Bab 7. Sensitif

Aku bersikap cuek dan terus berjalan. Dari belakang terdengar derap kaki melangkah cepat. Aku mempercepat langkah agar sampai pada ibu dan adik iparku yang menunggu di pintu rumah sebelum Mas Danu marah padaku.

"Lintang!" Tangan Mas Danu terasa hangat menyentuh punggung, sesaat kemudian terasa mencengkram dan menarik dengan kuat. Tubuhku langsung oleng dan hampir terjatuh. Segera aku menangkap tangan Mas Danu untuk mempertahankan keseimbangan. Sayangnya, lantai yang basah membuat kakiku tergelincir dan kami sama-sama jatuh di lantai.

Bug.

Aku tercengang, tubuh Mas Danu berada di atas menimpa tubuhku. Payung yang tadi ia pegang entah terlempar kemana.

Mata elangnya menatap tajam mataku. Jarak wajah kami yang hanya tersisa beberapa senti meter membuatku malu, apalagi di tempat ini ada adik ipar dan ibu mertua yang pasti melihat kami.

"Kamu ...," Mas Danu tersenyum tipis membuat hatiku berbunga-bunga. Aku pikir dia kembali menyukaiku seperti dulu.

Aku terkesiap, napas hangatnya membuat jantungku berdebar-debar. Detak jantung Mas Danu juga sama, berpacu cepat dan terdengar tak beraturan. Aku memejamkan mata, membayangkan wajahku pasti merah saat ini.

"Kamu mau menggodaku?" lanjutnya. Aku terbelalak lalu mendorong tubuhnya dengan kuat. Ternyata aku salah sangka, dia tetap Mas Danu yang menjengkelkan, bukan Mas Danuku yang dulu. Oh Tuhan, aku merindukan sosok itu.

"Aku bukan wanita penggoda. Rugi juga merayu pria sepertimu," ucapku sambil mengibaskan pakaianku bekas sentuhan Mas Danu tadi, seakan ingin menunjukkan kalau aku tidak sudi disentuh olehnya. Dia terlihat menahan emosi. Aku berdiri dan beranjak pergi, tak peduli Mas Danu menatapku dengan kesal.

"Kalian kenapa sih?" tanya ibu mertua di pintu setelah kami berdua berdiri di depan mereka.

"Ckk, Mama nggak tahu aja, ini namanya romantis Ma. Peluk-pelukan di bawah guyuran air hujan. Duh, kan pengen jadi pengantin baru juga," ujar Gina, adikku iparku lalu terkekeh.

Aku menunduk dengan murung. Apa yang dikatakan Gina hanya khayalan bagiku. Meskipun aku ingin, Mas Danu tidak akan pernah melakukannya. Yang ada dia akan menghinaku.

"Kalian tidak apa-apa, kan?" tanya ibu dengan nada suara khawatir. Aku mengangkat wajah dan melihat ibu mertua memicingkan mata. Sepertinya beliau mencurigai akan hubungan kami yang tidak baik-baik saja.

"Kami baik-baik saja kok Ma, hanya tadi Lintang tergelincir dan aku yang ingin menolongnya ikut jatuh. Jadi dia kesal dan marah-marah padaku. Tapi sekarang sudah nggak apa-apa, iya kan, Sayang?" Mas Danu merangkulku lembut dan membawa masuk diriku ke dalam rumah.

Apa katanya? Aku yang marah-marah? Apa tidak kebalik?

"Oh syukurlah, Mama hanya takut hubungan kalian buruk karena masa ...."

"Siapapun punya masa lalu, kami sudah melupakannya," potong Mas Danu. Aku membelalak dengan tangan membekap mulut. Mas Danu mendelik ke arahku seolah ingin memberi kode bahwa jangan sampai aku berbicara yang sebenarnya pada ibunya.

"Benar Lintang?" tanya ibu mertua memastikan, aku hanya bisa mengangguk saat Mas Danu terus menatapku.

"Yasudah, kalau begitu mandi dulu sana, nanti kalian masuk angin. Gina antar Mbakmu ini ke kamarnya dan kamu Danuar, mandi di kamar lain saja!"

Mas Danu dan Gina mengangguk bersamaan. Setelah itu Gina menggandeng tanganku dan membawanya ke kamar Mas Danu.

