Bab 2. Arti Pernikahan

Aku melihat tangannya terkepal di bawah sofa sementara ekspresinya terlihat masam. Aku tidak peduli dan segera keluar dari kamar pengantin kami.

Aku kembali ke kamarku sendiri dan membaringkan tubuh di atas ranjang. Kupejamkan mata meskipun rasa kantuk belum menyerang. Entah kenapa aku tidak bisa tidur setelah seharian ini lelah berdiri di atas pelaminan. Apa karena sikap menyebalkan Mas Danu yang membuatku seperti ini?

Pikiranku kacau, mengingat kelopak mawar merah di atas ranjang pengantin kami membuat air mataku luruh tak tertahankan. Aku merenungi nasib, kebahagiaan di hari pernikahanku ternyata seperti bayang-bayang yang tidak akan pernah tergapai, semakin aku mendekat, ia akan bergerak menjauh. Aku jadi membandingkan, apakah begini juga saat kakakku menikahi Mas Danu? Aku mengusap air mata dengan punggung tangan lalu menutup wajah dengan kedua telapaknya agar isak tangisku tak keluar.

Aku memilih duduk dengan kaki berselonjor di atas ranjang. Rasa pegal di paha dan betis membuatku menekan-nekan dan memijit perlahan. Tak hilang juga akhirnya aku mengambil balsem dan mengoleskannya. Rasa sedih dan panas hati menguar, menguap di udara bersama rasa sakit yang sedari tadi bersemayam dalam dada.

Aku menghela napas panjang sebelum akhirnya menjatuhkan tubuhku di atas kasur lembut yang mengantarkan ke alam mimpi.

"Lintang! Maafkan aku." Entah aku bermimpi ataukah berhalusinasi. Alam setengah sadarku menangkap sosok berbaju putih panjang dengan mata berkaca-kaca menatapku tiada henti. Kak Libra, ya dia seperti Kak Libra, ia tengah berdiri mengamati diriku yang berbaring di ranjang.

"Maafkan Kakak, ini semua salahku. Ada sesuatu yang aku sembunyikan padamu dan belum sempat aku ceritakan."

Udara terasa panas dan aku seakan tidak dapat bernapas. Namun demikian, tubuh ini reflek duduk, turun dari ranjang dan berjalan mendekat.

"Apa maksudmu Kak?" Aku meraih punggung yang bergetar dengan tangis yang pecah itu dengan lembut. Sayangnya aku merasa hanya menyentuh udara. Ya, sosok itu bukan hanya tak dapat tersentuh, tapi juga lenyap seketika.

Aku mengucek kedua mata dengan kasar dan kesal. Apa yang dimaksud Kak Libra belum tersampaikan padaku, kenapa dia harus pergi secepat itu? Kenapa dia harus datang kalau hanya ingin mempermainkan perasaanku? Aku merasa dia ataupun Mas Danu, sama saja. Sama-sama menyebalkan.

Aku tersenyum kecut mengingat sikap pria yang katanya sudah sah menjadi suamiku itu. Aku melihat cincin kawin di jari manisku. Melepasnya dan membuang ke lantai dengan emosi. Aku merasa ini adalah ikatan yang mengantarku pada garis takdir kepedihan.

Setelah kejadian ini mataku tidak dapat terpejam lagi. Aku memilih mengambil ponsel dan mengecek media sosialku. Banyak ucapan selamat dari teman-teman dan ucapan maaf dari mereka yang tidak bisa hadir. Aku hanya tersenyum membaca beberapa pesan dari mereka yang lucu-lucu. Mereka berpikir aku sedang menikmati malam pertama dengan Mas Danu. Ah andai mereka tahu ... tapi mereka tidak salah, ini memang malam pertama bagiku, malam pertama masuk ke dalam ranah penderitaan.

Saat aku merenung, tangisan bayi kembar di kamar sebelah membuatku tersentak kaget. Aku segera bangkit, berdiri dan berlari menuju kamar mereka. Langkahku terhenti di depan pintu tatkala aku melihat Mas Danu tengah mengangkat bayi Lula.

