Berdiri di antara jejeran para pelayan. Tatapan Aurora tampak datar, tak sedikitpun senyuman menghiasi wajah cantik gadis itu, tidak seperti biasanya.
Begitu rombongan Pangeran Felix berhenti dan turun dari kuda. Aurora bersama dengan pelayan lainnya memberi hormat, tapi kali ini, Aurora membuang pandangannya jauh-jauh dari Pangeran Felix. Ia justru memfokuskan netranya pada orang orang yang berada di belakang Panggung Mahkota tersebut.
Wajah mereka tampak asing bagi Aurora . Kecuali satu orang. Seorang vampir pria yang beberapa saat lalu pernah menjadi tamu Istana, jika Aurora tidak salah ingat, namanya adalah Barbara.
Sama seperti Aurora, Barbara juga ternyata sedang menatap ke arah gadis itu, cukup lama, sembari bergumam pelan, "dia terlihat tambah cantik."
Mendengar gumaman Barbara, Pangeran Felix mengikuti arah pandangan pria itu, ternyata tertuju ke arah Aurora.
"Jaga matamu!"
Barbara tersentak ketika Pangeran Felix tiba-tiba berkata seperti itu padanya. Buru-buru ia mengalihkan pandangannya, lalu ikut berjalan masuk ke dalam istana bersama dengan petinggi lainnya.
Ketika lewat di depan Aurora, Pangeran Felix sempat berhenti beberapa detik untuk menatap gadis itu, namun yang ditatap malah buang muka dan pura-pura tidak melihat keberadaan Pangeran Felix di depannya.
Karena masih ada hal penting yang harus dia lakukan. Pangeran Felix tak mengambil pusing tingkah laku Aurora yang tidak sopan padanya. Bersama dengan yang lainnya, Pangeran Mahkota Istana Vampir itu masuk ke dalam ruang rapat, karena Raja Felipe sudah menunggu mereka di dalam sana.
******
Menjelang waktu makan malam. Para pelayan disibukkan dengan persiapan di dapur dan meja makan. Termasuk juga Aurora, karena malam ini, Pangeran Felix akan bergabung dengan para petinggi Istana di meja makan.
"Dengar-dengar, Nona Helena sudah tidak diizinkan lagi berkunjung ke istana," ucap salah seorang pelayan disela-sela kesibukannya menata piring di atas meja makan.
"Katanya Nona Helena melakukan kesalahan yang membuat Pangeran Felix marah dan sampai melarangnya untuk berkunjung lagi!" sahut yang lainnya. Aurora yang juga ada di sana hanya menyimak sembari menerka-nerka siapa yang sedang mereka bicarakan.
Helena siapa? Apakah gadis vampir berwajah judes yang dulu pernah datang bertamu ke sini dengan Barbara?
"Sudah, sudah! Lanjutkan pekerjaan kalian! Jangan sampai Pangeran Felix mendengar kalian bergosip seperti ini di saat bekerja!" tegur kepala pelayan.
Kedua pelayan itu pun menutup gosip mereka dan kembali bekerja dengan serius. Sementara Aurora, jadi kepikiran.
Kesalahan apa yang sudah dia buat sampai Pangeran Felix tidak mengizinkan dia datang ke istana lagi? Sefatal itukah kesalahannya?
Aurora termenung sesaat. Jika dengan putri pejabat istana saja Pangeran Felix tidak segan untuk memberikan hukuman atas kesalahannya, bagaimana dengan Aurora?
"Argh! Aku tidak peduli! Jika dia mau menghukumku sampai mati pun aku tidak takut, asalkan aku bisa balas dendam padanya!"
Entah datang darimana tekad itu. Tapi yang jelas, Aurora benar-benar sudah muak dengan perilaku semena-mena Pangeran Felix padanya!
Setelah semua menu makan malam sudah tertata rapi di meja makan, para pelayan pun keluar meninggalkan ruang makan dan berbaris di depan pintu ruangan, menyambut dan memberi hormat pada setiap orang yang akan memasuki ruangan.
Begitu Barbara dan Pangeran Felix yang lewat, cepat-cepat Aurora menundukkan kepalanya, menghindari kontak mata dengan Pangeran Felix.
Tanpa melihat wajah Pangeran Felix, Aurora bisa menebak seperti apa ekspresi Vampir itu sekarang. Ia pasti memasang wajah datar dengan tatapan tajam!
Hahaha.
Aurora tersenyum menyeringai penuh kemenangan. Ada rasa bahagia dan kepuasan tersendiri yang menyelimuti hatinya. Menekan kuat-kuat rasa takut yang sempat singgah.
Sementara itu, di dalam ruangan. Pangeran Felix terus melirik ke arah pintu ruang makan, ia mencoba untuk mengontrol emosinya. Karena sang ayah - Raja Felipe II - sedang bersama mereka.
