Gara-Gara Barbara

"Huaaaaaaaa! Aku maluuuuuu!" teriak Aurora di balik bantalnya.

Setelah merasa puas menghisap darah Aurora, Pangeran Felix menyuruh Aurora untuk beristirahat, namun sebelum itu, Pangeran Felix sempat menuntun tangan Aurora untuk masuk ke dalam bajunya, meraba perut sixpack sang Pangeran beberapa detik.

"Bonus tambahan untukmu."

Aurora yang pada dasarnya ingin menghilang sejak tadi tambah ingin mati saat itu juga, beruntung Pangeran Felix sudah mengizinkannya untuk kembali ke kamar dan beristirahat, jadi tanpa pikir panjang lagi, Aurora langsung kabur tanpa sempat mengucapkan apapun setelah Pangeran Felix melepas tangannya.

"Selain kejam, ternyata Vampir Sialan itu cukup jahil juga! Huaaaaaaaa, bagiamana ini, aku benar-benar maluuu! Apa aku kabur saja sekarang, agar aku tidak bertemu lagi dengannya?!"

Aurora berguling ke kanan dan kiri, rasa lelah dan kantuknya sudah sirna entah ke mana. Sekarang Aurora malah tidak bisa tidur karena terus kebayang kejadian memalukan tadi!

"Dia pasti mengira aku berpikir mesum padanya! Sangat memalukan!"

Gadis itu menutup wajahnya, ia tidak tau apakah besok dia masih punya kepercayaan diri untuk muncul di hadapan Pangeran Vampir itu?!

"Apa aku pura-pura amnesia saja?"

Lagi-lagi, saat Aurora mencoba untuk melupakan hal tersebut, hal itu justru semakin terbayang-bayang di pelupuk matanya. "AAAAA, AKU TIDAK BISAAA!"

Berbeda dengan Aurora yang uring-uringan dan kesulitan tidur, Pangeran Felix malah sudah tertidur lelap dengan perut kenyang dan senyuman yang mengembang.

*********

Matahari sudah menyapa sejak tadi. Namun Aurora masih di dalam kamarnya, ia mondar-mandir di depan pintu, mengumpul kepercayaan diri untuk bertemu dengan sang Pangeran Vampir.

"Aurora! Kamu tidak boleh terus-menerus seperti ini! Lupakan kejadian semalam! Anggap saja tidak pernah ada kejadian seperti itu sebelumnya!"

Setelah merasa cukup percaya diri, Aurora akhirnya memutuskan untuk keluar. Dan ketika pintu kamarnya baru saja terbuka, ia malah mendapati sang Pangeran Mahkota sudah berdiri di depan kamarnya dengan tatapan tajam.

"Selamat pagi, Tuan," sapa Aurora untuk menyembunyikan keterkejutannya.

"Hmm, aku tidak suka orang tidak disiplin waktu!"

"Maaf, Tuan. Saya tidak akan mengulanginya lagi."

"Ikut aku, aku akan sarapan di ruang makan!" ucap Pangeran Felix lalu melangkah terlebih dahulu dan diikuti oleh Aurora di belakangnya.

Kedatangan Pangeran Felix membuat semua orang yang ada di dalam ruang makan berdiri dan memberikan hormat, termasuk Barbara yang duduk berdekatan dengan kursi Pangeran Felix.

"Apakah dia Pelayan Pribadi Pangeran?" gumam Barbara dengan pandangan yang tertuju ke arah Aurora. "Cantik."

"Pergilah ke dapur, lalu bawakan sarapan untukku!" ucap Pangeran Felix pada Aurora.

"Baik, Tuan."

"Cih, kemunculan Manusia Lemah itu membuat selera makanku hilang!" Helena membatin sembari membuang muka.

"Pangeran," panggil Barbara sedikit berisik.

"Hmm."

"Bolehkah aku memiliki Pelayan Pribadi sepertimu?"

"Terserah," jawab Pangeran Felix.

"Bagiamana kalau Pelayan Pribadimu untukku saja?"

Brakk.

Semua orang kaget saat Pangeran Felix tiba-tiba saja memukul meja makan. "Apa yang menjadi milikku, hanya akan menjadi milikku! Siapapun yang berani merebutnya dariku, maka hadapi aku terlebih dahulu!"

"Maaf, Pangeran, aku hanya bercanda," ucap Barbara panik, ia hanya bercanda, tapi kenapa Pangeran Felix malah menganggap serius candaannya?!

Kini, semua tatapan tertuju pada Barbara, semua orang seolah mencaci-makinya lewat tatapan karena sudah membuat suasana meja makan menjadi tegang!

"CK! Matilah aku!" Barbara hanya bisa tersenyum kikuk, ia janji tidak akan mencoba bercanda tentang Pelayan Pribadi dengan sang Pangeran!

