Hari Pasca Perjanjian

Aurora menatap beberapa pelayan yang berlalu-lalang keluar masuk ke dalam kamar Pangeran Felix. Sesuai dengan apa yang Pangeran Felix katakan tadi, mulai hari ini, Aurora juga akan menempati kamar sang Pangeran, jadi beberapa keperluan Aurora juga disiapkan di dalam sana.

"Kenapa ini terkesan seperti sedang mempersiapkan kamar pengantin baru, ya?" gumam Aurora tanpa sadar.

******

Sebenarnya, tidak ada yang beda antara sebelum dan sesudah perjanjian darah tersebut. Karena sebelum ataupun setelah perjanjian darah tersebut, tugas Aurora masih sama, masih seputar mengurus kebutuhan dan keperluan Pangeran Felix.

Hanya saja yang membedakannya sekarang, Aurora jadi benar-benar selalu berada di dekat Pangeran Vampir itu.

Dan tugas memberikan darahnya sebagai menu santapan sang Pangeran menjadi lebih sering lagi. Bahkan bisa dibilang, darah Aurora sudah seperti menu utama!

Setelah menjalani berbagai aktivitas panjang seharian, Aurora rasa tubuhnya akan ambruk sekarang juga.

Langit sudah mulai gelap, namun masih banyak pekerjaan yang belum ia selesaikan. Terlebih lagi, ia harus menunggu sampai si Pangeran Vampir selesai dan keluar dari ruang rapat istana.

Aurora kurang mengerti masalah apa yang sedang terjadi di kaum vampir, tapi dari apa yang ia dengar-dengar, Pangeran Felix baru saja menghukum beberapa pejabat istana yang melakukan kecurangan, selain dihukum, keluarga mereka juga mendapatkan sanksi sosial.

"Dia benar-benar kejam dan tidak segan-segan menghukum orang!" gumam Aurora lalu bergidik ngeri.

Sembari menunggu si Pangeran Vampir selesai dengan urusannya, Aurora berencana untuk berkeliling di sekitar taman belakang, sekalian mencari udara segar dan mengusir kantuknya.

Angin malam yang bertiup pelan menerpa wajah Aurora, terasa sangat sejuk.

Dengan langkah yang sedikit dipercepat, Aurora semakin mendekati area taman.

Sepertinya, malam ini semesta sedang berpihak padanya. Malam ini, langit nampak begitu cerah, dengan taburan bintang dan sinar rembulan yang mengusir gelapnya malam.

Aurora menjulurkan tangannya, seolah-olah ingin menyentuh langit yang tampak sangat indah itu.

Perlahan, mata bening gadis itu mulai berkaca-kaca, jika sudah seperti ini, ia akan kembali teringat pada kehidupannya sebelum peperangan terjadi.

Langit malam yang seindah ini pasti akan ia saksikan bersama keluarganya.

"Jangan nangis lagi, dong!"

Aurora berusaha untuk menyeka butiran bening yang tak bisa ia tahan lagi. Dadanya terasa sangat sesak.

Alih-alih mendapatkan sebuah ketenangan, ia malah dilanda kerinduan yang begitu mendalam sekarang.

Gadis itu duduk di kursi taman. Melepaskan sesak yang memenuhi dada. Sesekali ia kembali mendongak, menatap langit, bertanya-tanya, kenapa dia harus berada di situasi ini?

Rasa lelah yang bercampur dengan kegundahan hati membuat Aurora lupa diri. Padahal ia sudah berjanji akan menjadi gadis yang tangguh, tapi sayangnya baru beberapa hari, ia kembali rapuh.

Saking larutnya, Aurora sampai tidak menyadari saat Pangeran Felix duduk di sebelahnya, menatapnya penuh keheranan.

"Apa yang terjadi?" tanya Pangeran Felix mengangetkan Aurora. Reflek gadis itu langsung menyeka air matanya.

"Ti-tidak ada, Tuan," jawab Aurora gelapan.

Tentu Pangeran Felix tidak langsung percaya dengar jawaban Aurora, karena jawaban yang baru saja Aurora berikan bertolakbelakang dengan keadaannya sekarang.

"Ayo masuk, di sini sangat dingin!"

Pangeran Felix berdiri terlebih dahulu, lalu disusul oleh Aurora.

Namun, belum sempat mereka melangkah meninggalkan kursi taman. Tubuh Aurora tiba-tiba saja terkulai lemas dan hampir saja jatuh ke tanah jika Pangeran Felix tidak segera menangkapnya.

"Aurora?"

*****

"Kondisinya baik-baik saja, Tuan. Hanya saja, dia kekurangan istirahat, sehingga itu sangat berpengaruh pada kondisi fisiknya sekarang," jelas seorang tabib istana setelah memeriksa keadaan Aurora yang kini masih terpejam dan berbaring di atas ranjang besar Pangeran Felix.