*****
"Aurora!"
Beberapa pelayan tersentak kaget ketika mendengar suara Pangeran Felix yang memanggil Aurora dari ambang pintu dapur.
Aurora tak menjawab. Ia hanya menoleh lalu berjalan ke arah Pangeran Felix tanpa sedikitpun senyuman di wajahnya. Bahkan dengan berani gadis itu menatap Pangeran Felix dengan tatapan datar.
"Ikut!"
Satu kata yang membuat semua orang menatap Aurora penuh kekhawatiran. Dari raut wajah dan cara bicaranya, sudah tergambar jelas Pangeran Felix sedang menahan emosi yang kapan saja bisa meledak.
"Apakah dia akan selamat kali ini?" gumam seorang pelayan menatap kepergian Pangeran Felix yang diikuti oleh langkah kecil Aurora.
******
Pangeran Felix menutup rapat pintu kamar, tak lupa menguncinya. Di depan Pangeran Felix, ada Aurora yang berdiri dengan tatapan yang tertuju pada Vampir itu.
"Apakah kamu harus dihukum dulu baru bisa bersikap sopan lagi?"
Tak ada tanggapan apapun dari Aurora. Hingga membuat Pangeran Felix mulai melangkah maju, mengikis jarak di antara mereka.
Tidak seperti biasanya. Aurora sama sekali tidak menunjukkan ketakutan di matanya, gadis itu bergeming ketika Pangeran Felix semakin dekat.
Hingga tangan Pangeran Felix menyentuh dagu Aurora. Membuat kepala gadis itu sedikit mendongak menatapnya. "Kamu tau, 'kan hukuman apa yang akan kamu dapatkan jika terus bersikap seperti ini?"
Hening, masih tak ada jawaban dari Aurora.
Pangeran Felix menunduk, tangannya masih menahan dagu Aurora, saat bibirnya sudah hampir menyentuh bibir Aurora, gadis itu tiba-tiba saja mendorong dadanya dengan cukup keras.
"Jangan!"
Suasana di dalam kamar itu langsung berubah setelah penolakan yang Aurora berikan. Sorot mata Pangeran Felix juga jadi lebih tajam. Jelas kemarahan vampir itu sudah terpancing sekarang!
"Ini, 'kan yang kamu inginkan, Aurora?"
Sebuah rantai keluar dari telapak tangan vampir itu, membuat Aurora mulai melangkah mundur, melihat kobaran api kemarahan Pangeran Felix membuat nyalinya sedikit menciut.
"Pelayan yang sudah mulai membangkang harus diberi pelayan!"
Bugh.
Tubuh Aurora terpental ke atas kasur, nyeri begitu terasa dibagian punggungnya. Gadis itu hendak bangkit, namun ayunan rantai Pangeran Felix kembali mengenai tubuhnya.
Aurora terpejam, menahan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuh. Sepersekian detik berikutnya. Mata gadis itu terbuka lebar saat merasakan kedua tangannya sudah terlilit rantai dan Pangeran Felix —
"Menyingkir dariku!" teriak Aurora dengan sisa keberaniannya.
Satu tendangan Aurora berhasil mengenai paha Pangeran Felix. Vampir yang sudah tersulut emosi itu lantas menahan kedua pergelangan kaki Aurora, sehingga Aurora benar-benar dibuat tidak bisa bergerak.
"Lepaskan aku!!"
"Diam!" teriakan Pangeran Felix menggelegar. Aurora berhasil membuat vampir itu berada di puncak amarahnya.
Tanpa memperdulikan teriakan Aurora, Pangeran Felix merangkak di atas tubuh gadis itu. Dan entah sejak kapan kaki Aurora sudah terikat rantai di bawah sana.
"Seharusnya kamu berterimakasih karena aku tidak menghukummu setelah memeluk pria lain di hadapanku, tapi inikah balasanmu, hmm?"
Aurora tertegun, sekarang ia tau alasan Pangeran Felix mengabaikannya, ternyata vampir itu marah karena Aurora memeluk Kairi—
Eh? Kenapa dia marah? Atas dasar apa?
"Kamu milikku, Aurora! Hanya aku yang boleh menyentuhmu!" ucap Pangeran Felix seolah menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam benak Aurora.
Dan mulai sekarang, sebut saja dia si Vampir Gila! Kenapa?
Karena setelah mengakui kalau Aurora adalah miliknya, Vampir Gila itu mengigit leher dan menghisap darah Aurora secara membabi buta, tak peduli dengan pukulan keras dan cakaran yang Aurora berikan pada punggungnya.
"AKU MEMBENCIMU VAMPIR SIALAN!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Ana
sepupunya pangeran ya? aku lupa /Doubt/
2025-03-12
1