"Kenapa kamu terlihat sangat ketakutan, Pelayanku? Berhentilah untuk mencoba menghindar—"
"Siapa yang tidak takut dengan tatapan kelaparanmu itu, Dasar Vampir Kejam Sialan!"
"Pelayanku, aku melihat begitu banyak luka yang belum sembuh di tubuhmu. Tidak kah kamu ingin menerima bantuan dari Tuanmu?" Pangeran Felix menatap setiap inci tubuh Aurora dengan lekat, hingga membuat Aurora reflek menutupi area dadanya.
"Selain kejam, Vampir ini ternyata cukup Mesum juga! Lihatlah tatapan mesumnya ituuu."
Bukannya kesal setelah mendengar jeritan hati Aurora, si Pangeran Vampir itu malah semakin tersenyum lebar, tapi itu justru membuatnya tambah terlihat menakutkan dan mesum di mata Aurora!
Aurora yang masih mencoba menghindar akhirnya berhenti setelah tubuhnya menabrak pintu kamar, ingin rasanya ia memutar badan dan langsung kabur sekarang juga!
"Kamu tidak bisa kabur lagi, Pelayanku. Pintunya sudah kukunci, jadi menyerahlah!"
Raut wajah Aurora semakin tak karuan, panik, kesal, takut dan gelisah bercampur menjadi satu.
"Aku tidak akan menyakitimu, aku hanya ingin membantu Pelayanku mengobati lukanya, percayalah!"
Pangeran Felix kini sudah berada tepat di hadapan Aurora, hingga Aurora bisa kembali mencium aroma tubuh pria yang baru selesai mandi itu.
Dengan sangat pelan, Pangeran Mahkota Istana Vampir itu menyentuh telapak tangan Aurora, mengusapnya pelan hingga luka di telapak tangan gadis itu menghilang.
"Kamu percaya ,'kan sekarang?"
Belum sempat Aurora mencerna kejadian tersebut dan menjawab, Pangeran Felix sudah terlebih dahulu mengarahkan tangan Aurora untuk menyentuh wajahnya. Mata Pangeran Vampir itu terpejam dan Aurora bisa merasakan ada hawa dingin yang menjalar melalui tangannya dan menyebar luas ke seluruh tubuh.
Saat Aurora amati, si Pangeran Vampir ini ternyata memiliki kulit putih pucat, dengan hidung mancung, alis hitam yang tidak terlalu tebal, bibirnya tipis dengan rahang yang tegas dan bola matanya berwarna —
"Biru, tidak, itu abu! Tapi juga terlihat seperti biru!"
Tanpa Aurora sadari, kini netranya dan netra sang Pangeran saling menatap, Aurora sibuk menebak warna bola mata Pangeran Felix, sementara si Pangeran sibuk menahan hasratnya untuk mengigit Aurora!
Setelah wajah Pangeran Felix berjarak kurang dari 10 centimeter dari wajahnya, barulah Aurora sadar dan hendak mendorong dada pria Vampir itu agar menjauh darinya.
Namun, semua sudah terlambat, gerakan tangan Pangeran Vampir itu tentu lebih cepat! Dengan sangat mudah ia mengunci tubuh Aurora, dengan kedua tangan Aurora yang terangkat ke atas, menempel di pintu dalam satu genggaman tangan kiri Pangeran Felix.
"Aaaaaa, siapapun! Tolong akuuuuu....."
Aurora terpejam saat merasakan jilatan lembut di bagian lehernya, lalu disusul oleh gigitan yang berhasil membuat Aurora berteriak kaget dan kesakitan!
"Argh ... Saakiiitt!!!"
Hap.
Kini, gadis itu melotot, setelah gigitan yang tak terduga, ia malah mendapatkan bungkaman telak dari sang Pangeran!
Tidak! Bukan dibungkam dengan tangan! Namun bibir tipis Pangeran Vampir yang terasa begitu dingin itu membuat sekujur tubuh Aurora membeku!
"Aaaaaaaa ..... Ciuman pertamaku!!"
Dengan kondisi kedua tangan yang masih terkunci, Aurora tak kehabisan akal. Ia menggunakan kakinya untuk menginjak kaki Pangeran Felix, namun si Pangeran Vampir itu tidak menunjukkan ekspresi apapun! Yang ada, dia malah mengigit bibir Aurora hingga berdarah!
"Dasar Vampir Kejam Sialan!! Sakit sekaliiiii."
Bukannya merasa bersalah setelah mendengar jeritan hati Aurora, Pangeran Felix malah dengan penuh semangat menyesap darah yang keluar dari bibir gadis itu.
"Ini sudah masuk tindak pidana pelecehan seksual!"
****
Aurora terduduk lemas, luka di sekujur tubuhnya memang terobati. Namun, ia sama sekali tidak merasa senang sekarang!
