Bab 16. Diam

"Apa katamu Mas! Berselingkuh? Apa kamu tidak salah bicara?" Aku berkata dengan emosi lalu terkekeh sendiri mengingat pemikiran Mas Danu yang begitu picik.

"Bukannya kamu yang sudah mengkhianati hubungan kita? Tanpa sepatah kata, tanpa tanda perpisahan, kamu malah menikahi kakak kandungku sendiri. Siapa yang tidak berpikir ada hubungan diantara kalian sebelum itu? Apa kamu mau mengelak kalau aku menganggap ada perselingkuhan diantara kalian selama kamu masih terikat padaku?" Aku mengusap air mata yang jatuh di pipi. Bulir bening itu terasa panas seperti hatiku kala harus mengingat kembali momen menyakitkan yang sudah lebih dari setahun itu. Seandainya bisa, aku tidak ingin mengingatnya. Biarlah luka ini kukubur saja.

"Lintang–"

"Seharusnya kamu menusukkan belati saja pada jantungku daripada menusuk dengan pengkhianatan seperti itu. Apa kamu tahu bagaimana aku melalui hari-hari setelah itu? Kau tidak pernah memikirkan perasaanku kan, Mas? Kau malah bersenang-senang dengan Kak Libra seolah tidak ada hati yang harus kamu jaga. Kalau saja aku tidak kuat waktu itu mungkin sekarang aku berada di rumah sakit jiwa atau bahkan kamu hanya akan melihat wajahku di belakang buku Yasin." Aku mengusap air mata, tetapi perih di dalam dada tidak dapat aku singkirkan.

Mas Danu menatapku tanpa bergerak sedikitpun. Setelah ini aku berharap dia sadar bahwa apa yang sudah dia lakukan sangat melukai hatiku.

"Itu salahmu sendiri!" ucapnya dengan suara tegas.

"Apa, salahku?" Suaraku terpekik di tenggorokan. Ternyata percuma bicara dengan Mas Danu. Mungkin hatinya sudah buta.

"Suruh siapa kamu tidak mau aku ajak kawin lari."

Aku membekap mulut yang reflek menganga. Ternyata Mas Danu sudah gila.

"Ah sudahlah aku tidak ingin bicara denganmu lagi." Aku kembali melangkah keluar kamar. Di luar pintu aku berpapasan dengan pengasuh kedua bayi. Dia menatapku lalu menunduk, mungkin dia tidak enak melihat aku baru saja menangis.

"Jaga dengan baik Lula dan Lilac," pesanku dan dia hanya mengangguk.

"Tunggu! Siapa yang menyuruh masuk? Aku tidak mengizinkan kamu bekerja di rumah ini. Tanpa seizinku tidak ada yang boleh bekerja di rumah ini."

Aku membelalak mendengar pernyataan Mas Danu. Apa dia tidak pernah berpikir bahwa kalimat itu menyakiti orang lain? Aku berbalik dan menatap pengasuh yang aku pekerjakan untuk si kembar. Dia terdiam dan menunduk dengan tangan saling bertaut.

"Saya diminta Nyonya Lintang untuk bekerja di sini," jawab wanita itu. Sekilas aku melihat Mas Danu melirik ke arahku. Dasar laki-laki super tega.

"Katakan pada dia aku tidak mengizinkan. Kalau dia masih kekeuh dengan pendiriannya untuk mempekerjakanmu, minta dia untuk memohon padaku."

Sial! Mas Danu ingin membuatku merendah di hadapannya. Jangan harap! Aku tersenyum pahit. "Mas Danu ... aku benar-benar ingin meremas-remas dirimu," ucapku dengan tangan mengepal.

Dia melirikku lagi dengan senyuman mengejek dan aku tidak peduli. Kulanjutkan langkah yang sempat terhenti dan berjalan keluar rumah. Aku berjalan-jalan di sekitaran rumah untuk menenangkan perasaanku. Tiba-tiba Pengasuh si kembar berlari ke arahku dengan ekspresi panik.

