Suara ketukkan pintu dan panggilan Alin, membuat Revan dan Lenna berjingkat kaget. Jantung keduanya seolah melompat keluar.
"Sial !! Brengsek!!..." umpat Revan dalam hati, ada amarah yang terlukis diwajah tampannya, kedua manusia itu tampak panik dan tergesa-gesa membenahi pakainya.
Dengan cepat, Revan menarik lengan Lenna yang masih sibuk membenahi pakaian dalamnya
"Bersembunyi lah dibawah sini" kata Revan panik, ia mendorong tubuh Lenna agar masuk kedalam kolong meja kerjanya.
Suara ketukkan dan panggilan itu masih terdengar, dengan langkah lebar dan cepat menuju pintu. Lalu meraih gagang pintu dan membukanya
Alin yang melihat kondisi Revan yang nampak berantakkan membuatnya terhenyak, ia bisa melihat ada kemarahan dari mata sang suami
"Ma-mas?", ia menatap suaminya dengan tatapan curiga dan aneh. Namun yang lebih membuat Alin aneh adalah, sikap suaminya yang tampak begitu dingin
"Ada apa?" Ucap Revan dengan nada dingin, wajahnya nampak menahan emosi. Tingkah suaminya membuat Alin bertanya-tanya.
"Enggak ada apa-apa kok, Mas. Aku tadi mau kedapur haus, tapi aku sepertinya denger suara-suara aneh dari arah sini" Jawab Alin.
Matanya mengedar semua sudut ruangan, namun, ketika pandangannya mengarah kesofa, matanya seolah terkunci disana. Ia mengerutkan dahi, kondisi sofa yang berada disudut ruangan nampak berantakkan.
Sebelum Alin banyak bertanya, Revan telah dulu menjelaskan. "Aku tadi tiduran disofa" ucap Revan dengan nada dingin. Membuat Alin menatap wajah sang suami, tatapan keduanya bertemu.
Revan menatap tajam sang istri. Alin yang mendapat tatapan itu mengalihkan pandangannya kesegala arah. "Apa, kerjaan Mas udah selesai?" tanya Alin
"Belum, sebentar lagi". Setiap jawaban dan sikap suaminya yang diberikan membuat Alin bertanya-tanya. Ia bisa merasakan, disetiap penekanan kata ada nada emosi yang ingin meledak.
Alin menganggukkan pelan kepalanya, lalu memutuskan untuk kekamarnya saja, rasa haus yang melanda mendadak hilang seketika. Sebelum pergi, ia meminta Revan untuk segera kembali kekamar mereka
Revan mengantar isterinya sampai didepan pintu ruangannya, ketika sang istri benar-benar telah kembali ke kamar. Barulah ia segera menghampiri Lenna yang masih berada dibawah meja. Ia menarik pergelangan tangannya
Revan menempelkan jari telunjuknya kebibir Lenna, isyarat agar tetap diam. Wajahnya terlihat pias, keringat membasi dahinya. "Gimana, Mas?" kata Lenna berbisik pelan.
"Aman" bisik Revan. Ia mendorong pelan tubuh Lenna, ia mengisyaratkan agar Lenna duduk diatas meja. Revan menoleh kearah dimana jam dinding tergantung. Jarum jam menujukkan pukul 03.22 menit. "Gila ! ternyata udah hampir pagi" batin Revan. Ia menatap Lenna kembali, "Luar biasa banget ini cewek, kayak gak ada capeknya ngelayani Aku" gumamnya dalam hati, seringai tipis melengkung dibibirnya
"Kita lanjuti yang tadi lagi ya?" ucap Revan berbisik didepan telinga Revan, tubuh Lenna meremang, ketika Revan mencium telinganya dengan intim. Lalu mengangguk pelan
Keduanya pun melanjutkan kembali penyatuan yang tadi sempat usai. Revan membungkam mulut Lenna dengan mulutnya, bahkan keduanya seperti tidak ada capeknya.
Malam itu, keduanya telah melakukan penyatuan berkali-kali, merasa tidak ada puasnya. Setelah lebih dari lima belas menit, akhirnya mereka menyudahi penyatuannya. Saat itu jam telah menunjukkan pukul empat pagi.
Lenna, berjalan menuju kamarnya dengan mengendap-ngendap. kepalanya berkeliling menatap sekitar. Namun, ketika akan memasuki kamar, rasa haus riba-tiba melanda.
Akhirnya, ia memutuskan untuk turun kebawah. Ia berjalan pelan melangkah, melewati setiap sekat ruangan. Ketika ia akan melwati kamar pasangan suami istri itu, tiba-tiba bunyi pintu di buka.
