"Mbak cari di luar saja." Aku mengajak pengasuh keduanya untuk mencari di sekitar rumah. Dia mengangguk dan mengikuti langkah kakiku keluar dari bangunan rumah.
"Bagaimana Nona belum ketemu juga?" Pak satpam menyapa di depan pagar rumah.
"Belum, Bapak mengerjakan apa saja sih sampai tidak sadar ada yang masuk rumah?!" Kataku dengan geram.
"Saya sudah berjaga seperti biasa Nona," jawabannya membuatku semakin kesal.
"Kalau Bapak sudah bekerja dengan baik seharusnya Bapak tahu siapa yang telah menculik putri-putri kami. Kalau tidak, berarti Bapak makan gaji buta!" bentakku.
"Kalau keduanya belum ketemu juga siap-siap Bapak dipecat." Wajah pak satpam langsung pucat pasi. Aku yakin bukan cuma aku yang akan marah padanya, Mas Danu juga. Setelah memperingati pria setengah baya itu, aku segera bergegas keluar dan mencari di sekitar. Pak satpam pun ikut mencari bersama kami.
Satu jam pencarian kami belum membuahkan hasil, aku putus asa. Cara satu-satunya hanyalah meminta bantuan polisi. Mau tidak mau aku menelpon kantor polisi. Beberapa utusan dari sana langsung datang dan menanyakan kejadian yang terjadi sebelum mereka hilang. Kami pun menjelaskan apa yang kami lakukan masing-masing.
Para polisi pun segera melakukan pencarian dan kami juga tidak pernah berhenti untuk mencari. Selama mereka belum ditemukan aku tidak akan bisa tenang.
"Aduh bagaimana ini?" Aku meremas kedua tanganku yang dingin. Seluruh tubuh tidak berhenti gemetar. Rasa khawatir terus menyergap hati.
"Oh Tuhan lindungilah keduanya." Keringat dingin bahkan tidak berhenti mengalir di pelipis. Suasana hatiku benar-benar kacau. "Mas Danu, kenapa kamu tidak pulang Mas?" Seluruh wajahku sudah penuh air mata, mungkin mataku saat ini sudah merah dan bengkak karena terlalu banyak menangis.
"Apa dia juga sedang mencari Lula dan Lilac sekarang?" Aku menyeka air mata lalu kembali mencari dengan langkah gontai.
"Ada kabar dari polisi, Pak?" tanyaku dengan suara mulai merendah. Tak ada lagi semangat dalam diri ini. Seluruh badan terasa lemas.
Pak satpam menggeleng lemah, memudarkan harapan yang tersisa. "Kamu kemana Nak, ini sudah siang begini tapi kalian belum ketemu juga? Tolonglah jangan membuat Mama khawatir." Aku bicara seolah kata-kataku bisa sampai di telinga mereka.
Tiba-tiba Mas Danu datang dengan tergesa-gesa masuk dari pagar. Aku segera berlari menghampirinya. "Bagaimana Mas Danu, sudah ketemu? Kamu pasti menemukannya, kan? Mereka tidak akan tega meninggalkan kita. Tolong Mas cari dia dan maafkan aku." Aku sampai bersimpuh di kaki Mas Danu untuk semua ini.
Mas Danu mundur ke belakang dan aku sudah siap dengan kemurkaan yang akan dilampiaskan olehnya terhadapku. Bagaimanapun kali ini akulah yang bersalah karena telah lalai menjaga mereka. Aku menutup mata saat meyakini Mas Danu pasti akan menendangku.
Namun, satu detik, dua detik, lima detik, tidak terjadi apapun bahkan tidak terdengar sekecap katapun dari Mas Danu. Aku kembali membuka mata dan melihat Mas Danu menatapku lekat-lekat. Setelah itu dia melihat ke arah lain. Aku mengikuti arah pandangan Mas Danu dan mulut ini reflek menganga melihat adik dari Mas Danu datang dengan menggendong bayi, di belakangnya ada mama yang melakukan hal yang sama.