"Energi kaum manusia tidak sama seperti energi kaum vampir, kaum manusia akan cenderung lebih cepat kehabisan tenaga dan membutuhkan waktu istirahat yang cukup, dan jika kondisi seperti ini terus berlangsung, hal itu akan semakin memperburuk keadaan, Tuan," lanjut sang tabib menjelaskan.

Pangeran Felix dengan wajah datarnya hanya mengangguk pelan, seolah menunjukkan kalau ia paham dengan penjelasan sang tabib.

"Keluarlah!"

Tabib tersebut membungkuk hormat, lalu meninggalkan kamar Pangeran Felix, tanpa menoleh sedikitpun.

"Apa karena aku mengambil darahnya terlalu banyak hari ini?" gumam Pangeran Felix, mengingat tadi pagi ia sarapan hanya dengan menghisap darah Aurora, begitupun dengan makan siangnya.

"Gadis ini—" Pangeran Felix mendekati ranjang, menatap tubuh Aurora cukup lama.

"Aku sudah menyuruhnya untuk menjaga kesehatan dan makan dengan teratur, tapi kenapa dia malah melewatkan makan siang dan berbohong padaku!"

Sebenarnya, Kepala Pelayan baru saja melaporkan pada Pangeran Felix tentang Aurora yang melewatkan makan siangnya dan hanya memakan beberapa potong buah.

Pangeran Felix baru saja akan menghukum Aurora atas hal itu, tapi siapa sangka, gadis itu sudah pingsan duluan di taman.

"Memelihara kelinci kecil ini ternyata cukup merepotkan juga!"

Pangeran Felix naik ke atas ranjang, sekali lagi, ia memperhatikan wajah Aurora, gadis itu memang memiliki paras yang cantik, terlihat tampak khas, karena berbeda dengan kecantikan yang dimiliki oleh wanita dari kalangan kaum vampir yang sering Pangeran Felix lihat.

Meski sebenarnya Pangeran Felix bisa dibilang tidak membutuhkan tidur, vampir itu tetap saja ikut membaringkan tubuhnya di samping tubuh Aurora. Dan ini adalah kali pertama bagi sang Pangeran berbagi tempat tidur dengan orang lain, terlebih lagi seorang wanita yang berasal dari kalangan dan kaum yang berbeda.

Walaupun terasa sangat amat aneh, Pangeran Felix berusaha untuk memejamkan matanya, momen ini memang sangat di luar dugaannya.

Dia sendiri tidak pernah menyangka akan berada di situasi seperti ini, mungkin saja, jika hal ini sampai tersebar ke kalangan rakyat kaum vampir, mereka semua pasti tak akan pernah percaya! Sosok seperti Pangeran Felix bisa sedekat itu dengan seorang wanita!

********

Di Wilayah Kaum Manusia

Di sebuah rumah yang cukup besar, seorang pria dengan luka yang baru saja sembuh bersandar pada salah satu tiang yang berdiri kokoh di bagian depan rumah tersebut. Tatapannya tampak kosong, menatap langit malam.

"Kairi, apa yang kamu lakukan di sini?" seorang wanita dengan rambut panjang yang tergerai menghampiri pria yang ia panggil Kairi tadi.

"Ayo masuk, udara malam ini sangat dingin!"

Kairi tak merespon apapun, bahkan pandangannya tak teralihkan sedikitpun pada wanita yang kini bergelayut manja di lengannya.

"Aurora, kamu di mana? Apakah kamu selamat dari peperangan? Apakah kamu baik-baik saja?" Kairi membatin.

Selama ini, ia terus dihantui perasaan bersalah pada keluarga Aurora, terutama pada Nicholas, sahabatnya.

Andai saja Kairi memiliki keberanian yang cukup besar untuk melanggar perintah orangtuanya, mungkin saja keluarga Aurora akan selamat dari peperangan, seperti mereka.

Sayangnya, Kairi terlalu pengecut saat itu. Ia tidak memiliki keberanian untuk menentang hanya karena takut tidak akan mendapatkan bagian apapun dari harta kekayaan keluarga.

Bahkan Kairi dengan tega menipu keluarga sahabatnya sendiri hanya demi keberlangsungan bisnis keluarganya.

Pertunangan yang terjadi antara dia dan Aurora semata-mata hanya untuk keperluan bisnis, tidak pernah lebih. Bahkan, setelah pertunangan itu, Kairi masih sempat berhubungan dengan beberapa wanita tanpa sepengetahuan Aurora.

Kini, hari-hari yang Kairi lalui dipenuhi oleh rasa bersalah yang terus menghantui.

