Bab 17. Panik

"Terima kasih Bik atas informasinya." Bik Mirna mengangguk lalu memandangku dengan ragu.

"Ada apa Bik, ada yang ingin Bibi sampaikan?" tanyaku agar dia mengutarakan apa yang ingin dia katakan.

"Nona, saya permisi sebentar ya, saya mau pulang sebelum bersih-bersih. Tadi ada telepon dari rumah, cucuku kejang-kejang dan putriku sendirian." Bik Mina langsung menunduk dengan kedua tangan saling meremas. Sepertinya dia tidak nyaman mengucapkan hal itu, tetapi terpaksa mengutarakannya.

"Silahkan Bik, hal darurat tidak bisa ditunda," ucapku memaklumi. Bik Mirna terlonjak kaget ketika mendapatkan izin dariku. Apa ini adalah sesuatu yang istimewa? Aku pikir tidak. Dia sangat berterima kasih dan mengatakan tidak masalah jika gajinya dipotong. Mana mungkin aku melakukan hal itu?

Setelah Bik Mirna pergi aku meneruskan sarapan seorang diri. Tak apa jika tidak ada Mas Danu, aku bisa lebih menikmati makanan yang terhidang. Selesai aku mengontrol ke kamar kedua keponakan yang sedang ditemani pengasuhnya.

"Kalau perlu sesuatu padaku panggil aku di kamar Mas Danu," ucapku dan wanita itu mengangguk. Hari ini aku berniat memindahkan pakaianku yang ada di sana ke kamar kedua bayi agar aku tidak mondar-mandir antara kamar yang satu dan yang lainnya.

"Baik Nyonya."

Aku mengangguk lalu melangkah pergi. Ketika aku menapaki kamar Mas Danu aku merasakan auranya begitu dingin. Ada apa denganku? Kenapa aku tiba-tiba merasa merinding masuk ke kamar tersebut?

Namun, aku tidak mau menunda waktu, aku harus segera memindahkan baju-bajuku mumpung tidak ada Mas Danu di kamar ini. Aku melangkah menuju lemari dan membukanya pelan-pelan. Sebuah buku terjatuh ke dada membuatku tersentak kaget.

"Apa ini?" Aku menyentuhnya dan memeriksa bagian luar.

"Buku milik siapa ini?" Tidak mungkin ini milik Mas Danu karena warnanya begitu lembut dan feminim. Diary ini terkunci dan aku tidak tahu apa isinya. Aku menariknya dengan kencang tetapi tidak bisa terbuka.

Aku harus mencari kuncinya. Dimana? Aku segera mencari di tumpukan baju. Saat tanganku menyentuh sebuah baju, aku baru menyadari itu tumpukan baju Milik Kak Libra. Aku mematung untuk sesaat. Setelah beberapa hari aku tinggal di sini, kenapa baru sadar bajuku berada di dalam lemari yang sama dengan Kak Libra?

"Kak!" Pelupuk mataku berair, mengiringi rasa nyeri di dalam hati. "Kenapa kita mencintai pria yang sama? Dan kenapa kita harus memiliki dia secara bergiliran? Ah Kak Libra, andai kamu masih hidup, mungkin aku tidak akan pernah mendapatkan tatapan dingin seperti sekarang dari Mas Danu. Lebih baik begitu daripada hidup dengannya yang hanya menyisakan kebencian untukku." Akhirnya bulir bening yang dari tadi ku tahan lolos juga.

"Ah." Aku menyeka air mata lalu menarik napas panjang hingga merasa sedikit lebih tenang. Aku berdiri lalu berjalan menuju ranjang. Duduk di sana dan berusaha membuka diary itu meskipun tidak berhasil.

Dari arah pintu aku melihat ada bayangan yang berjalan mendekat, jadi aku menyembunyikan diary tersebut di bawah ranjang lalu kembali ke sisi lemari dan mengambil baju-bajuku. Jika itu adalah Mas Danu biar dia tahu aku ke kamarnya hanya untuk mengambil pakaianku, bukan untuk yang lainnya.

Beberapa puluh menit berselang akhirnya aku berhasil membawa tumpukan bajuku ke kamar ponakan kembarku. Sayang keduanya tidak ada di sana.