Begitu pintu kamar terkuak, aku langsung disuguhkan oleh pemandangan yang menyayat hati. Tepat di depanku, di samping ranjang Mas Danu, ada foto Kak Libra memeluk Mas Danu yang sedang duduk pada sebuah kursi dari posisi belakang. Foto itu sangat besar dan seperti poster.

Aku membeku di tempat, meskipun dia kakakku, tidak dapat dipungkiri aku cemburu padanya.

"Mbak, kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Gina dengan panik.

Aku tidak merespon pertanyaannya. Rasaku terlalu sakit dan tidak kuat untuk sekadar bicara. Aku mencoba menekan dada agar sesak itu pergi.

"Maaf, aku dan mama juga baru sampai. Jadi belum beres-beres rumah ini. Rencananya hari ini, tetapi kalian malah tiba sekarang. Kenapa Mas Danu tidak menghubungi kami? Kalau tahu kan kami ke sini lebih awal, biar nanti aku minta–"

Aku mengangkat tangan sebagai kode agar Gina berhenti bicara. Setelah melihat keberadaan kamar mandi aku langsung bergegas masuk ke dalam.

Di bawah guyuran air shower aku membasahi tubuhku dengan air hangat. Air mataku juga turut membasahi tubuh ini. Entah kenapa aku tidak kuasa menahan kesedihan. Di depan Mas Danu, aku bisa berpura-pura, tetapi di belakangnya mana bisa? Aku duduk berjongkok seraya meratapi nasib.

Aku tahu Kak Libra adalah istri Mas Danu sebelumnya, dia juga ibu dari anak-anaknya, tetapi pantaskah Mas Danu mengabaikan perasaanku? Tidak bisakah foto itu dipindahkan dulu sebelum aku sampai?

Aku tahu Gina dan ibu mertua baru sampai, tidakkah bisa Mas Danu mengutus orang?

Aku terus menangis sampai rasa sesak di dalam dada menghilang. Ya, setelah air mataku tumpah ruah aku merasa jauh lebih tenang. Aku kembali teringat bahwa misi Mas Danu ingin menyakitiku, jadi untuk apa aku heran jika foto itu masih tetap ada di dalam kamar kami? Perasaanku tidak boleh sensitif seperti tadi, bisa-bisa Mas Danu menertawaiku.

Setelah selesai mandi, aku keluar dengan mantel mandi dan keluar kamar untuk mencari pakaian. Entah dimana kopernya, apa sudah dibawa masuk atau masih ada dalam mobil?

Saat aku melewati ruang keluarga aku mendengar Mas Danu sedang berdebat dengan ibu mertua sedangkan Gina duduk di sofa sambil melamun. Aku menajamkan pendengaran dan ternyata mereka membahas masalah foto Kak Libra yang tadi.

"Kenapa Mama yang sewot sih? Lintang saja tidak apa-apa." Aku melihat Mas Danu melirikku. Ternyata dia langsung menyadari keberadaanku. Aku hanya diam, tidak bermaksud menimpali pembicaraan anak dan ibu itu.

"Kalau Mama tidak percaya, tanya sama Lintang sendiri tuh! Aku tidak memindahkan foto Libra ke kamar si kembar karena permintaan dia. Dia selalu bilang kalau dirinya masih merindukan Libra." Mas Danu menunjuk ke arahku tanpa rasa bersalah.

Aku menahan napas. Oksigen di sekitar seolah sudah tercemar. Ibu mertua menatapku dan sekali lagi aku hanya bisa mengangguk pasrah.

"Ya sudah, terserah kalian kalau begitu," ucap ibu mertua seraya menarik koper untuk dibawa ke kamar kami. Aku mendekat dan mengambil alih.

"Biar aku saja Ma, sekalian Lintang mau ambil pakaian ganti," ucapku seraya menerima koper dari tangan ibu mertua dan kembali ke kamar.

Setelah berganti pakaian aku duduk melamun di tepi ranjang. Saat itu Mas Danu membuka pintu dan berjalan masuk.

"Kamu benar-benar tidak keberatan, kan?"