"Ada apa?" tanyaku datar. "Apa dia mengusir? Atau dia mengancammu?"

"Tuan ingin saya pergi kalau Nyonya tidak memohon pada beliau. Tolong Nyonya, saya sudah kadung senang mendapatkan pekerjaan ini. Saya butuh biaya sekolah adik saya."

Aku memandang wanita yang bersujud di kakiku itu dengan tatapan iba, tetapi aku tidak mungkin memohon pada Mas Danu, dia bisa mengajukan syarat yang tidak bisa aku penuhi. Aku tahu dia akan memintaku untuk tidak bekerja dan mengurungku di rumah. Terus, apa gunanya aku punya pengasuh bayi kalau aku tidak kemana-mana?

"Katakan padanya aku tidak butuh persetujuan dia, dan kalau dia masih nekad mengusir dirimu, aku juga angkat kaki dari rumah ini." Pengasuh si kembar tercengang mendengar jawabanku.

"Kamu ya!" Aku menoleh mendengar suara pria. Mas Danu mengepalkan tangan lalu pergi dengan membawa kekesalannya. Ternyata dari tadi dia mengawasi kami. Mungkin dia berharap aku langsung bersujud di kakinya.

"Kembali ke kamar kedua bayi!" perintahku dan pengasuh bayi itu mengangguk kecil lalu bergegas masuk ke dalam rumah.

Matahari merangkak naik ke peraduan, menyingsingkan senja dengan warna-warni yang memancar indah, lalu menjemput kegelapan malam seakan tahu tempat pulang. Namun, Mas Danu malah belum kembali semenjak dari tadi siang pergi ke kantor. Sebesar apapun kekecewaan dan sekesal bagaimanapun, aku tetap mengkhawatirkannya. Aku akan tetap menunggu dengan gelisah hingga ia pulang.

"Nyonya, Lula dan Lilac sudah tidur." Aku menoleh, menatap pada pengasuh si kembar dan mengangguk.

"Kamu beristirahatlah!" ucapku dan dia menjawab dengan anggukan kecil. Lalu aku berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Apakah Mas Danu tidak mau pulang karena kejadian tadi siang dimana aku yang tidak mau menurutinya? Apakah dia masih marah?

Aku melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam. Apa dia banyak pekerjaan sehingga lembur malam ini?

"Nyonya, masih belum tidur?" Pengasuh bayi menyapaku seraya masuk ke dalam dapur.

"Belum, masih belum mengantuk," bohongku."

"Apa Nyonya menunggu Tuan? Jika gara-gara saya Nyonya dan Tuan harus berantem, tidak apa-apa jika saya harus keluar."

"Kamu tidak perlu memikirkan itu. Sebelum kamu datang pun kami memang tidak bisa akur," jelasku agar dia berhenti merasa bersalah.

"Oh begitu ya, Nyonya."

Aku mengangguk lalu menatap ke arah jendela. Dari sana aku melihat dengan jelas pak satpam membuka pintu pagar dan sebuah mobil masuk ke dalam. Tanpa harus berpikir panjang aku tahu itu mobil Mas Danu. Syukurlah dia baik-baik saja.

"Kenapa malam sekali Mas?" tanyaku.

"Tadi sore mama menelpon dan meminta kita membawa si kembar ke rumahnya," lanjutku. Dia menoleh padaku sebentar lalu mengabaikan diri ini dan mempercepat langkahnya menaiki tangga. Aku menghela napas berat. Ingin rasanya aku menarik kata-kataku tadi. Andai saja ini bukan pesan mama sebenarnya, aku malas bicara dengan Mas Danu.

Aku menggaruk kepala lalu naik ke atas dan merebahkan tubuh di ranjang yang berada di kamar si kembar. Entah kenapa aku lebih nyaman di sini daripada di kamar Mas Danu.

Esok hari Mas Danu tetap sama, iya tidak mau bicara padaku. Tatapannya selalu dingin dan datar membuatku semakin tidak nyaman. "Mas mama tadi menelpon lagi, dia bertanya apakah kita hari ini akan ke sana?"

Mas Danu mendengus tanpa melihat ke arahku. Dia meletakkan sendok dan berhenti sarapan. Lalu tangannya meraih tas kerja dan pergi begitu saja. Aku mengusap dada, mencoba bersabar dengan sikap Mas Danu ini.

"Nona yang sabar ya. Tuan Danuar memang begitu. Dulu beliau juga bersikap sama dengan Nona Libra," ucap Bik Mirna dan itu cukup membuatku terkejut.

Bukankah Mas Danu mengatakan benar-benar cinta dan mengagumi Kak Libra hingga mengatakan aku tidak bisa menandingi wanita itu di hatinya? Seperti apa sebenarnya Mas Danu?

Terpopuler

Comments

Iges Satria

Iges Satria

mulai terkuak keanehan

2024-10-11

0

Rahma Inayah

Rahma Inayah

lnjut thor

2024-09-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Menikah dengan Mantan
2 Bab 2. Arti Pernikahan
3 Bab 3. Bukan Perbandingan
4 Bab 4. Pertengkaran
5 Bab 5. Dipaksa
6 Bab 6. Bukan Tuan Putri
7 Bab 7. Sensitif
8 Bab 8. Khawatir
9 Bab 9. Kesal
10 Bab 10. Haruskah Begini?
11 Bab 11. Suami Egois
12 Bab 12. Bertengkar
13 Bab 13. Kecurigaan
14 Bab 14. Jijik
15 Bab 15. Tuduhan
16 Bab 16. Diam
17 Bab 17. Panik
18 Bab 18. Puncak Kecewa
19 Bab 19. Kegilaan Mas Danu
20 Bab 20. Permintaan Mertua
21 Bab 21. Mengalah
22 Bab 22. Sakit
23 Bab 23. Nekad
24 Bab 24. Keluyuran
25 Bab 25. Ada yang Aneh
26 Bab 26. Kehilangan
27 Bab 27. Berkelahi
28 Bab 28. Pupus
29 Bab 29. Penuh Kepalsuan
30 Bab 30. Akting
31 Bab 31. Sombong
32 Bab 32. Syarat
33 Bab 33. Mencari Tahu
34 Bab 34. Murka
35 Bab 35. Benarkah?
36 Bab 36. Rencana Melarikan Diri
37 Bab 37. Kejutan
38 Bab 38. Hampir
39 Bab 39. Keputusan
40 Bab 40. Dilema
41 Bab 41. Pilihan
42 Bab 42. Sesal
43 Bab 43. Rantau
44 Bab 44. Rapuh
45 Bab 45. Hampir
46 Bab 46. Rindu
47 Bab 47. Geram
48 Bab 48. Bukan Tanggung Jawabku
49 Bab 49. Samuel Pembohong
50 Bab 50. Samuel Tidak Berbohong?
51 Bab 51. Apa ini?
52 Bab 52. Pertolongan Samuel
53 Bab 53. Perhatian Samuel
54 Bab 54. Tidak Aman
55 Bab 55. Menyebalkan
56 Bab 56. Topeng
57 Bab 57. Menguji Adrenalin
58 Bab 58. Operasi
59 Bab 59. Kejutan
60 Bab 60. Sudah Terkunci
61 Bab 61. Ketemu
62 Bab 62. Rasa Cemburu
63 Bab 63. Emosi
64 Bab 64. Surprise
65 Bab 65. Karena Masa Lalu
66 Bab 66. Tidak Salah?
67 Bab 67. Mencari Tahu
68 Bab 68. Pengecut
69 Bab 69. Hampir
70 Bab 70. Adu Kekuatan
71 Bab 71. Mencari Titik Terang
72 Bab 72. Buku Harian Libra
