Bab 13. Kecurigaan

"Jangan harap aku akan menceraikan! Bahkan dalam tidur pun aku tidak akan mengizinkanmu memimpikan itu!" Setelah bicara dengan nada tegas, Mas Danu berjalan cepat menaiki tangga, seolah kakinya sudah tidak merasakan sakit. Dia langsung melewatiku menuju kamarnya.

"Aku akan mengatakan semuanya pada mama, mungkin beliau bisa membantuku. Biarkan mama yang akan memberitahukan pada kedua orang tuaku bahwa kita tidak mungkin bisa bersatu." Kata-kataku mampu menghentikan langkah Mas Danu. Dia menoleh dan menatap dingin diri ini. Itu membuat napasku seakan terhenti sesaat.

Mas Danu kembali berbalik tanpa sepatah katapun. Dia langsung melanjutkan langkah menuju kamarnya.

Aku menghela napas, meraup oksigen dalam-dalam agar bisa kembali bernapas dengan tenang. Setelahnya, aku melanjutkan langkah menuju kamar kedua bayi dan menaruhnya dalam keranjang. Aku duduk sembari mengompres keduanya. Sesekali mereka masih menangis dan aku satu persatu menggendong keduanya secara bergiliran. Sayangnya aku tidak melihat Mas Danu sedetik pun menghampiri kedua putrinya.

Apakah dia tidak ke kamar anak kembarnya karena ada aku? Mungkin dia masih marah padaku karena asumsinya sendiri. Perutku keroncongan dan aku bergegas keluar. Namun, selalu, kedua bayi tersebut menangis kembali setelah aku sampai di pintu kamar. Sepertinya mereka tidak mau ditinggal. Aku berbalik dan duduk keranjang bayi, menahan lapar dan mengurusi keduanya hingga mereka terlelap.

Entah bagaimana aku sampai tertidur seraya menyandarkan kepala pada pinggiran keranjang sedangkan tangan masih berada di dahi Lilac. Yang aku tahu, pada tengah malam aku merasakan ada pergerakan pada tubuhku. Setelah aku membuka mata sedikit, ternyata Mas Danu tengah menggendongku dan hendak membawa ke atas ranjang yang ada dalam kamar itu juga.

Di satu sisi aku ingin memberontak mengingat tuduhan Mas Danu sebelumnya, tetapi di sisi lain aku tidak ingin berdebat lagi. Rasa lelah dan kantuk lebih menguasai. Ketika Mas Danu menatap wajahku, aku langsung menutup mata rapat-rapat.

Sentuhan lembut terasa di punggung. Aku yakin tubuhku sudah berbaring di atas ranjang. Aku langsung merasa nyaman. Terdengar langkah kaki turun dari ranjang dan berjalan menjauh. Aku kembali membuka mata, netraku menatap Mas Danu berjalan ke arah kedua bayinya. Dia melihat ke arahku sekilas dengan tatapan sendu, lalu menyentuh dahi kedua putrinya. Setelah itu aku melihat dia menggantikanku mengompres Lula dan Lilac.

"Kupikir kamu sudah tidak peduli dengan putrimu Mas," lirihku lalu membalikkan badan membelakangi Mas Danu dan kembali tidur.

Hari sudah pagi ketika aku membuka mata. Hal pertama yang aku lakukan adalah mengecek keadaan kedua bayi. Ternyata demamnya sudah mulai turun. Bahagia rasanya melihat mereka membuka mata lalu memberikan senyuman manisnya sambil sesekali mengoceh tidak jelas.

"Tante buatkan susu ya ... eh Mama." Tiba-tiba aku mengingat ucapan Mas Danu yang meminta agar aku mengajari mereka supaya memanggil dengan sebutan mama. Aku tidak masalah agar mereka merasa masih memiliki ibu seperti anak yang lainnya.

Aku bergegas ke dapur untuk memasak air sebagai campuran susu kedua bayi. Sampai di pintu dapur aku terpaku melihat Mas Danu menghangatkan lauk semalam yang tidak tersentuh sedikitpun.

Dia menatapku tanpa kata, aku pun demikian. Kami berdua berada di tempat yang sama untuk beberapa saat dalam suasana hening. Aku bergegas menyelesaikan pekerjaanku lalu buru-buru keluar dan kembali ke lantai atas.

"Saat aku keluar, Mas Danu sudah siap dengan baju dan tas kerja.

"Sebentar lagi bibi yang biasa bekerja padaku akan datang. Aku berangkat kerja dulu."

Aku terdiam. "Ada apa dengan Mas Danu? Apa dia menyesal telah menyakitiku dengan kata-katanya semalam?"

"Lintang, jangan percaya dengan sesuatu yang berubah dalam sekejap." Aku menasehati diri sendiri agar tidak terjebak dalam perasaan yang tidak seharusnya aku rasakan. Mas Danu pasti hanya takut aku mengadu pada orang tuanya, makanya dia berubah agar tidak bisa melepaskanku.