"Tunggu! Bukannya mereka bilang nggak pernah datang ke sini?" Aku sungguh tidak bisa memahami apa yang terjadi.
"Halo Mbak! Kenapa ada di luar, memang sudah baikan?" Aku hanya termenung menatap kedatangan Gina dan mama yang tersenyum manis. Tidak tahukah mereka bahwa aku sedari tadi sangat ketakutan?
"Kenapa tidak istirahat di dalam saja?" lanjutnya.
Aku masih mematung, mencoba mencerna situasi yang masih belum aku pahami.
"Kata Danuar kamu sedang sakit makanya meminta kami untuk menjaga putrinya. Oh ya kami tadi juga sempat membeli buah-buahan untukmu, itu sopir kami yang membawanya." Mama menunjuk ke belakang dirinya. Persetan dengan buah-buahan, saat ini aku tidak membutuhkannya.
Aku langsung melotot ke arah Mas Danu. Namun, pria itu tetap tenang seolah tidak merasa bersalah sedikitpun. Haruskah separah ini dia mengerjaiku? Kalau boleh aku ingin dipukul saja daripada dipermainkan seperti ini. Aku seperti orang yang tidak ada harganya di mata Mas Danu.
"Aku baik-baik saja," ucapku lalu berbalik dan hendak masuk ke dalam rumah, tetapi seorang polisi memanggil namaku hingga aku harus menghentikan langkah.
"Iya Pak?"
"Nyonya, jangan melapor pada polisi kalau tidak ada yang serius. Pekerjaan kami banyak, jadi tidak ada waktu melayani prank semacam ini."
Aku menatap kecewa pada Mas Danu yang melihatku dengan ekspresi datar lalu kembali melihat ke arah polisi.
"Maafkan saya Pak, saya terlalu tergesa-gesa. Lain kali tidak lagi." Aku bahkan tidak mau menjelaskan pada polisi apa yang sebenarnya terjadi. Sudah terlalu malas. Terserah Mas Danu dan keluarganya lah akan bersikap seperti apa padaku.
Aku kembali melanjutkan langkah dan kali ini langkahku cepat.
"Ada apa dengan Mbak Lintang?"
"Kenapa ada polisi, Danuar! Apa yang sebenarnya terjadi?"
Samar-samar aku mendengar suara Gina dan Mama. Apakah mereka sungguh tidak tahu apa yang terjadi? Namun, aku terus melangkah dan akhirnya menghempaskan tubuh pada ranjang. Di atas tempat tidur tangisku benar-benar pecah.
Kenapa mereka tega melakukan ini padaku? Apa salahku? Tahukah mereka bahwasanya aku nyaris tidak dapat berdiri saat tidak menemukan bayi kembar tersebut sedangkan mereka datang dengan senyuman di bibir.
"Mulai sekarang aku akan melakukan apapun tanpa izinmu Mas, seperti halnya kamu melakukan apapun tanpa meminta pertimbangan padaku," ucapku dalam hati. Bahkan dia tega berbohong mengatakan diriku sakit padahal aku sehat-sehat saja.
"Mbak Lintang, apanya yang sakit?" tanya Gina seraya memasuki kamar.
"Hati," batinku, tapi pada kenyataannya aku hanya bisa menggeleng. Gina meletakkan bayi di genggaman ke dalam keranjang bayi, kemudian duduk di tepi ranjang.
"Mbak Lintang apa sudah ke dokter?" Rasanya aku tidak tega ingin meluapkan amarah yang membara di dalam hati. Jadi aku harus menahan diri.
"Ayo aku antar Mbak."
"Tidak usah, nanti akan sembuh sendiri," tolakku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Iges Satria
/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
2024-10-11
0
Eva Karmita
keterlaluan memang Danu bikin lintang spot jantung kasihan 🥺👊
2024-10-02
0
Rahma Inayah
terlaluan danu mengerjai lintang becanda boleh tp ni sungguh terlalu dmn lintas spot jantung dan bwk2 polisi buat cr kembar nyata nya mrk gk knp2 sehat walafiat
2024-09-18
3