Aku mengangkat wajah dan kedua bahu untuk menunjukkan tidak peduli dengan semua itu. Mas Danu mengangguk-angguk lalu berjalan ke sisi ranjang. Sebelum sampai, ponselku berbunyi dan tangannya reflek mengangkat. Mungkin dia pikir itu ponselnya sendiri karena kebetulan merek, warna dan nada deringnya sama. Aku mengabaikan itu, paling ayah atau ibu yang menanyakan apakah kami sudah sampai atau belum.

Aku mengerutkan kening melihat wajahnya memerah marah. Aku menebak-nebak sekiranya siapa yang sudah menelponku.

"Nih, ada yang rindu padamu," ucapnya sambil mengulurkan ponsel padaku. Aku mengangkat kedua alis, bingung dengan ekspresi Mas Danu yang tidak biasa.

Saat aku melihat panggilan dari siapa, aku langsung menyunggingkan senyuman manis. Mas Danu memandangku dengan tatapan masam.

"Wah terima kasih banyak Pak Sam, Bapak memang selalu baik padaku. Insyaallah saya akan melakukan yang terbaik," kataku menyambut gembira kabar baik yang disampaikan oleh atasanku.

Brak.

Tiba-tiba pintu kamar ditutup dengan keras hingga membuatku terlonjak kaget.

Ada apa dengan Mas Danu?

Terpopuler

Comments

Siti Aminah

Siti Aminah

cuekin aj trs Lin..biar dia kelabakan sendiri ky kakek kebakaran jenggot

2024-11-19

0

Herlin

Herlin

foto kak Libra maksudnya ya?