73 Bab 73. Petunjuk
74 Bab 74. Cara Satu-satunya
75 Bab 75. Bersyarat
76 Bab 76. Kabar Buruk
77 Bab 77. Sebuah Alasan
78 Bab 78. Berkhianat
79 Bab 79. Bukan Obsesi
80 Bab 80. Akar Masalah
81 Bab 81. Ku mohon
82 Bab 82. Peduli atau Modus?
83 Bab 83. Candu
84 Bab 84. Cemas
85 Bab 85. Hamil?
86 Bab 86. Istri Anda Aneh
87 Bab 87. Praduga
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90.
91 Bab 91
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Bab 1. Menikah dengan Mantan
2
Bab 2. Arti Pernikahan
3
Bab 3. Bukan Perbandingan
4
Bab 4. Pertengkaran
5
Bab 5. Dipaksa
6
Bab 6. Bukan Tuan Putri
7
Bab 7. Sensitif
8
Bab 8. Khawatir
9
Bab 9. Kesal
10
Bab 10. Haruskah Begini?
11
Bab 11. Suami Egois
12
Bab 12. Bertengkar
13
Bab 13. Kecurigaan
14
Bab 14. Jijik
15
Bab 15. Tuduhan
16
Bab 16. Diam
17
Bab 17. Panik
18
Bab 18. Puncak Kecewa
19
Bab 19. Kegilaan Mas Danu
20
Bab 20. Permintaan Mertua
21
Bab 21. Mengalah
22
Bab 22. Sakit
23
Bab 23. Nekad
24
Bab 24. Keluyuran
25
Bab 25. Ada yang Aneh
26
Bab 26. Kehilangan
27
Bab 27. Berkelahi
28
Bab 28. Pupus
29
Bab 29. Penuh Kepalsuan
30
Bab 30. Akting
31
Bab 31. Sombong
32
Bab 32. Syarat
33
Bab 33. Mencari Tahu
34
Bab 34. Murka
35
Bab 35. Benarkah?
36
Bab 36. Rencana Melarikan Diri
37
Bab 37. Kejutan
38
Bab 38. Hampir
39
Bab 39. Keputusan
40
Bab 40. Dilema
41
Bab 41. Pilihan
42
Bab 42. Sesal
43
Bab 43. Rantau
44
Bab 44. Rapuh
45
Bab 45. Hampir
46
Bab 46. Rindu
47
Bab 47. Geram
48
Bab 48. Bukan Tanggung Jawabku
49
Bab 49. Samuel Pembohong
50
Bab 50. Samuel Tidak Berbohong?
51
Bab 51. Apa ini?
52
Bab 52. Pertolongan Samuel
53
Bab 53. Perhatian Samuel
54
Bab 54. Tidak Aman
55
Bab 55. Menyebalkan
56
Bab 56. Topeng
57
Bab 57. Menguji Adrenalin
58
Bab 58. Operasi
59
Bab 59. Kejutan
60
Bab 60. Sudah Terkunci
61
Bab 61. Ketemu
62
Bab 62. Rasa Cemburu
63
Bab 63. Emosi
64
Bab 64. Surprise
65
Bab 65. Karena Masa Lalu
66
Bab 66. Tidak Salah?
67
Bab 67. Mencari Tahu
68
Bab 68. Pengecut
69
Bab 69. Hampir
70
Bab 70. Adu Kekuatan
71
Bab 71. Mencari Titik Terang
72
Bab 72. Buku Harian Libra
73
Bab 73. Petunjuk
74
Bab 74. Cara Satu-satunya
75
Bab 75. Bersyarat
76
Bab 76. Kabar Buruk
77
Bab 77. Sebuah Alasan
78
Bab 78. Berkhianat
79
Bab 79. Bukan Obsesi
80
Bab 80. Akar Masalah
81
Bab 81. Ku mohon
82
Bab 82. Peduli atau Modus?
83
Bab 83. Candu
84
Bab 84. Cemas
85
Bab 85. Hamil?
86
Bab 86. Istri Anda Aneh
87
Bab 87. Praduga
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90.
91
Bab 91

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!