Aku melihat Gina mengangguk kecil lalu bergerak menuju pintu. Aku hanya menatap punggung yang berlalu itu dalam diam. Setelah itu, menarik napas dan memejamkan mata.
Terdengar langkah kaki memasuki kamar. Kupikir itu Mas Danu. Ada harapan dia mau menjelaskan dan meminta maaf padaku. Sayangnya, ketika membuka mata yang terlihat adalah mama dengan mengendong salah satu bayi. Aku langsung duduk, tidak sopan rasanya berbaring saat ada mama di kamar.
"Tiduran saja! Kamu tidak apa-apa, kan?" Tangan mama hangat dan lembut menyentuh dahi.
"Tidak panas," lirihnya. Lalu membaringkan Lula sejajar dengan Lilac.
"Sudah makan? Mau Mama masakin bubur?" Perempuan setengah baya itu terlihat sangat baik. "Oh ya, Danuar sudah kembali ke kantor, kalau kamu butuh apa-apa bisa minta sama Mama."
Aku menggeleng, aku tidak lapar. Mertuaku itu tersenyum hangat. Jika tadi aku emosi melihatnya tersenyum, tetapi kali ini tidak. Senyumannya juga terlihat sangat tulus.
"Ma, saya boleh bertanya sesuatu?" Dia menatapku sekilas lalu mengangguk.
"Tanyakan saja." Dia duduk di samping lalu mengelus punggungku seolah aku ini anak kandungnya sendiri. "Tidak usah sungkan sama Mama."
Aku tersenyum kaku. "Emm .... Apakah Mama dulu seperti ini pada Kak Lintang?"
Alis wanita setengah baya itu mengkerut. Aku jadi merasa tidak nyaman.
"Maksudku, apakah Mama perhatian dan dekat dengan Kak Libra?" Terdengar helaan napas kasar darinya.
"Maaf Ma, kalau Mama tidak mau menjawab tidak apa-apa." Aku menunduk.
"Tidak apa-apa Mama tidak keberatan kok, hanya saja ... Libra itu orangnya pendiam, dia tidak banyak berbaur dengan keluarga kami. Dia lebih banyak menghabiskan waktu dengan mengurung diri di dalam rumah. Ia suka menutup diri."
Aku terperangah mendengar pernyataan Mama. Kenapa berbanding terbalik dengan kepribadian Kak Libra sebelumnya? Dia adalah gadis feminim yang supel dan ramah makanya disenangi semua orang. Poin lebihnya, dia adalah anak yang penurut, tidak seperti diriku yang suka memberontak jika tidak sesuai dengan keinginan hati.
Mungkinkah Mas Danu begitu cepat jatuh cinta dan menyayangi Kak Libra karena dia patuh padanya? Sepertinya aku tidak bisa jika harus menjadi wanita dengan kepribadian seperti itu.
"Kamu tenang saja, Danuar mencintaimu kok, kalau tidak, dia tidak akan menikah denganmu." Ucapan ibu mertua begitu meyakinkan seolah-olah dia paham akan kerisauanku. Aku hanya bisa mengangguk meskipun sudah tahu kenyataannya tidak seperti itu.
"Andai Mama tahu, ada tujuan tertentu bagi Mas Danu dalam pernikahan kami," batinku.
"Oh jangan-jangan kamu hamil ya?" Tiba-tiba mama begitu bersemangat. Apa dia lupa sudah ada dua bayi yang sudah kami urus? Alangkah repotnya jika ditambah satu bayi lagi.
"Kamu tidak suka ya kalau hamil?" Raut wajahnya berubah sendu ketika menatap wajahku yang mungkin terlihat lesu.
"Suka kok Ma, tapi mereka masih kecil." Aku menunjuk kedua bayi yang sudah tidur di dalam keranjang bayi.
"Tidak apa-apa nanti sekalian Mama pindah ke sini untuk merawat bayi-bayi kalian. Mama ingin sekali cucu laki-laki."
Kali ini aku yang menghela napas kasar. Terasa begitu berat permintaan mama untuk yang satu ini. Bagaimana kalau tidak pernah ada bayi laki-laki diantara kami? Terlebih lagi Mas Danu tidak mau menyentuhku. Bagaimana mungkin aku bisa hamil?
"Lintang tidak akan bisa hamil!" Tiba-tiba suara bariton dari arah pintu terdengar menusuk di telinga. Aku mengangkat wajah dan menatap emosi pada pria sok arogan ini. Aku kembali tidak bisa mengendalikan diri.
"Danuar! Jangan sembarangan bicara kamu! Ucapan itu bisa jadi sebuah doa!" Bahkan mamanya saja tidak terima dengan ucapannya.