Aku mematung, bingung antara ikut masuk ke dalam kamar mereka ataukah pergi begitu saja. Bagaimanapun aku malas berpapasan dengan Mas Danu. Wajahnya yang datar membuatku tidak bersemangat menjalani hidupku.

Dia yang sedang menggendong putrinya dengan tangan kanan dan membuat susu dengan tangan kiri terlihat kesulitan, menoleh, melirikku sekilas lalu melanjutkan aktivitasnya mengocok botol susu.

Aku berbalik, toh anak-anak sudah ada ayahnya yang merawat dan setelah dipegang oleh Mas Danu tangis Lula langsung terdiam. Setelah aku berjalan beberapa langkah tiba-tiba terdengar tangisan bayi lagi. Jadi aku mengurungkan diri untuk pergi dan berbalik.

Tanpa mempedulikan tatapan Mas Danu aku berlari masuk ke dalam kamar si kembar dan meraih Lilac yang masih berada di atas keranjang bayi.

"Ternyata kamu pipis," ucapku pada bayi dalam genggaman sambil berusaha menggantikan popoknya yang sudah basah. Aku melakukannya tanpa kaku sedikitpun meskipun sejujurnya aku tidak pernah merawat seorang bayi.

Mas Danu berdiri di belakangku, dari balik punggung, aku melihat dia tertegun melihatku. Entah apa yang dia pikirkan, aku juga tidak tahu dan aku tidak peduli. Anggap saja dia ada tapi seperti tidak ada. Itu bisa membuat hatiku sedikit lebih bisa berdamai dengan keadaan.

Setelah popoknya diganti, mata bayi Lilac terpejam lagi. Jadi, aku berinisiatif meletakkan bayi tersebut di keranjangnya. Aku berbalik dan hendak keluar, Mas Danu menatapku tajam. Namun, kali ini sorot matanya lebih tajam dari sebelumnya. Aku mencerna ekspresinya, sepertinya ia sangat marah padaku, tapi aku merasa tidak melakukan kesalahan apapun, sehingga aku tetap berusaha tenang.

"Bayi Lilac sudah tidur dan Lula sudah kamu gendong, berarti tugasku di kamar ini selesai," ucapku seraya melenggang pergi.

Namun, Mas Danu menarik tanganku dengan kasar hingga membuatku hampir terjungkal ke belakang.

"Mas!" pekikku tak terima. Enak saja dia memperlakukanku seperti ini, belum sehari saja menjadi suami sudah mau KDRT, bagaimana kalau setahun? Aku tidak boleh diam saja, kalau tidak, pria ini akan semakin kasar dan ngelunjak. Aku ngeri membayangkan seumur hidup, hidup dengan lelaki red flag seperti itu.

"Ternyata kamu tidak paham apa itu arti pernikahan," ucapnya. Kata-katanya tidak kalah tajam dengan tatapannya. Aku terkesiap. Apa yang sebenarnya ingin dia katakan padaku? Air mataku hampir keluar, tetapi aku menekannya agar jangan sampai jatuh di depannya.

"Ya anggap saja aku seperti itu. Seharusnya kamu tidak menikahi wanita sepertiku. Lelaki sepertimu bisa mendapatkan wanita sepuluh kali lebih baik daripada aku." Aku membalikkan ucapannya satu tahun yang lalu. Ucapan yang nyaris membuatku tidak dapat berdiri tegak di pesta pernikahan mereka. Pesta yang seharusnya menjadi milikku dengannya. Dia menikahi kakakku secara tiba-tiba padahal sebelumnya dia sangat menolak permintaan keluargaku itu. Dia mengakhiri hubungan kami tanpa penjelasan dan pada ujungnya tetap aku yang salah? Takdir macam apa ini?

Apa dia tidak tahu bagaimana rasa sakit hatiku tatkala mendengar bisik-bisik tetangga dan semua tamu yang sudah tahu akan hubungan kami? Apakah dia tahu? Aku, tubuhku drop setelah melihatnya mengucapkan kalimat ijab terhadap kakakku? Kalau aku ingat itu, rasanya aku ingin mengumpat dan menendang Mas Danu kuat-kuat.