"Apa yang Barbara katakan tadi sehingga Pangeran Felix marah padanya?" Helena menatap Barbara dan Pangeran Felix secara bergantian, ia tidak mendengar percakapan mereka sebelumnya, hanya mendengar bagian terakhir setelah Pangeran Felix memukul meja.

*****

Di ruang makan, para tamu Istana berserta Raja dan Pangeran sedang sarapan bersama dengan suasana yang begitu kaku, hanya terdengar dentingan sendok. Beberapa saat yang lalu, Aurora sempat mendengar gebrakan meja, entah apa yang terjadi di sana, dan saat Aurora masuk untuk membawa sarapan Pangeran Felix, suasana ruang makan sudah berubah menjadi mencekam.

"Vampir Kejam itu benar-benar membingungkan! Suasana hatinya cepat sekali berubah, sebentar membaik, lalu sedetik kemudian sudah marah-marah!"

Aurora meneguk susu yang Kepala Pelayan berikan padanya, sembari menunggu Pangeran Felix selesai sarapan, Aurora juga diberikan kesempatan untuk mengisi perut terlebih dahulu.

Selain segelas susu, Kepala Pelayan juga memberikan sepotong sandwich dan ada beberapa buah-buahan segar juga untuk Aurora.

"Aku kira vampir hanya mengonsumsi darah, tapi aku salah besar! Mereka bahkan memakan makanan empat sehat lima sempurna!" gumam Aurora dan mulai menikmati menu sarapannya.

Setengah jam kemudian, orang-orang yang berada ruang makan mulai keluar, dengar-dengar para tamu istana akan meninggalkan istana pagi ini, oleh karena itu Pangeran Felix mengikuti acara sarapan bersama.

Dari kejauhan, Aurora memperhatikan interaksi Pangeran Felix dengan para tamu istana. "Wajar saja dia begitu disegani oleh semua orang, lihatlah tatapan dan wajahnya, benar-benar tidak bersahabat!"

Lalu, gadis itu memutuskan untuk membantu para pelayan yang sedang membersihkan ruang makan, kegiatan itu jauh lebih bermanfaat daripada harus memperhatikan si Pangeran Vampir!

*******

Dari pagi hingga menjelang siang, Aurora disibukkan dengan kegiatan beberes di dalam kamar Pangeran Felix, sebelum meninggal istana, Pangeran Vampir itu sempat berpesan agar Aurora membereskan kamarnya, mengganti seprai, menyapu dan mengepel lantai kamar, serta memastikan setiap barang yang terpajang di kamar tidak berdebu sedikit pun!

"Huh, akhirnya selesai!!" Aurora menghembuskan napas lega, pekerjaan ini cukup menguras tenaga baginya, mengingat, Aurora dulu adalah seorang gadis yang terlahir dari keluarga bangsawan yang kaya raya, tentu ia tidak pernah melakukan pekerjaan seperti ini. Bahkan untuk sekedar mengganti seprai dilakukan oleh pelayan rumahnya!

Saat Aurora sedang asyik menikmati waktu istirahatnya dengan merebahkan tubuh di atas sofa yang ada di kamar Pangeran Felix, pintu kamar itu tiba-tiba saja terbuka!

"Siapa yang mengizinkanmu tidur di sana!" tanya Pangeran Felix dengan tatapan tajam ke arah Aurora, membuat gadis itu langsung bangkit dari tidurnya.

"Matilah aku!"

"Maaf Tuan atas kelancangan saya," ucap Aurora dengan nada penuh sesal, tak lupa gadis itu memasang tampang wajah sedih dan kelelahan.

"Hmm, pergilah beristirahat!" jawab Pangeran Felix, sepertinya suasana hati Vampir itu sudah membaik.

"Terimakasih, Tuan, kalau begitu saya ke kamar dulu."

Aurora sudah hampir sampai pintu kamar, tapi Pangeran Felix tiba-tiba saja memanggil namanya.

"Aurora."

"Iya, Tuan? Anda memanggil saya?"

"Hanya mengetes pendengaranmu saja, ternyata masih berfungsi dengan baik!" ucap Pangeran Felix dengan senyum menjengkelkan di wajahnya.

"Terimakasih, Tuan, saya sangat terharu dengan kepedulian Anda." Aurora tersenyum manis lalu membungkuk hormat. "Selamat beristirahat, Tuan."

Gadis itu meninggalkan kamar Pangeran Felix, meski senyum manis terpasang di wajahnya, hatinya tetap sedang keadaan kesal dan memaki si Pangeran Vampir yang menyebalkan itu!

"Dia pikir aku tuli?! Dasar Vampir Sialan!" Aurora terus menggerutu kesal sampai ia masuk ke dalam kamarnya dan meluapkan kekesalannya dengan cara meninju bantal guling yang ia ibarat sebagai Pangeran Felix.