"Mungkin dibawa si Mbak," tebakku melihat pengasuh mereka juga tidak kelihatan. Jadi aku langsung menaruh baju-bajuku di sana. Selesai aku membaringkan tubuh di atas ranjang sambil mengkhayal tentang isi diary milik Kak Libra. Kira-kira apa isinya ya?"

Aku berniat untuk kembali dan mengambil serta membawanya ke kamar ini. Namun, baru saja aku duduk pengasuh bayi kembar itu kembali ke kamar tanpa membawa bayi.

"Loh kemana Lula dan Lilac?" tanyaku. Dia mengerikan kening.

"Itu yang mau saya tanyakan pada Nyonya. " Dia malah balik bertanya.

"Apa maksudmu? Jangan bermain-main. Nggak usah bercanda beginian denganku!" sentakku. Membuatku syok begini bukanlah hal yang bagus.

"Saya tidak bercanda Nyonya, tadi keduanya tidur dan ada yang menelpon saya. Jadi agar tidak menganggu mereka saya keluar sebentar selama mengangkat telepon."

"Astaga! Jadi kemana mereka?" tanyaku dengan gusar. Pengasuh itu menggeleng pelan.

"Saya juga tidak tahu Nyonya, mungkin sama Bik Mirna."

"Bik Mirna sudah pulang dari tadi? Tidak mungkin, 'kan bayi umur 3 bulan bisa berjalan sendiri? Merangkak saja mereka belum." Aku mengacak rambut, frustrasi. Mataku memindai seluruh ruangan untuk mencari keberadaan mereka. Mungkin saja terjatuh dari keranjang bayi meskipun tidak masuk akal.

"Bagaimana ini Nyonya?" Pengasuh itu terlihat tak kalah panik denganku. Saat aku menatapnya, dia terlihat takut-takut.

"cepat cari!" perintahku.

Dia keluar dan mencari di setiap sudut rumah. Aku pun juga begitu. Namun, kami tidak menemukan tanda-tanda.

"Ayo dong Nak, nangis gitu biar Mama bisa tahu dimana keberadaan kalian!" Pada saat ini justru aku berharap terbalik dengan biasanya.

"Bagaimana?" tanyaku.

"Belum ketemu Nyonya. Pak satpam juga tidak melihat siapapun yang membawa mereka pergi."

"Ya Tuhan! Ini sudah setengah jam mencari, tetapi belum ketemu juga." Oleh karena itu aku terpaksa menelpon Mas Danu.

"Apa! Putri-putriku hilang?" Mas Danu begitu terkejut.

"Iya Mas, kami sudah mencari di setiap sudut rumah tapi tidak ada. Pak satpam juga tidak melihat orang lain yang membawanya."

"Maksudnya mereka tidak terlihat begitu? Apa Kamu pikir mereka hantu?!" Mas Danu terdengar murka.

"Bukan begitu maksudku Mas, tapi–"

"Oh, atau kamu akan mengatakan dia diambil ibu kandungnya begitu? Lintang! Jangan macam-macam kamu menuduh almarhumah kakakmu menculik bayinya sendiri."

"Ya Allah! Mas Danu ...." Di saat yang genting seperti ini bisa-bisanya dia masih berprasangka buruk padaku.

"Dasar tidak becus, jadi istri tidak becus, jadi ibu juga tidak becus, apa kelebihanmu?" Bentak Mas Danu hingga aku hampir melompat saking terkejutnya.

"Aku–" Tangannya sampai bergetar karena rasa takut akan hal buruk terjadi pada kedua bayi kamu ditambah rasa sakit akan ucapan Mas Danu. Tidak bisakah dia menahan diri saat ini saja?

"Cepat cari sampai ketemu, atau aku tidak akan pernah memaafkanmu!"

Aku langsung menutup telepon. Percuma, Mas Danu hanya akan terus memarahiku dan itu akan membuang-buang waktu. Apa dia tidak khawatir tentang putrinya?

"Bagaimana Nyonya?"

"Tidak ada dengan Mas Danu, cari sampai dapat. Jangan berhenti kalau tidak ketemu. Kami dibayarkan untuk menjaga merawat, kenapa bisa lalai begini?" Wanita yang menungguku menelpon Mas Danu dengan harap-harap cemas ini langsung menunduk.