Setelah puas menghisap darah yang keluar dari bibir Aurora, si Pangeran Vampir itu beralih mengigit leher Aurora, menghisap serta menjilati darah yang keluar dari sana dengan begitu rakus! Tanpa mempedulikan Aurora yang terus memberontak dan mulai menangis.
"Keluarlah!"
Benar-benar tak punya perasaan! Setelah mendapatkan apa yang ia mau, Vampir Kejam itu menyuruh Aurora keluar begitu saja.
"Apa yang lebih menyedihkan dari dilecehkan dan tidak melakukan apapun untuk membela diri? Semalang ini kah nasibku sekarang?"
Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Aurora mencoba untuk bangkit, meski kakinya terasa masih sangat lemas, ia berusaha untuk melangkah keluar dari kamar Vampir Kejam itu. Namun, baru beberapa langkah saja, tubuh Aurora ambruk, seketika pandangannya berubah gelap.
Bugh.
Tubuh gadis malang itu terkapar tepat di depan pintu kamar Pangeran Felix, hal itu tentu membuat si Pangeran Vampir melangkah mendekatinya. "Apakah dia kehabisan darah?"
Tanpa rasa bersalah sedikitpun, Pangeran Felix mengangkat tubuh Aurora, membaringkan tubuh lemah itu di atas kasurnya. Sekali lagi, dia tidak merasa bersalah ataupun menyesal atas perbuatannya! Pangeran Felix melakukan hal itu sebagai rasa tanggungjawabnya sebagai seorang Tuan dari seorang Pelayan!
"Baru segitu saja sudah pingsan! Dasar Payah!"
Untuk malam ini, Vampir Kejam itu membiarkan Aurora beristirahat di kamarnya. Sementara ia sendiri memutuskan untuk keluar kamar, mencari udara segar sekaligus memastikan apakah semua tamu istana mendapatkan pelayanan yang baik?
"Pangeran Mahkota!"
Teriakan dari suara yang begitu familiar itu menghentikan langkah Pangeran Felix.
"Huh, akhirnya Anda keluar kamar juga!" ucap Barbara, dia adalah sepupu Pangeran Felix yang tinggal di kastil wilayah barat kaum vampir dan menjadi bagian dari rombongan tamu istana.
"Hmm, ada apa?"
"Tidak ada, dengar-dengar, kau memiliki pelayan pribadi yang sangat cantik dari kaum manusia, apakah gosip itu benar?" tanya Barbara sedikit pelan.
"Apakah kau kekurangan tugas di kastil?" Pangeran Felix balik bertanya, membuat senyuman di wajah Barbara langsung pudar seketika itu juga!
"Tidak! Tugasku sudah cukup berat, jangan tambah lagi!"
"Baguslah kalau begitu!"
"Tapi, pertanyaanku tadi, apakah benar?"
Husssh...
Barbara buru-buru kabur setelah mendapatkan tatapan tajam dari sang Pangeran, tak lupa sembari berteriak, "Selamat malam, Pangeran!!"
Pangeran Felix hanya bisa menggeleng pelan. Hubungannya dengan Barbara memang begitu dekat, tak heran jika Vampir yang satu itu kadang berani bertingkah sedikit lancang padanya.
Namun tetap saja, selancang-lancangnya Barbara, ia tetap menciut jika sudah mendapatkan tatapan tajam dari Pangeran Mahkota Istana Vampir itu. Dan jurus ampuhnya selama ini adalah langsung kabur dan menghindar!
Di lantai dasar Istana Vampir, masih banyak pelayan yang mondar-mandir di sana, mereka sedang membersihkan aula, ruang makan dan juga dapur. Sedangkan para tamu istana sudah beristirahat di kamar mereka masing-masing, yang tentu sudah disiapkan sebelumnya.
"Pangeran," panggil Kepala Pelayan sembari melangkah mendekat dengan kepala yang tertunduk sopan. "Yang Mulia tadi berpesan, agar Anda mengikuti jamuan sarapan besok pagi."
"Hmm. Ada lagi?"
"Saya juga sudah memberikan susu yang Anda minta pada Nona Aurora."
"Berikan padanya secara teratur! Pastikan apa yang ia makan adalah makanan yang sehat dan bergizi! Jangan sampai ada masalah pada makanannya!"
"Baik, Pangeran."
"Karena itu akan berdampak pada darahnya dan juga padaku," tegas Pangeran Felix.
"Dan satu lagi! Ubah gaya berpakaiannya! Pelayan Pribadiku tidak cocok menggunakan pakaian Pelayan Biasa seperti itu!"
"Baik, Pangeran. Apakah saya juga perlu memperbaiki potongan rambut Nona Aurora? Saya perhatikan, rambutnya tampak rusak, mungkin efek dari peperangan kemarin?"
"Lakukan saja, aku tidak ingin mataku sakit melihat penampilan buruknya setiap hari!"
"Baik, Pangeran, saya akan berusaha melakukan yang terbaik."
"Hmm."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments