Bab 15. Tuduhan

Selama perjalanan kembali ke rumah, kata-kata Saskia berdengung di telinga dan itu membuat hatiku terasa tersayat. Ternyata Mas Danu lebih memilih wanita bayaran di luaran sana dibandingkan aku istrinya sendiri. Sehina itukah diriku? Kembali bulir bening jatuh di sudut kelopak mata.

Terlintas kembali pikiran untuk meminta cerai pada Mas Danu dan memikirkan cara agar dia mau melepaskanku, tetapi kemudian bola mata lebar dan bening milik kedua keponakan terbayang di pelupuk. Tidak bisa terbayangkan jika dia tumbuh tanpa seorang ibu atau mungkin tumbuh dengan perawatan ibu tiri yang belum tentu menyayangi mereka.

Aku menghela napas kasar lalu memutuskan bertahan dengan pernikahan ini. Terserah Mas Danu mau tidur dengan wanita manapun asalkan dia tidak menyentuhku. Itu saja sudah cukup.

"Nona sudah sampai." Tidak disangka aku terlalu banyak melamun hingga tidak sadar taksi sudah berhenti di hadapan rumah Mas Danu. Segera aku membayar lalu turun. Setelah masuk ke dalam rumah aku melihat bibi sedang menggendong bayi.

"Syukurlah Nona sudah kembali. Dari tadi mereka nangis terus dan bibi tidak sempat masak serta beres-beres rumah," ucap Bik Mirna mengadukan tingkah kedua keponakanku yang terkadang memang rewel. Apa jadinya jika aku meninggalkan mereka?

"Yasudah Bik nanti saya kasih gaji tambahan karena sudah menjaga mereka," ucapku sambil meraih Lula dalam gendongannya lalu meletakan di atas sofa bersebelahan dengan Lilac. Sekali lagi aku menghela napas panjang kala mereka menatap mataku dengan berbinar. Aku semakin tidak tega meninggalkan mereka.

Sesaat kemudian ponselku berdering. Setelah aku periksa ternyata dari dari nomor tidak dikenal. Aku mengerutkan kening kemudian terpaksa mengangkatnya karena takut membawa kabar penting.

"Halo!" sapaku langsung.

"Jika kau kuat, bertahanlah dengan suamimu, tapi sayangnya kamu hanya bisa memiliki raganya." Aku mengeram kesal mendengar suara dari seberang sana. Entah siapa penelpon ini masihkah Saskia atau wanita lainnya? Kalau iya artinya aku harus berhati-hati karena menjadi istri Mas Danu mengundang banyak musuh.

"Terima kasih atas support Anda, tapi aku yakin suatu saat diriku bisa memiliki hati Mas Danu." Aku bicara dengan begitu percaya diri seolah aku mengharapkan itu, padahal aku hanya tidak ingin ditindas oleh orang lain.

"Dasar wanita tidak tahu diri," rutuknya. Saat aku hendak membalas tenyata panggilan sudah terputus. Aku mencengkeram ponsel lalu aku lempar ke sofa lainnya. Orang-orang yang berada di sekitar Mas Danu sama menyebalkannya dengan pria itu. Kalau begini terus-menerus tekanan darahku bisa-bisa naik drastis.

Ponsel kembali berdering, aku enggan mengangkat. Namun, panggilannya tidak pernah berakhir dan itu menyakiti telingaku. Dengan malas aku meraih benda pipih itu kembali lalu mengangkatnya.

"Tidak perlu menelpon lagi kalau hanya untuk menghancurkan pernikahan kami. Jika ada yang harus disebut wanita tidak tahu diri di sini, itu kamu Karena akulah istrinya," cecarku dengan nada meninggi.

"Wow ini aku! Pagi-pagi sudah ngoceh nggak jelas." Astaga ternyata itu suara Dita. Dari Saking kesalnya aku sampai tidak memperhatikan nomor yang melakukan panggilan.

"Ckk kamu Dit, aku pikir orang lain." Aku mendengus padahal aku ingin menyalurkan kemarahan yang masih tertahan jika itu orang yang sama.

"Siapa sih yang bikin kamu emosi pagi-pagi begini? Kayaknya iri sama kamu deh karena menikah dengan Mas Danu."

"Ya begitulah, tapi sudahlah nggak penting juga. Tumben nelpon pagi begini."

"Tuh pengasuh yang sudah aku rekomendasikan sudah ada di depan pintu. Katanya pencet-pencet bel tidak ada yang jawab."

Aku langsung mengarahkan pandangan pada pintu, ternyata benar apa yang dikatakan Dita, kenapa tadi aku tidak mendengar? Pasti karena banyak melamun.

"Oh ya itu ada, btw bisa dipercaya nggak sih? Nanti aku tinggal kedua keponakan malah diculik lagi, kan nggak asyik."

"Aman," ucap Dita dan aku langsung Bangkit kemudian berjalan ke arah pintu. Setelah mempersilahkan masuk, aku menjelaskan apa yang harus dia lakukan. Setelah itu kami membawa masing-masing bayi yang sudah terlelap itu ke kamar mereka.

Pada siang hari Bik Mirna pamit pulang sedangkan kedua bayi sedang bersama dengan pengasuhnya. Jadi aku makan siang sendirian. Sepi membuatku bertambah bosan sehingga aku memutuskan berjalan-jalan di sekitaran rumah.

Kick! Kick!

Aku mendengar klakson mobil di depan pagar rumah. Penasaran siapa orang yang membawa mobil tersebut aku langsung mendekat. Setelah melihatku orang di dalam mobil turun dan menghampiri aku.

"Pak Samuel!" Sungguh aku terkejut melihat Pak Samuel berada di depan rumah Mas Danu. Apakah dia tahu aku berada di sini?

"Aku kebetulan lewat, eh lihat kamu ada di dalam, makanya aku membunyikan klakson untuk memastikan benar-benar kamu atau bukan," terangnya dan aku hanya mengangguk-angguk. Ternyata hanya kebetulan.

"Kamu tinggal di sini?"

"Ya, aku harus mengurus kedua keponakanku pasca ditinggal kakakku." Kali ini giliran Pak Samuel yang mengangguk.

"Oh ya sekarang posisiku sudah menjadi direktur pelaksana. Oleh karena itu aku ingin mentraktirmu makan," ucapnya dengan senyuman manis. Pak Samuel masih saja baik meskipun aku tidak pernah bisa membalas kebaikannya. Dia dan Mas Danu bagaikan langit dan bumi, sungguh berbeda. Pantas saja jika beliau cepat naik jabatan, karena selain berpendidikan tinggi, beliau cerdas dan pandai mengambil hati semua orang.

Pak Samuel begitu ramah, humoris dan tahu caranya menghargai wanita. Dia bisa membuat wanita seperti melayang ke langit dengan sikapnya yang lembut, tapi sayangnya hatiku lebih berpihak pada Mas Danu yang bisa saja menginjak harga diriku sampai ke dasar bumi. Sungguh aneh diri ini.

"Saya ingin sekali tapi saya sudah kenyang Pak," tolakku.

"Sayang sekali, padahal aku ingin membahas perkara jabatanmu. Sebentar saja ya! Kalau nggak makan kamu bisa pesan makanan kecil saja." Raut wajahnya penuh harap.

Aku tidak nyaman melihat ekspresi Pak Samuel dan akhirnya aku setuju. "Tunggu sebentar ya Pak." Aku bergegas ke dalam dan memberi tahu pengasuh. Setelah itu aku ingin menelpon Mas Danu tapi aku urungkan mengingat dia bahkan tidak ingin melihatku di hadapannya tadi pagi di perusahaan.

Pak Samuel memilih restoran mewah padahal aku sudah berkata tidak ingin makan. Mau tidak mau aku tergoda untuk makan kembali melihat menunya yang lezat-lezat.

"Katanya nggak mau makan, sudah kenyang." Pak Samuel memandangku seraya terkekeh kecil.

"Nggak jadi Pak, mubazir, makannya sudah Bapak pesan." Aku tersenyum malu.

"Makan saja."

Aku mengangguk lalu fokus makan. Ketika aku mengunyah makanan aku melihat Pak Samuel melihat ke arah belakangku dengan ekspresi yang tidak bisa kumengerti.

"Bapak melihat siapa?" Aku menoleh untuk melihat siapa orang yang membuat eskpresi Pak Samuel menjadi aneh. Dia seperti melihat orang yang dibencinya saja.

"Bukan siapa-siapa, cuma musuh di bisnis perusahaan kita."

"Oh." Aku kembali fokus pada makanan saat tidak melihat siapa orang yang dimaksud oleh Pak Samuel. Tidak ingin berlama-lama aku minta izin untuk pulang karena tidak ingin meninggalkan kedua keponakanku begitu lama. Mereka masih belum begitu sembuh dan harus tetap dalam pengawasanku meskipun sudah ada pengasuh.

Sampai di rumah aku langsung membuka pintu kamar keponakan kembarku. Namun, aku terpaku di di ambang pintu melihat Mas Danu ada di dalam dengan tatapan menusuk.

"Sudah puas berkencan? Jadi ini alasanmu mencarikan pengasuh untuk kedua putriku?!"

Aku menelan ludah kasar mendengar pertanyaan Mas Danu.

"Ternyata kau masih sama seperti dulu. Kamu masih suka berselingkuh." Kata-katanya langsung menghujam jantungku.

Terpopuler

Comments

Iges Satria

Iges Satria

jangan² pak Samuel lah dibalik masalah ini semua

2024-10-11

0

Eva Karmita

Eva Karmita

ngak salah kah bukan nya kamu Danu yg sering selingkuh dengan wanita" malam 😤😏

2024-10-01

1

Rahma Inayah

Rahma Inayah

kpn akur nya sllu slah fahan

2024-09-14

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Menikah dengan Mantan
2 Bab 2. Arti Pernikahan
3 Bab 3. Bukan Perbandingan
4 Bab 4. Pertengkaran
5 Bab 5. Dipaksa
6 Bab 6. Bukan Tuan Putri
7 Bab 7. Sensitif
8 Bab 8. Khawatir
9 Bab 9. Kesal
10 Bab 10. Haruskah Begini?
11 Bab 11. Suami Egois
12 Bab 12. Bertengkar
13 Bab 13. Kecurigaan
14 Bab 14. Jijik
15 Bab 15. Tuduhan
16 Bab 16. Diam
17 Bab 17. Panik
18 Bab 18. Puncak Kecewa
19 Bab 19. Kegilaan Mas Danu
20 Bab 20. Permintaan Mertua
21 Bab 21. Mengalah
22 Bab 22. Sakit
23 Bab 23. Nekad
24 Bab 24. Keluyuran
25 Bab 25. Ada yang Aneh
26 Bab 26. Kehilangan
27 Bab 27. Berkelahi
28 Bab 28. Pupus
29 Bab 29. Penuh Kepalsuan
30 Bab 30. Akting
31 Bab 31. Sombong
32 Bab 32. Syarat
33 Bab 33. Mencari Tahu
34 Bab 34. Murka
35 Bab 35. Benarkah?
36 Bab 36. Rencana Melarikan Diri
37 Bab 37. Kejutan
38 Bab 38. Hampir
39 Bab 39. Keputusan
40 Bab 40. Dilema
41 Bab 41. Pilihan
42 Bab 42. Sesal
43 Bab 43. Rantau
44 Bab 44. Rapuh
45 Bab 45. Hampir
46 Bab 46. Rindu
47 Bab 47. Geram
48 Bab 48. Bukan Tanggung Jawabku
49 Bab 49. Samuel Pembohong
50 Bab 50. Samuel Tidak Berbohong?
51 Bab 51. Apa ini?
52 Bab 52. Pertolongan Samuel
53 Bab 53. Perhatian Samuel
54 Bab 54. Tidak Aman
55 Bab 55. Menyebalkan
56 Bab 56. Topeng
57 Bab 57. Menguji Adrenalin
58 Bab 58. Operasi
59 Bab 59. Kejutan
60 Bab 60. Sudah Terkunci
61 Bab 61. Ketemu
62 Bab 62. Rasa Cemburu