Setelah itu aku memutuskan untuk membencinya seumur hidup. Sayangnya, rasa cintaku tidak pernah pudar sedikitpun padanya. Aku sudah mencoba mengalihkan pada yang lain, tetap tidak bisa. Aku pikir, ini hanyalah masalah waktu dan pada akhirnya aku dipaksa kembali pada masa lalu oleh keadaan.

"Kalau bukan karena terpaksa, mana mungkin aku mau menikahimu," ucapnya seraya keluar dari kamar membawa bayinya.

Aku menekan dada, jantungku serasa diremas-remas oleh makhluk tak kasat mata.

"Apa dia sendiri paham arti pernikahan yang sebenarnya?" lirihku pada angin yang berhembus melalui sela-sela jendela.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

bgd

2025-01-24

1

Iges Satria

Iges Satria

ada salah paham yg tercipta, ya kknya yg. bermain ulah x disini

2024-10-11

0

Siti Koyah

Siti Koyah

minta dobel up donk kk

2024-08-21

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Menikah dengan Mantan
2 Bab 2. Arti Pernikahan
3 Bab 3. Bukan Perbandingan
4 Bab 4. Pertengkaran
5 Bab 5. Dipaksa
6 Bab 6. Bukan Tuan Putri
7 Bab 7. Sensitif
8 Bab 8. Khawatir
9 Bab 9. Kesal
10 Bab 10. Haruskah Begini?
11 Bab 11. Suami Egois
12 Bab 12. Bertengkar
13 Bab 13. Kecurigaan
14 Bab 14. Jijik
15 Bab 15. Tuduhan
16 Bab 16. Diam
17 Bab 17. Panik
18 Bab 18. Puncak Kecewa
19 Bab 19. Kegilaan Mas Danu
20 Bab 20. Permintaan Mertua
21 Bab 21. Mengalah
22 Bab 22. Sakit
23 Bab 23. Nekad
24 Bab 24. Keluyuran
25 Bab 25. Ada yang Aneh
26 Bab 26. Kehilangan
27 Bab 27. Berkelahi
28 Bab 28. Pupus
29 Bab 29. Penuh Kepalsuan
30 Bab 30. Akting
31 Bab 31. Sombong
32 Bab 32. Syarat
33 Bab 33. Mencari Tahu
34 Bab 34. Murka
35 Bab 35. Benarkah?
36 Bab 36. Rencana Melarikan Diri
37 Bab 37. Kejutan
38 Bab 38. Hampir
39 Bab 39. Keputusan
40 Bab 40. Dilema
41 Bab 41. Pilihan
42 Bab 42. Sesal
43 Bab 43. Rantau
44 Bab 44. Rapuh
45 Bab 45. Hampir
46 Bab 46. Rindu
47 Bab 47. Geram
48 Bab 48. Bukan Tanggung Jawabku
49 Bab 49. Samuel Pembohong
50 Bab 50. Samuel Tidak Berbohong?
51 Bab 51. Apa ini?
52 Bab 52. Pertolongan Samuel
53 Bab 53. Perhatian Samuel
54 Bab 54. Tidak Aman
55 Bab 55. Menyebalkan
56 Bab 56. Topeng
57 Bab 57. Menguji Adrenalin
58 Bab 58. Operasi
59 Bab 59. Kejutan
60 Bab 60. Sudah Terkunci
61 Bab 61. Ketemu
62 Bab 62. Rasa Cemburu
63 Bab 63. Emosi
64 Bab 64. Surprise
65 Bab 65. Karena Masa Lalu
66 Bab 66. Tidak Salah?
67 Bab 67. Mencari Tahu
68 Bab 68. Pengecut
69 Bab 69. Hampir
70 Bab 70. Adu Kekuatan
71 Bab 71. Mencari Titik Terang