Mas Danu mengerutkan kening melihat ekspresi wajahku kemudian memutuskan untuk berlalu begitu saja. Aku tetap diam, bibir ini seolah keluh walaupun hanya untuk sekadar mengatakan 'iya'.

Punggung Mas Danu sudah hilang dari balik pintu berganti ketukan di pintu rumah.

"Masuk!" perintahku seraya berjalan mendekat. Setelah pintu terbuka seorang wanita separuh baya memperkenalkan dirinya.

"Saya bibi yang biasa bekerja di sini Nona," ucapnya kemudian setelah mengenalkan namanya.

"Saya bekerja memasak dan beres-beres rumah, namun setelah itu saya biasanya pulang." Kembali wanita itu menjelaskan tentang dirinya. Aku mengangguk dan mempersilahkan masuk.

"Bu Mirna saya boleh minta tolong agar cucian baju dikerjakan duluan ya Bik!" pintaku karena aku belum sempat mencuci baju sementara makan masih ada sisa semalam dan di rumah hanya tinggal aku seorang yang akan menikmati makanan.

"Baik Nona, tapi saya juga minta tolong agar baju-baju Tuan Danuar diambilkan ya."

Kedua alisku terangkat ke atas. Apa ada pembantu yang seperti ini?

"Maaf jangan salah paham. Ini karena Tuan Danuar dan istri sebelumnya selama ini tidak mengizinkan saya masuk ke kamar mereka." Bik Mirna terlihat canggung.

Aku mengangguk meskipun rasa perih kembali menyapa hati. "Baik tunggu sebentar!" Aku bergegas ke kamar Mas Danu. Tidak ingin berlama-lama aku segera mendekati keranjang pakaian kotor. Kuraih pakaian tersebut dan merasakan ada sesuatu yang aneh. Pada pakaian Mas Danu tercium bau parfum milik perempuan. Aku memeriksa dengan panik dan malah menemukan tanda bibir di sana. Mataku membelalak sempurna.

"Apa ini? Apa semalam Mas Danu berselingkuh?" Aku segera menutup mulut mengingat kata Pak Erik semalam Mas Danu pergi dengan sekretarisnya.

Aku benci pikiran liarku. "Tidak mungkin! Mas Danu tidak mungkin menghabiskan malam panas bersama wanita lain, kan?" Aku menggelengkan kepala, menepis semua kemungkinan yang terbersit di otakku.

"Tidak, tidak. Mas Danu bukan pria seperti itu. Kakinya juga masih sakit, kan semalam?"

Namun, semakin kuat aku menepis pikiran ini, semakin diri ini gelisah. Apalagi jika mengingat kabar dari orang-orang bahwa Kak Libra sebelum meninggal selalu terlihat murung dan seperti tidak bersemangat.

"Oh Tuhan! Apa selama ini Mas Danu mengkhianati kakaku?" Aku menekan kepala yang terasa ingin meledak.