"Jika kamu selamat dan masih hidup, aku berjanji, aku akan menebus semua kesalahanku."

****

Entah sudah berapa lama Aurora terpejam. Yang jelas saat Aurora membuka mata dan bangun, ia merasa tubuhnya jauh lebih mendingan, tidak terasa pegal dan sakit lagi.

Aurora mengedarkan pandangannya, ia tidak menemukan keberadaan sang Pangeran Vampir.

"Sudah hampir siang, dia pasti sedang berada di luar istana."

Karena merasa sudah mendingan, Aurora memutuskan untuk mandi terlebih dahulu, sebelum nanti ia akan turun ke dapur untuk menemui kepala pelayan dan menanyakan keberadaan Pangeran Felix.

Meski sedikit merasa kurang nyaman, Aurora tetap melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi di dalam kamar Pangeran Felix.

"Tidak apa-apa, 'kan, kalau aku mandi di sini?"

Gadis itu mulai menanggalkan pakaiannya dan masuk ke dalam bak mandi. Sejenak ia terpejam menikmati sensasi dingin yang cukup menenangkan.

*******

Pangeran Felix membuka pintu kamar diikuti oleh seorang pelayan wanita di belakangnya. Vampir itu tampak terdiam sejenak, mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Aurora.

"Dia sudah bangun?"

Pangeran Felix melangkah masuk, dengan menggunakan indra penciumannya yang sangat tajam, ia dengan cepat mengetahui keberadaan Aurora tanpa perlu mencari terlebih dahulu.

Aroma darah Aurora tercium sangat jelas olehnya.

"Taruh saja di atas meja!" ucap Pangeran Felix pada sang pelayan yang membawakan nampan berisi makanan untuk Aurora.

"Baik, Pangeran."

Lalu, tanpa di suruh, pelayan itu meninggalkan kamar Pangeran Felix, menduga-duga apa yang akan terjadi setelah ini di dalam sana.

Dengan langkah yang sangat pelan, Pangeran Felix berjalan menuju kamar mandi, tampak tirai kamar mandi tertutup rapat, menandakan kalau ada orang di dalam sana.

Segaris senyum tipis tiba-tiba menghiasi sudut bibir Vampir berwajah tampan itu.

Tanpa ragu, ia menyibak tirai dan masuk ke dalam kamar mandi tanpa permisi.

Aurora yang masih terpejam di dalam bak mandi awalnya tak menyadari keberadaan Pangeran Felix, sampai Vampir Mesum angkat suara.

"Siapa yang mengizinkanmu menggunakan bak mandiku?!"

Hah?!

Reflek mata Aurora terbuka lebar. Ia gelapan, dengan panik Aurora langsung menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Dasar Vampir Mesum! Keluarr!!" teriak Aurora spontan, ia benar-benar tidak menyadari apa yang baru saja keluar dari mulutnya.

Sampai beberapa saat kemudian, gadis itu tersadar, ia mengigit bibirnya, siap-siap mendengarkan kemarahan si Pangeran Vampir.

Namun, apa yang Aurora tunggu sama sekali tidak terjadi. Hening, tidak ada tanda-tanda kemarahan. Sehingga gadis itu pun memberanikan diri untuk menoleh, memastikan apakah si Vampir Mesum itu masih berada di dalam kamar mandi atau tidak.

Huff.

Aurora menghela napas lega. Kosong, Vampir Mesum itu sudah tidak ada lagi di sana.

Lalu dengan gerakan cepat Aurora menyelesaikan ritual mandinya, liat saja, ia akan protes pada Vampir Sialan itu!

"Ini sudah keterlaluan dan tidak bisa dibiarkan!"

Kali ini, Aurora benar-benar tidak bisa menerima kelakuan Pangeran Felix, karena hal ini sudah sangat melanggar norma etika!

Ya, walaupun sebenarnya semua hal yang Pangeran Felix lakukan sebelumnya selalu melanggar norma-norma kemanusiaan. Tapi yang satu ini, Aurora tidak akan tinggal diam!

"Tidak akan kubiarkan dia melihat tubuhku dengan semudah itu! Dia pikir aku apa?! Aku bukan budak seksualnya!!" ucap Aurora dengan amarah yang menggebu-gebu.

Sementara itu, dia luar kamar mandi. Pangeran Felix mematung, entah datang dari mana perasaan aneh yang menelisik masuk ke dalam lubuk hatinya.

Bayangan tubuh Aurora yang berendam di bak mandi terus terputar ulang dalam ingatan sang Pangeran.

"Apa yang terjadi padaku?"

Vampir itu kebingungan, ia tidak pernah merasakan perasaan aneh seperti ini sebelumnya!