"Maafkan saya, Nyonya."

"Aku baru bisa memaafkan kalau mereka ketemu," ucapku seraya meninggalkan dirinya. Aku tidak bisa mengendalikan emosi disaat-saat seperti ini.

Aku menelpon ibu dan menanyakan apakah ibu datang ke tempat tinggal kami tetapi ibu mengatakan dia dan ayah tidak kemana. Lalu aku beralih menelpon Mama dan beliau juga mengatakan tidak ke rumah kami.

Aku langsung terduduk lemas di lantai. "Jadi siapa yang mengambil mereka?" tanyaku dalam hati.

"Ada apa Nak Lintang?"

"Tidak apa-apa Ma, saya cuma bertanya saja," ucapku agar beliau tidak khawatir. Semoga kami segera menemukan keduanya secepat mungkin.

***

Maaf ya teman-teman karena updatenya tersendat-sendat. Sebenarnya Author ingat rajin update, tetapi akhir-akhir ini tubuh sakit-sakitan. ***

Terpopuler

Comments

Iges Satria

Iges Satria

si kembar kemana kalian? bikin mama lintang kena marah terus nah /Sob//Sob/

2024-10-11

0

Rahma Inayah

Rahma Inayah

masa satpam gk tau ada org asing menyusup masuk rumh...apa mkn ada kerja sma org dlm yg menculik sang baby