72 Bab 72. Buku Harian Libra
73 Bab 73. Petunjuk
74 Bab 74. Cara Satu-satunya
75 Bab 75. Bersyarat
76 Bab 76. Kabar Buruk
77 Bab 77. Sebuah Alasan
78 Bab 78. Berkhianat
79 Bab 79. Bukan Obsesi
80 Bab 80. Akar Masalah
81 Bab 81. Ku mohon
82 Bab 82. Peduli atau Modus?
83 Bab 83. Candu
84 Bab 84. Cemas
85 Bab 85. Hamil?
86 Bab 86. Istri Anda Aneh
87 Bab 87. Praduga
88 Bab 88
89 Bab 89
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1. Menikah dengan Mantan
2
Bab 2. Arti Pernikahan
3
Bab 3. Bukan Perbandingan
4
Bab 4. Pertengkaran
5
Bab 5. Dipaksa
6
Bab 6. Bukan Tuan Putri
7
Bab 7. Sensitif
8
Bab 8. Khawatir
9
Bab 9. Kesal
10
Bab 10. Haruskah Begini?
11
Bab 11. Suami Egois
12
Bab 12. Bertengkar
13
Bab 13. Kecurigaan
14
Bab 14. Jijik
15
Bab 15. Tuduhan
16
Bab 16. Diam
17
Bab 17. Panik
18
Bab 18. Puncak Kecewa
19
Bab 19. Kegilaan Mas Danu
20
Bab 20. Permintaan Mertua
21
Bab 21. Mengalah
22
Bab 22. Sakit
23
Bab 23. Nekad
24
Bab 24. Keluyuran
25
Bab 25. Ada yang Aneh
26
Bab 26. Kehilangan
27
Bab 27. Berkelahi
28
Bab 28. Pupus
29
Bab 29. Penuh Kepalsuan
30
Bab 30. Akting
31
Bab 31. Sombong
32
Bab 32. Syarat
33
Bab 33. Mencari Tahu
34
Bab 34. Murka
35
Bab 35. Benarkah?
36
Bab 36. Rencana Melarikan Diri
37
Bab 37. Kejutan
38
Bab 38. Hampir
39
Bab 39. Keputusan
40
Bab 40. Dilema
41
Bab 41. Pilihan
42
Bab 42. Sesal
43
Bab 43. Rantau
44
Bab 44. Rapuh
45
Bab 45. Hampir
46
Bab 46. Rindu
47
Bab 47. Geram
48
Bab 48. Bukan Tanggung Jawabku
49
Bab 49. Samuel Pembohong
50
Bab 50. Samuel Tidak Berbohong?
51
Bab 51. Apa ini?
52
Bab 52. Pertolongan Samuel
53
Bab 53. Perhatian Samuel
54
Bab 54. Tidak Aman
55
Bab 55. Menyebalkan
56
Bab 56. Topeng
57
Bab 57. Menguji Adrenalin
58
Bab 58. Operasi
59
Bab 59. Kejutan
60
Bab 60. Sudah Terkunci
61
Bab 61. Ketemu
62
Bab 62. Rasa Cemburu
63
Bab 63. Emosi
64
Bab 64. Surprise
65
Bab 65. Karena Masa Lalu
66
Bab 66. Tidak Salah?
67
Bab 67. Mencari Tahu
68
Bab 68. Pengecut
69
Bab 69. Hampir
70
Bab 70. Adu Kekuatan
71
Bab 71. Mencari Titik Terang
72
Bab 72. Buku Harian Libra
73
Bab 73. Petunjuk
74
Bab 74. Cara Satu-satunya
75
Bab 75. Bersyarat
76
Bab 76. Kabar Buruk
77
Bab 77. Sebuah Alasan
78
Bab 78. Berkhianat
79
Bab 79. Bukan Obsesi
80
Bab 80. Akar Masalah
81
Bab 81. Ku mohon
82
Bab 82. Peduli atau Modus?
83
Bab 83. Candu
84
Bab 84. Cemas
85
Bab 85. Hamil?
86
Bab 86. Istri Anda Aneh
87
Bab 87. Praduga
88
Bab 88
89
Bab 89

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!