Episodes
1 Menjadi Pelayan Pribadi
2 Tugas Pertama Pelayan
3 Menjadi Pelayan Baik
4 Sisi Baik Pangeran?
5 Para Tamu Istana
6 Peringatan Terakhir Pangeran
7 Tingkah Laku Helena
8 Kastil Wilayah Selatan
9 Layananan Mandi Pangeran
10 Gara-Gara Barbara
11 Masa Lalu Aurora
12 Tawaran Pangeran Felix
13 Tanda Tangan Perjanjian?
14 Hari Pasca Perjanjian
15 Pangeran Felix Kenapa?
16 Permintaan Pertama Aurora
17 Tekad Kuat Kairi
18 Bertemu Dengan Kairi
19 Pembalasan Aurora
20 Keadaan Aurora
21 Gerhana Bulan Total
22 Kembali Ke Rumah
23 Kairi Dan Kebusukannya.
24 Kembali Ke Istana
25 Perubahan Pangeran Felix?
26 Perasaan Apa Ini?
27 Kunjungan Ke Pusat Kota
28 Jalan-Jalan Malam
29 Memikirkan Masa Depan
30 Jika Aku Menikahimu
31 Menjadi Istri Tuan Vampir | 1
32 Menjadi Istri Tuan Vampir | 2
33 Menjadi Istri Tuan Vampir | 3
34 Menjadi Istri Tuan Vampir | 4
35 Menjadi Istri Tuan Vampir | 5
36 Menjadi Istri Tuan Vampir | 6
37 Menjadi Istri Tuan Vampir | 7
38 Menjadi Istri Tuan Vampir | 8
39 Menjadi Istri Tuan Vampir | 9
40 Menjadi Istri Tuan Vampir | 10
41 Menjadi Istri Tuan Vampir | 11
42 Menjadi Istri Tuan Vampir | 12
43 Menjadi Istri Tuan Vampir | 13
44 Menjadi Istri Tuan Vampir | 14
45 Menjadi Istri Tuan Vampir | 15
46 Menjadi Istri Tuan Vampir | 16
47 Menjadi Istri Tuan Vampir | 17
48 Menjadi Istri Tuan Vampir | 18
49 Menjadi Istri Tuan Vampir | 19
50 Menjadi Istri Tuan Vampir | 20
51 Menjadi Istri Tuan Vampir | 21
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Menjadi Pelayan Pribadi
2
Tugas Pertama Pelayan
3
Menjadi Pelayan Baik
4
Sisi Baik Pangeran?
5
Para Tamu Istana
6
Peringatan Terakhir Pangeran
7
Tingkah Laku Helena
8
Kastil Wilayah Selatan
9
Layananan Mandi Pangeran
10
Gara-Gara Barbara
11
Masa Lalu Aurora
12
Tawaran Pangeran Felix
13
Tanda Tangan Perjanjian?
14
Hari Pasca Perjanjian
15
Pangeran Felix Kenapa?
16
Permintaan Pertama Aurora
17
Tekad Kuat Kairi
18
Bertemu Dengan Kairi
19
Pembalasan Aurora
20
Keadaan Aurora
21
Gerhana Bulan Total
22
Kembali Ke Rumah
23
Kairi Dan Kebusukannya.
24
Kembali Ke Istana
25
Perubahan Pangeran Felix?
26
Perasaan Apa Ini?
27
Kunjungan Ke Pusat Kota
28
Jalan-Jalan Malam
29
Memikirkan Masa Depan
30
Jika Aku Menikahimu
31
Menjadi Istri Tuan Vampir | 1
32
Menjadi Istri Tuan Vampir | 2
33
Menjadi Istri Tuan Vampir | 3
34
Menjadi Istri Tuan Vampir | 4
35
Menjadi Istri Tuan Vampir | 5
36
Menjadi Istri Tuan Vampir | 6
37
Menjadi Istri Tuan Vampir | 7
38
Menjadi Istri Tuan Vampir | 8
39
Menjadi Istri Tuan Vampir | 9
40
Menjadi Istri Tuan Vampir | 10
41
Menjadi Istri Tuan Vampir | 11
42
Menjadi Istri Tuan Vampir | 12
43
Menjadi Istri Tuan Vampir | 13
44
Menjadi Istri Tuan Vampir | 14
45
Menjadi Istri Tuan Vampir | 15
46
Menjadi Istri Tuan Vampir | 16
47
Menjadi Istri Tuan Vampir | 17
48
Menjadi Istri Tuan Vampir | 18
49
Menjadi Istri Tuan Vampir | 19
50
Menjadi Istri Tuan Vampir | 20
51
Menjadi Istri Tuan Vampir | 21

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!