2024-09-17

1

Siti Koyah

Siti Koyah

semoga lekas sembuh kk

2024-09-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Menikah dengan Mantan
2 Bab 2. Arti Pernikahan
3 Bab 3. Bukan Perbandingan
4 Bab 4. Pertengkaran
5 Bab 5. Dipaksa
6 Bab 6. Bukan Tuan Putri
7 Bab 7. Sensitif
8 Bab 8. Khawatir
9 Bab 9. Kesal
10 Bab 10. Haruskah Begini?
11 Bab 11. Suami Egois
12 Bab 12. Bertengkar
13 Bab 13. Kecurigaan
14 Bab 14. Jijik
15 Bab 15. Tuduhan
16 Bab 16. Diam
17 Bab 17. Panik
18 Bab 18. Puncak Kecewa
19 Bab 19. Kegilaan Mas Danu
20 Bab 20. Permintaan Mertua
21 Bab 21. Mengalah
22 Bab 22. Sakit
23 Bab 23. Nekad
24 Bab 24. Keluyuran
25 Bab 25. Ada yang Aneh
26 Bab 26. Kehilangan
27 Bab 27. Berkelahi
28 Bab 28. Pupus
29 Bab 29. Penuh Kepalsuan
30 Bab 30. Akting
31 Bab 31. Sombong
32 Bab 32. Syarat
33 Bab 33. Mencari Tahu
34 Bab 34. Murka
35 Bab 35. Benarkah?
36 Bab 36. Rencana Melarikan Diri
37 Bab 37. Kejutan
38 Bab 38. Hampir
39 Bab 39. Keputusan
40 Bab 40. Dilema
41 Bab 41. Pilihan
42 Bab 42. Sesal
43 Bab 43. Rantau
44 Bab 44. Rapuh
45 Bab 45. Hampir
46 Bab 46. Rindu
47 Bab 47. Geram
48 Bab 48. Bukan Tanggung Jawabku
49 Bab 49. Samuel Pembohong
50 Bab 50. Samuel Tidak Berbohong?
51 Bab 51. Apa ini?
52 Bab 52. Pertolongan Samuel
53 Bab 53. Perhatian Samuel
54 Bab 54. Tidak Aman
55 Bab 55. Menyebalkan
56 Bab 56. Topeng
57 Bab 57. Menguji Adrenalin
58 Bab 58. Operasi
59 Bab 59. Kejutan
60 Bab 60. Sudah Terkunci
61 Bab 61. Ketemu
62 Bab 62. Rasa Cemburu
63 Bab 63. Emosi
64 Bab 64. Surprise
65 Bab 65. Karena Masa Lalu
66 Bab 66. Tidak Salah?
67 Bab 67. Mencari Tahu
68 Bab 68. Pengecut
69 Bab 69. Hampir
70 Bab 70. Adu Kekuatan
71 Bab 71. Mencari Titik Terang
72 Bab 72. Buku Harian Libra
73 Bab 73. Petunjuk
74 Bab 74. Cara Satu-satunya
75 Bab 75. Bersyarat
76 Bab 76. Kabar Buruk
77 Bab 77. Sebuah Alasan
78 Bab 78. Berkhianat
79 Bab 79. Bukan Obsesi
80 Bab 80. Akar Masalah
81 Bab 81. Ku mohon
82 Bab 82. Peduli atau Modus?
83 Bab 83. Candu
84 Bab 84. Cemas
85 Bab 85. Hamil?
86 Bab 86. Istri Anda Aneh
87 Bab 87. Praduga
88 Bab 88
89 Bab 89
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1. Menikah dengan Mantan
2
Bab 2. Arti Pernikahan
3
Bab 3. Bukan Perbandingan
4
Bab 4. Pertengkaran
5
Bab 5. Dipaksa
6
Bab 6. Bukan Tuan Putri
7
Bab 7. Sensitif
8
Bab 8. Khawatir
9
Bab 9. Kesal
10
Bab 10. Haruskah Begini?
11
Bab 11. Suami Egois
12
Bab 12. Bertengkar
13
Bab 13. Kecurigaan
14
Bab 14. Jijik
15
Bab 15. Tuduhan
16
Bab 16. Diam
17
Bab 17. Panik
18
Bab 18. Puncak Kecewa
19
Bab 19. Kegilaan Mas Danu
20
Bab 20. Permintaan Mertua
21
Bab 21. Mengalah
22
Bab 22. Sakit
23
Bab 23. Nekad
24
Bab 24. Keluyuran
25
Bab 25. Ada yang Aneh
26
Bab 26. Kehilangan
27
Bab 27. Berkelahi
28
Bab 28. Pupus
29
Bab 29. Penuh Kepalsuan
30
Bab 30. Akting
31
Bab 31. Sombong
32
Bab 32. Syarat
33
Bab 33. Mencari Tahu
34
Bab 34. Murka
35
Bab 35. Benarkah?
36
Bab 36. Rencana Melarikan Diri
37
Bab 37. Kejutan
38
Bab 38. Hampir
39
Bab 39. Keputusan
40
Bab 40. Dilema
41
Bab 41. Pilihan
42
Bab 42. Sesal
43
Bab 43. Rantau
44
Bab 44. Rapuh
45
Bab 45. Hampir
46
Bab 46. Rindu
47
Bab 47. Geram
48
Bab 48. Bukan Tanggung Jawabku
49
Bab 49. Samuel Pembohong
50
Bab 50. Samuel Tidak Berbohong?
51
Bab 51. Apa ini?
52
Bab 52. Pertolongan Samuel
53
Bab 53. Perhatian Samuel
54
Bab 54. Tidak Aman
55
Bab 55. Menyebalkan
56
Bab 56. Topeng
57
Bab 57. Menguji Adrenalin
58
Bab 58. Operasi
59
Bab 59. Kejutan
60
Bab 60. Sudah Terkunci
61
Bab 61. Ketemu
62
Bab 62. Rasa Cemburu
63
Bab 63. Emosi
64
Bab 64. Surprise
65
Bab 65. Karena Masa Lalu
66
Bab 66. Tidak Salah?
67
Bab 67. Mencari Tahu
68
Bab 68. Pengecut
69
Bab 69. Hampir
70
Bab 70. Adu Kekuatan
71
Bab 71. Mencari Titik Terang
72
Bab 72. Buku Harian Libra
73
Bab 73. Petunjuk
74
Bab 74. Cara Satu-satunya
75
Bab 75. Bersyarat
76
Bab 76. Kabar Buruk
77
Bab 77. Sebuah Alasan
78
Bab 78. Berkhianat
79
Bab 79. Bukan Obsesi
80
Bab 80. Akar Masalah
81
Bab 81. Ku mohon
82
Bab 82. Peduli atau Modus?
83
Bab 83. Candu
84
Bab 84. Cemas
85
Bab 85. Hamil?
86
Bab 86. Istri Anda Aneh
87
Bab 87. Praduga
88
Bab 88
89
Bab 89

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!