2024-12-01

0

Iges Satria

Iges Satria

ternyata cemburu juga, ngakunya ga ada rasa gi

2024-10-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Menikah dengan Mantan
2 Bab 2. Arti Pernikahan
3 Bab 3. Bukan Perbandingan
4 Bab 4. Pertengkaran
5 Bab 5. Dipaksa
6 Bab 6. Bukan Tuan Putri
7 Bab 7. Sensitif
8 Bab 8. Khawatir
9 Bab 9. Kesal
10 Bab 10. Haruskah Begini?
11 Bab 11. Suami Egois
12 Bab 12. Bertengkar
13 Bab 13. Kecurigaan
14 Bab 14. Jijik
15 Bab 15. Tuduhan
16 Bab 16. Diam
17 Bab 17. Panik
18 Bab 18. Puncak Kecewa
19 Bab 19. Kegilaan Mas Danu
20 Bab 20. Permintaan Mertua
21 Bab 21. Mengalah
22 Bab 22. Sakit
23 Bab 23. Nekad
24 Bab 24. Keluyuran
25 Bab 25. Ada yang Aneh
26 Bab 26. Kehilangan
27 Bab 27. Berkelahi
28 Bab 28. Pupus
29 Bab 29. Penuh Kepalsuan
30 Bab 30. Akting
31 Bab 31. Sombong
32 Bab 32. Syarat
33 Bab 33. Mencari Tahu
34 Bab 34. Murka
35 Bab 35. Benarkah?
36 Bab 36. Rencana Melarikan Diri
37 Bab 37. Kejutan
38 Bab 38. Hampir
39 Bab 39. Keputusan
40 Bab 40. Dilema
41 Bab 41. Pilihan
42 Bab 42. Sesal
43 Bab 43. Rantau
44 Bab 44. Rapuh
45 Bab 45. Hampir
46 Bab 46. Rindu
47 Bab 47. Geram
48 Bab 48. Bukan Tanggung Jawabku
49 Bab 49. Samuel Pembohong
50 Bab 50. Samuel Tidak Berbohong?
51 Bab 51. Apa ini?
52 Bab 52. Pertolongan Samuel
53 Bab 53. Perhatian Samuel
54 Bab 54. Tidak Aman
55 Bab 55. Menyebalkan
56 Bab 56. Topeng
57 Bab 57. Menguji Adrenalin
58 Bab 58. Operasi
59 Bab 59. Kejutan
60 Bab 60. Sudah Terkunci
61 Bab 61. Ketemu
62 Bab 62. Rasa Cemburu
63 Bab 63. Emosi
64 Bab 64. Surprise
65 Bab 65. Karena Masa Lalu
66 Bab 66. Tidak Salah?
67 Bab 67. Mencari Tahu
68 Bab 68. Pengecut
69 Bab 69. Hampir
70 Bab 70. Adu Kekuatan
71 Bab 71. Mencari Titik Terang
72 Bab 72. Buku Harian Libra
73 Bab 73. Petunjuk
74 Bab 74. Cara Satu-satunya
75 Bab 75. Bersyarat
76 Bab 76. Kabar Buruk
77 Bab 77. Sebuah Alasan
78 Bab 78. Berkhianat
79 Bab 79. Bukan Obsesi
80 Bab 80. Akar Masalah
81 Bab 81. Ku mohon
82 Bab 82. Peduli atau Modus?
83 Bab 83. Candu
84 Bab 84. Cemas
85 Bab 85. Hamil?
86 Bab 86. Istri Anda Aneh
87 Bab 87. Praduga
88 Bab 88
89 Bab 89
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1. Menikah dengan Mantan
2
Bab 2. Arti Pernikahan
3
Bab 3. Bukan Perbandingan
4
Bab 4. Pertengkaran
5
Bab 5. Dipaksa
6
Bab 6. Bukan Tuan Putri
7
Bab 7. Sensitif
8
Bab 8. Khawatir
9
Bab 9. Kesal
10
Bab 10. Haruskah Begini?
11
Bab 11. Suami Egois
12
Bab 12. Bertengkar
13
Bab 13. Kecurigaan
14
Bab 14. Jijik
15
Bab 15. Tuduhan
16
Bab 16. Diam
17
Bab 17. Panik
18
Bab 18. Puncak Kecewa
19
Bab 19. Kegilaan Mas Danu
20
Bab 20. Permintaan Mertua
21
Bab 21. Mengalah
22
Bab 22. Sakit
23
Bab 23. Nekad
24
Bab 24. Keluyuran
25
Bab 25. Ada yang Aneh
26
Bab 26. Kehilangan
27
Bab 27. Berkelahi
28
Bab 28. Pupus
29
Bab 29. Penuh Kepalsuan
30
Bab 30. Akting
31
Bab 31. Sombong
32
Bab 32. Syarat
33
Bab 33. Mencari Tahu
34
Bab 34. Murka
35
Bab 35. Benarkah?
36
Bab 36. Rencana Melarikan Diri
37
Bab 37. Kejutan
38
Bab 38. Hampir
39
Bab 39. Keputusan
40
Bab 40. Dilema
41
Bab 41. Pilihan
42
Bab 42. Sesal
43
Bab 43. Rantau
44
Bab 44. Rapuh
45
Bab 45. Hampir
46
Bab 46. Rindu
47
Bab 47. Geram
48
Bab 48. Bukan Tanggung Jawabku
49
Bab 49. Samuel Pembohong
50
Bab 50. Samuel Tidak Berbohong?
51
Bab 51. Apa ini?
52
Bab 52. Pertolongan Samuel
53
Bab 53. Perhatian Samuel
54
Bab 54. Tidak Aman
55
Bab 55. Menyebalkan
56
Bab 56. Topeng
57
Bab 57. Menguji Adrenalin
58
Bab 58. Operasi
59
Bab 59. Kejutan
60
Bab 60. Sudah Terkunci
61
Bab 61. Ketemu
62
Bab 62. Rasa Cemburu
63
Bab 63. Emosi
64
Bab 64. Surprise
65
Bab 65. Karena Masa Lalu
66
Bab 66. Tidak Salah?
67
Bab 67. Mencari Tahu
68
Bab 68. Pengecut
69
Bab 69. Hampir
70
Bab 70. Adu Kekuatan
71
Bab 71. Mencari Titik Terang
72
Bab 72. Buku Harian Libra
73
Bab 73. Petunjuk
74
Bab 74. Cara Satu-satunya
75
Bab 75. Bersyarat
76
Bab 76. Kabar Buruk
77
Bab 77. Sebuah Alasan
78
Bab 78. Berkhianat
79
Bab 79. Bukan Obsesi
80
Bab 80. Akar Masalah
81
Bab 81. Ku mohon
82
Bab 82. Peduli atau Modus?
83
Bab 83. Candu
84
Bab 84. Cemas
85
Bab 85. Hamil?
86
Bab 86. Istri Anda Aneh
87
Bab 87. Praduga
88
Bab 88
89
Bab 89

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!