"Tidak apa-apa Ma, doa orang yang tidak baik tidak akan dikabulkan Tuhan. Mungkin jika saya tidak bisa hamil anak Mas Danu, saya masih bisa hamil dengan orang lain." Aku tersenyum getir. Kulirik Mas Danu yang geram. Kedua tangan di sisi tubuhnya terkepal kuat.
Mama terlihat syok, lalu menatap kami secara bergantian. "Kecilkan ego kalian! Danuar! Nak Lintang benar, meskipun kamu sudah memiliki putri tetapi mereka tidak lahir dari rahimnya. Seorang istri pasti memiliki keinginan menjadi seorang ibu."
Sepertinya mama salah paham dengan ucapan Mas Danu. Kalau aku tangkap, beliau menganggap Mas Danu sudah tidak ingin anak lagi setelah memiliki kedua putri. Namun, dari ucapannya yang meminta untuk mengecilkan ego, sepertinya beliau sudah tahu bahwa aku dan Mas Danu suka berselisih.
"Sekarang mungkin aku belum siap untuk memiliki anak, tetapi suatu saat jika aku mau, tidak ada yang bisa menghalangi keputusanku. Setelah keduanya besar mari kita bercer–"
Belum sempat aku melanjutkan kalimat, Mas Danu langsung menarik kasar tubuh ini keluar dari kamar.
"Lepaskan Mas! Mama! Mama!" Aku mencoba meminta tolong pada Mama tetapi wanita itu seakan-akan tidak mendengar atau memang tidak mendengar karena tiba-tiba suara tangisan bayi menggelegar dalam ruangan.
"Gina, tolong Mbak!" Aku berteriak.
Mas Danu menyeret lalu membanting tubuh ini di atas ranjang. Aku hanya bisa meringis sambil mengusap-usap tubuh.
"Mama!" Aku mundur ketakutan melihat wajah Mas Danu berubah kelam dan auranya begitu pekat. Dia mengunci pintu kamar dari dalam lalu berjalan pelan ke arahku.
"Kamu kira kamu bisa menikah dengan yang lainnya hah?!" Dia menarik daguku dengan kasar. Lagi-lagi aku hanya bisa meringis. Tidak pernah kusangka, ternyata ancamanku bisa memprovokasi dirinya. Mas Danu berubah menjadi mengerikan.
"Mas Danu tidak akan membunuhku, kan?" batinku takut.
"Gina tolong Mbak!" Sekali lagi aku berteriak.
"Sampai hilang suaramu, Gina tidak akan mendengar apapun. Asal kamu tahu ruangan ini kedap suara."
"Apa yang ingin Mas Danu lakukan?" Tubuhku berguncang hebat.
"Sesuai permintaanmu, kamu ingin anak, bukan?" Mataku terbelalak.
"Itu permintaan Mama," lirihku seraya menggeleng.
"Baiklah akan aku kabulkan." Dia semakin mendekat dengan mata menyeringai. Hal itu membuatku semakin takut.
"Mas jangan!" Aku turun dari ranjang dan berjalan mundur. Namun, dengan mudahnya Mas Danu bisa menangkapku.
"Mas jangan lakukan, aku tidak akan meminta cerai lagi, aku mohon lepaskan aku."
"Sudah terlambat!" ucapnya galak, aku terlonjak di tempat.
"Sudah berapa kali kamu memakai trik seperti ini untuk menggoda pria hah?!" Dia menggigit telingaku, membuatku risih dan semakin gelisah.
Ini adalah kalimat yang paling aku benci. Aku langsung menginjak kaki Mas Danu dengan kuat. Lalu aku berlari ke arah pintu. Sayangnya kuncinya masih berada di tangan Mas Danu.
"Gina! Mama!" Aku menggedor-gedor pintu dengan harapan ada yang membantuku lepas dari kegilaan Mas Danu. Dia bukan Mas Danu, bagiku sekarang dia adalah setan yang merasuki tubuh Mas Danu.
"Tidak ada yang akan mendengar, Lintang!" Dia menarik pinggangku kemudian menarik baju yang aku pakai. Aku memberontak tetapi tenagaku kalah kuat.
"Mas tolonglah!" Aku menatap sendu wajahnya denga harapan dia mau mengasihani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Eva Karmita
Danu... Danu kenapa sikapmu begitu bikin gemeeeeeessh pengen cubit ginjal mu 😤😏👊👊👊👊
2024-10-02
0
Siti Ariani
ya Allah kesel banget sama tokoh utama cowoknya pengen ku ulek rasanya 😡
2024-09-20
1
Siti Koyah
klo udh tau rasa lapis legit nya dia gk bkln bilang ini trik untuk menggoda pria lain..
2024-09-20
1