63 Bab 63. Emosi
64 Bab 64. Surprise
65 Bab 65. Karena Masa Lalu
66 Bab 66. Tidak Salah?
67 Bab 67. Mencari Tahu
68 Bab 68. Pengecut
69 Bab 69. Hampir
70 Bab 70. Adu Kekuatan
71 Bab 71. Mencari Titik Terang
72 Bab 72. Buku Harian Libra
73 Bab 73. Petunjuk
74 Bab 74. Cara Satu-satunya
75 Bab 75. Bersyarat
76 Bab 76. Kabar Buruk
77 Bab 77. Sebuah Alasan
78 Bab 78. Berkhianat
79 Bab 79. Bukan Obsesi
80 Bab 80. Akar Masalah
81 Bab 81. Ku mohon
82 Bab 82. Peduli atau Modus?
83 Bab 83. Candu
84 Bab 84. Cemas
85 Bab 85. Hamil?
86 Bab 86. Istri Anda Aneh
87 Bab 87. Praduga
88 Bab 88
89 Bab 89
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1. Menikah dengan Mantan
2
Bab 2. Arti Pernikahan
3
Bab 3. Bukan Perbandingan
4
Bab 4. Pertengkaran
5
Bab 5. Dipaksa
6
Bab 6. Bukan Tuan Putri
7
Bab 7. Sensitif
8
Bab 8. Khawatir
9
Bab 9. Kesal
10
Bab 10. Haruskah Begini?
11
Bab 11. Suami Egois
12
Bab 12. Bertengkar
13
Bab 13. Kecurigaan
14
Bab 14. Jijik
15
Bab 15. Tuduhan
16
Bab 16. Diam
17
Bab 17. Panik
18
Bab 18. Puncak Kecewa
19
Bab 19. Kegilaan Mas Danu
20
Bab 20. Permintaan Mertua
21
Bab 21. Mengalah
22
Bab 22. Sakit
23
Bab 23. Nekad
24
Bab 24. Keluyuran
25
Bab 25. Ada yang Aneh
26
Bab 26. Kehilangan
27
Bab 27. Berkelahi
28
Bab 28. Pupus
29
Bab 29. Penuh Kepalsuan
30
Bab 30. Akting
31
Bab 31. Sombong
32
Bab 32. Syarat
33
Bab 33. Mencari Tahu
34
Bab 34. Murka
35
Bab 35. Benarkah?
36
Bab 36. Rencana Melarikan Diri
37
Bab 37. Kejutan
38
Bab 38. Hampir
39
Bab 39. Keputusan
40
Bab 40. Dilema
41
Bab 41. Pilihan
42
Bab 42. Sesal
43
Bab 43. Rantau
44
Bab 44. Rapuh
45
Bab 45. Hampir
46
Bab 46. Rindu
47
Bab 47. Geram
48
Bab 48. Bukan Tanggung Jawabku
49
Bab 49. Samuel Pembohong
50
Bab 50. Samuel Tidak Berbohong?
51
Bab 51. Apa ini?
52
Bab 52. Pertolongan Samuel
53
Bab 53. Perhatian Samuel
54
Bab 54. Tidak Aman
55
Bab 55. Menyebalkan
56
Bab 56. Topeng
57
Bab 57. Menguji Adrenalin
58
Bab 58. Operasi
59
Bab 59. Kejutan
60
Bab 60. Sudah Terkunci
61
Bab 61. Ketemu
62
Bab 62. Rasa Cemburu
63
Bab 63. Emosi
64
Bab 64. Surprise
65
Bab 65. Karena Masa Lalu
66
Bab 66. Tidak Salah?
67
Bab 67. Mencari Tahu
68
Bab 68. Pengecut
69
Bab 69. Hampir
70
Bab 70. Adu Kekuatan
71
Bab 71. Mencari Titik Terang
72
Bab 72. Buku Harian Libra
73
Bab 73. Petunjuk
74
Bab 74. Cara Satu-satunya
75
Bab 75. Bersyarat
76
Bab 76. Kabar Buruk
77
Bab 77. Sebuah Alasan
78
Bab 78. Berkhianat
79
Bab 79. Bukan Obsesi
80
Bab 80. Akar Masalah
81
Bab 81. Ku mohon
82
Bab 82. Peduli atau Modus?
83
Bab 83. Candu
84
Bab 84. Cemas
85
Bab 85. Hamil?
86
Bab 86. Istri Anda Aneh
87
Bab 87. Praduga
88
Bab 88
89
Bab 89

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!