir yang mengalir di dalam tubuh Aurora. Hal itu sangatlah mustahil terjadi jika bukan karena terikat perjanjian darah, karena pada dasarnya, darah vampir dan manusia memiliki sifat dan karakter yang jauh berbeda!
****
"Kapan dia akan sadarkan diri?" tanya Pangeran Felix setelah Tabib Ellen selesai memberikan ramuan khusus penambah darah di hari ke sembilan.
"Pergerakan darah dalam tubuh Nona Aurora belum stabil, sehingga detak jantung dan denyut nadinya masih sangatlah lemah. Meski luarnya terlihat sudah cukup baik, tapi organ-organ di dalam tubuhnya masih dalam masa pemulihan," jelas Tabib Ellen sejujur-jujurnya. Tidak ada yang ia sembunyikan.
Pangeran Felix tak menjawab, tapi jelas terlihat pada raut wajahnya, ia menyimak dan mencoba mencerna penjelasan yang Tabib Ellen berikan.
Ragu, Tabib Ellen ingin angkat bicara, ada hal harus ia sampaikan pada Pangeran Felix. Demi kebaikan Aurora dan juga kebaikan Pangeran Felix untuk kedepannya.
"Tuan, maaf jika apa yang akan saya sampaikan terdengar sedikit lancang. Saya mau menyampaikan kalau dari masa pemulihan sampai sembuh total bisa menghabiskan waktu kurang lebih 1 sampai 2 bulan. Dan selama masa itu, darah Nona Aurora masih belum sepenuhnya bersih, jadi ada baiknya jika Anda tidak mengonsumsi darah Nona Aurora dalam masa itu, karena itu akan membahayakan diri Anda sendiri ataupun akan memperburuk keadaan Nona Aurora kedepannya."
Sekali lagi. Tak ada jawaban dari Pangeran Felix, meski begitu, Tabib Ellen berharap semoga Pangeran Mahkota Istana Vampir itu mengerti apa yang ia maksud.
"Aurora, kamu benar-benar menyiksaku dengan semua ini! Bahkan setelah sadar pun kamu masih lanjut menyiksaku dengan harus menahan diri agar tidak sampai menghisap darahmu. Sialnya, aku tidak mengerti, kenapa aku bisa sepeduli ini padamu, wahai Pelayanku."
Pangeran Felix menatap wajah Aurora. Ada harapan kecil yang terbesit dalam benaknya, agar gadis itu segera membuka mata.
Jika ditanya kenapa? Pangeran Felix sendiri tidak tahu jawabannya. Dan entah sejak kapan ia jadi sepeduli ini pada orang lain, selain Ayahnya.
Sebelumnya tak pernah, tapi lagi-lagi, kepada Aurora ia bisa merasakan hal yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, khawatir akan keselamatan gadis yang menjadi korban amarahnya itu.
"Jika saja kamu terus bersikap menurut, mungkin hal ini tidak akan terjadi padamu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Ana
kamu jatuh cinta, bodoh!
2025-03-12
1
Ana
sepertinya pangeran mahkota ini tidak terlalu pintar, yang namanya "cinta" saja tidak tahu /Speechless/
2025-03-12
1
Ana
itu salah mu! eh... salah Aurora? eh tidak! itu salah Kairi!/Panic/
2025-03-12
1