Seketika ia menoleh, muncullah wanita cantik disana, Lenna nampak terkejut. Alin menatap wajah sahabatnya itu dengan mengernyitkan dahinya
"Kenapa, Len?, kok muka kamu pucat gitu? Tanya Alin, dengan tatapan heran
Meskipun ia bersikap tenang, namun rasa gugup itu masih menyelimuti dirinya. "Hah.. En-enggak ada apa-apa kok, Lin!? ucapnya gugup, ia tersenyum canggung. "I-ini, aku kebangun mau minum" ucapnya lagi
"Oo... Gitu?! kamu kayak habis olahraga aja, keringat kamu banyak banget"
"Hah.. Masak sih" jawab Lenna gugup, lalu menyeka keringat didahinya. "Kamu, kenapa udah bangun?" tanyanya balik
"Aku, mau keruang kerjanya, Mas Revan" kata Alin ragu-ragu, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal
Lalu Alin menceritakan kepada Lenna, bahwa Revan belum kembali kekamarnya. Wajah Alin tampak muram, karena sang suami tidak seperti biasanya
Sebagai teman yang baik, Lenna mulai berdrama untuk menenangkan hati sahabatnya itu. Ia mengusap pelan bahunya. Setelah Alin merasa perasaan sudah membaik, Lenna memutuskan untuk turun kebawah
"Ya udah, Aku mau minum dulu ya" ucapnya, Ia berjalan tergesa menuruni anak tangga.
Sedangkan Alin, melangkah pelan, menuju dimana suaminya berada. Ia mengetuk pintu pelan. Namun telah beberapa menit tidak ada jawabannya, akhirnya dia membuka pintunya dengan pelan
Ternyata, sang suami tengah tertidur diatas sofa ruang kerjanya. Alin berjalan mendekat, lalu menatap wajah sang suami yang tertidur pulas. Ia sebenarnya ingin menyentuh wajah tampan itu namun, ia takut membuat sang suami terbangun
***
Mentari pagi telah menyinari seisi bumi, hari ini nampak cerah. Sepasang suami istri nampak duduk santai didepan meja makan.Tadi Alina tampak sangat kesulitan ketika saat akan membangunkan Revan.
Keduanya tampak menikmati teh hangatnya, didepannya telah terhidang tiga nasi goreng dengan telur mata sapi. Keduanya mengobrol dengan asyik
Tidak lama, muncullah gadis sexy dari lantai atas. Lenna ikut bergambung dengan keduanya.
"Hai !!.. " Ia menyapa pasangan suami istri itu dengan wajah berseri-seri.
"Kayaknya lagi bahagia banget ya?!" Alin menggoda sahabatnya itu. Lenna tampak mengulum senyum senang.
Ketika kedua sahabat itu asyik bercanda, berbeda dengan Revan. Ia hanya diam dan menikamti sarapannya, sesekali mencuri pandang kearah gadis yang ada didepannya.
"Kalian, mau pergi bareng kan" pertanyaan itu Alin lontarkan kepada suami dan sahabatnya
Tidak segera menjawab, Revan dan Lenna hanya saling berpandangan.Tidak lama keduanya serempak menjawab "Iya".
Membuat Alin terbahak. "Kalian kompak banget sih". Membuat Lenna mengulum senyum, sedangkan Revan tersenyum tipis, melanjutkan makannya.
"Len, aku, titip Mas Revan ya?" celotehnya, "Kalau ada wanita yang deketin Mas Revan laporin ke Aku ya?!" Alin terkekeh, membuat Lenna tertegun sejenak, lalu mengangguk pelan
Revan yang mendengar sempat menghentikan suapannya, namun hanya sesaat. Tidak lama ketiganya menyudahi sarapannya
Lalu berpamitan berangkat kekantor bersama.
****
Setelah kepergian suami dan sahabatnya, Lenna memutuskan untuk melangkah kelantai atas, ia bermaksud untuk membereskan ruang kerja suaminya.
Karena, ia tadi sempat melihat bahwa ruang itu tampak berantakkan. Ia merasa kasian ketika menyuruh mbak Yati yang membereskannya, ia hanya ingin mengurangi pekerjaan mbak Yati.
Beberapa saat lamanya, ia telah sampai didalam ruangan suaminya. ia membuka hordeng jendela, agar sinar matahari bisa masuk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Mutiara 123
bikin penasaran, cpt kelanjutannya gak sabar nunggu bkn greget
2024-09-03
0
Nurhaedah Syarif
lanjut
2024-09-02
1