Terpopuler

Comments

Rahma Inayah

Rahma Inayah

makn penasran dgn ceritanya lnjutkn

2024-09-09

0

Siti Koyah

Siti Koyah

masih teka teki tapi kasihan dengan lintang

2024-09-09

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Menikah dengan Mantan
2 Bab 2. Arti Pernikahan
3 Bab 3. Bukan Perbandingan
4 Bab 4. Pertengkaran
5 Bab 5. Dipaksa
6 Bab 6. Bukan Tuan Putri
7 Bab 7. Sensitif
8 Bab 8. Khawatir
9 Bab 9. Kesal
10 Bab 10. Haruskah Begini?
11 Bab 11. Suami Egois
12 Bab 12. Bertengkar
13 Bab 13. Kecurigaan
14 Bab 14. Jijik
15 Bab 15. Tuduhan
16 Bab 16. Diam
17 Bab 17. Panik
18 Bab 18. Puncak Kecewa
19 Bab 19. Kegilaan Mas Danu
20 Bab 20. Permintaan Mertua
21 Bab 21. Mengalah
22 Bab 22. Sakit
23 Bab 23. Nekad
24 Bab 24. Keluyuran
25 Bab 25. Ada yang Aneh
26 Bab 26. Kehilangan
27 Bab 27. Berkelahi
28 Bab 28. Pupus
29 Bab 29. Penuh Kepalsuan
30 Bab 30. Akting
31 Bab 31. Sombong
32 Bab 32. Syarat
33 Bab 33. Mencari Tahu
34 Bab 34. Murka
35 Bab 35. Benarkah?
36 Bab 36. Rencana Melarikan Diri
37 Bab 37. Kejutan
38 Bab 38. Hampir
39 Bab 39. Keputusan
40 Bab 40. Dilema
41 Bab 41. Pilihan
42 Bab 42. Sesal
43 Bab 43. Rantau
44 Bab 44. Rapuh
45 Bab 45. Hampir
46 Bab 46. Rindu
47 Bab 47. Geram
48 Bab 48. Bukan Tanggung Jawabku
49 Bab 49. Samuel Pembohong
50 Bab 50. Samuel Tidak Berbohong?
51 Bab 51. Apa ini?
52 Bab 52. Pertolongan Samuel
53 Bab 53. Perhatian Samuel
54 Bab 54. Tidak Aman
55 Bab 55. Menyebalkan
56 Bab 56. Topeng
57 Bab 57. Menguji Adrenalin
58 Bab 58. Operasi
59 Bab 59. Kejutan
60 Bab 60. Sudah Terkunci
61 Bab 61. Ketemu
62 Bab 62. Rasa Cemburu
63 Bab 63. Emosi
64 Bab 64. Surprise
65 Bab 65. Karena Masa Lalu
66 Bab 66. Tidak Salah?
67 Bab 67. Mencari Tahu
68 Bab 68. Pengecut
69 Bab 69. Hampir
70 Bab 70. Adu Kekuatan
71 Bab 71. Mencari Titik Terang
72 Bab 72. Buku Harian Libra
73 Bab 73. Petunjuk
74 Bab 74. Cara Satu-satunya
75 Bab 75. Bersyarat
76 Bab 76. Kabar Buruk
77 Bab 77. Sebuah Alasan
78 Bab 78. Berkhianat
79 Bab 79. Bukan Obsesi
80 Bab 80. Akar Masalah
81 Bab 81. Ku mohon
82 Bab 82. Peduli atau Modus?
83 Bab 83. Candu
84 Bab 84. Cemas
85 Bab 85. Hamil?
86 Bab 86. Istri Anda Aneh
87 Bab 87. Praduga
88 Bab 88
89 Bab 89
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1. Menikah dengan Mantan
2
Bab 2. Arti Pernikahan
3
Bab 3. Bukan Perbandingan
4
Bab 4. Pertengkaran
5
Bab 5. Dipaksa
6
Bab 6. Bukan Tuan Putri
7
Bab 7. Sensitif
8
Bab 8. Khawatir
9
Bab 9. Kesal
10
Bab 10. Haruskah Begini?
11
Bab 11. Suami Egois
12
Bab 12. Bertengkar
13
Bab 13. Kecurigaan
14
Bab 14. Jijik
15
Bab 15. Tuduhan
16
Bab 16. Diam
17
Bab 17. Panik
18
Bab 18. Puncak Kecewa
19
Bab 19. Kegilaan Mas Danu
20
Bab 20. Permintaan Mertua
21
Bab 21. Mengalah
22
Bab 22. Sakit
23
Bab 23. Nekad
24
Bab 24. Keluyuran
25
Bab 25. Ada yang Aneh
26
Bab 26. Kehilangan
27
Bab 27. Berkelahi
28
Bab 28. Pupus
29
Bab 29. Penuh Kepalsuan
30
Bab 30. Akting
31
Bab 31. Sombong
32
Bab 32. Syarat
33
Bab 33. Mencari Tahu
34
Bab 34. Murka
35
Bab 35. Benarkah?
36
Bab 36. Rencana Melarikan Diri
37
Bab 37. Kejutan
38
Bab 38. Hampir
39
Bab 39. Keputusan
40
Bab 40. Dilema
41
Bab 41. Pilihan
42
Bab 42. Sesal
43
Bab 43. Rantau
44
Bab 44. Rapuh
45
Bab 45. Hampir
46
Bab 46. Rindu
47
Bab 47. Geram
48
Bab 48. Bukan Tanggung Jawabku
49
Bab 49. Samuel Pembohong
50
Bab 50. Samuel Tidak Berbohong?
51
Bab 51. Apa ini?
52
Bab 52. Pertolongan Samuel
53
Bab 53. Perhatian Samuel
54
Bab 54. Tidak Aman
55
Bab 55. Menyebalkan
56
Bab 56. Topeng
57
Bab 57. Menguji Adrenalin
58
Bab 58. Operasi
59
Bab 59. Kejutan
60
Bab 60. Sudah Terkunci
61
Bab 61. Ketemu
62
Bab 62. Rasa Cemburu
63
Bab 63. Emosi
64
Bab 64. Surprise
65
Bab 65. Karena Masa Lalu
66
Bab 66. Tidak Salah?
67
Bab 67. Mencari Tahu
68
Bab 68. Pengecut
69
Bab 69. Hampir
70
Bab 70. Adu Kekuatan
71
Bab 71. Mencari Titik Terang
72
Bab 72. Buku Harian Libra
73
Bab 73. Petunjuk
74
Bab 74. Cara Satu-satunya
75
Bab 75. Bersyarat
76
Bab 76. Kabar Buruk
77
Bab 77. Sebuah Alasan
78
Bab 78. Berkhianat
79
Bab 79. Bukan Obsesi
80
Bab 80. Akar Masalah
81
Bab 81. Ku mohon
82
Bab 82. Peduli atau Modus?
83
Bab 83. Candu
84
Bab 84. Cemas
85
Bab 85. Hamil?
86
Bab 86. Istri Anda Aneh
87
Bab 87. Praduga
88
Bab 88
89
Bab 89

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!