"Huh, rasakan ini!!"

Episodes
1 Menjadi Pelayan Pribadi
2 Tugas Pertama Pelayan
3 Menjadi Pelayan Baik
4 Sisi Baik Pangeran?
5 Para Tamu Istana
6 Peringatan Terakhir Pangeran
7 Tingkah Laku Helena
8 Kastil Wilayah Selatan
9 Layananan Mandi Pangeran
10 Gara-Gara Barbara
11 Masa Lalu Aurora
12 Tawaran Pangeran Felix
13 Tanda Tangan Perjanjian?
14 Hari Pasca Perjanjian
15 Pangeran Felix Kenapa?
16 Permintaan Pertama Aurora
17 Tekad Kuat Kairi
18 Bertemu Dengan Kairi
19 Pembalasan Aurora
20 Keadaan Aurora
21 Gerhana Bulan Total
22 Kembali Ke Rumah
23 Kairi Dan Kebusukannya.
24 Kembali Ke Istana
25 Perubahan Pangeran Felix?
26 Perasaan Apa Ini?
27 Kunjungan Ke Pusat Kota
28 Jalan-Jalan Malam
29 Memikirkan Masa Depan
30 Jika Aku Menikahimu
31 Menjadi Istri Tuan Vampir | 1
32 Menjadi Istri Tuan Vampir | 2
33 Menjadi Istri Tuan Vampir | 3
34 Menjadi Istri Tuan Vampir | 4
35 Menjadi Istri Tuan Vampir | 5
36 Menjadi Istri Tuan Vampir | 6
37 Menjadi Istri Tuan Vampir | 7
38 Menjadi Istri Tuan Vampir | 8
39 Menjadi Istri Tuan Vampir | 9
40 Menjadi Istri Tuan Vampir | 10
41 Menjadi Istri Tuan Vampir | 11
42 Menjadi Istri Tuan Vampir | 12
43 Menjadi Istri Tuan Vampir | 13
44 Menjadi Istri Tuan Vampir | 14
45 Menjadi Istri Tuan Vampir | 15
46 Menjadi Istri Tuan Vampir | 16
47 Menjadi Istri Tuan Vampir | 17
48 Menjadi Istri Tuan Vampir | 18
49 Menjadi Istri Tuan Vampir | 19
50 Menjadi Istri Tuan Vampir | 20
51 Menjadi Istri Tuan Vampir | 21
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Menjadi Pelayan Pribadi
2
Tugas Pertama Pelayan
3
Menjadi Pelayan Baik
4
Sisi Baik Pangeran?
5
Para Tamu Istana
6
Peringatan Terakhir Pangeran
7
Tingkah Laku Helena
8
Kastil Wilayah Selatan
9
Layananan Mandi Pangeran
10
Gara-Gara Barbara
11
Masa Lalu Aurora
12
Tawaran Pangeran Felix
13
Tanda Tangan Perjanjian?
14
Hari Pasca Perjanjian
15
Pangeran Felix Kenapa?
16
Permintaan Pertama Aurora
17
Tekad Kuat Kairi
18
Bertemu Dengan Kairi
19
Pembalasan Aurora
20
Keadaan Aurora
21
Gerhana Bulan Total
22
Kembali Ke Rumah
23
Kairi Dan Kebusukannya.
24
Kembali Ke Istana
25
Perubahan Pangeran Felix?
26
Perasaan Apa Ini?
27
Kunjungan Ke Pusat Kota
28
Jalan-Jalan Malam
29
Memikirkan Masa Depan
30
Jika Aku Menikahimu
31
Menjadi Istri Tuan Vampir | 1
32
Menjadi Istri Tuan Vampir | 2
33
Menjadi Istri Tuan Vampir | 3
34
Menjadi Istri Tuan Vampir | 4
35
Menjadi Istri Tuan Vampir | 5
36
Menjadi Istri Tuan Vampir | 6
37
Menjadi Istri Tuan Vampir | 7
38
Menjadi Istri Tuan Vampir | 8
39
Menjadi Istri Tuan Vampir | 9
40
Menjadi Istri Tuan Vampir | 10
41
Menjadi Istri Tuan Vampir | 11
42
Menjadi Istri Tuan Vampir | 12
43
Menjadi Istri Tuan Vampir | 13
44
Menjadi Istri Tuan Vampir | 14
45
Menjadi Istri Tuan Vampir | 15
46
Menjadi Istri Tuan Vampir | 16
47
Menjadi Istri Tuan Vampir | 17
48
Menjadi Istri Tuan Vampir | 18
49
Menjadi Istri Tuan Vampir | 19
50
Menjadi Istri Tuan Vampir | 20
51
Menjadi Istri Tuan Vampir | 21

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!