" Mas " Lenna mendorong dada bidang Revan untuk melepaskan tautannya.
" bahaya mas, aku takut ada yang merhatiin kita " ucap Lenna dengan nafas terengah-engah
Revan tampak diam membisu dan menatap dalam wajah Lenna, Lenna bisa melihatnya bahwa saat ini Revan tengah menahan hasratnya.
Revan mendekatkan kembali wajahnya, lalu mencium pelan bibirnya. setelah itu barulah ia menjauh dan kembali pada posisinya semula
" Maaf Len, a-aku bener-bener gak tahan " ucapnya kemudian, ia mengusap pelan wajahnya dengan gusar. lalu ia menyadarkan kepala kebelakang
" iya mas, aku ngerti kok " jawab Lenna. " aku keluar dulu ya mas, takutnya ada yang merhatiin kita " sambungnya lagi. lalu mendekat kearah Revan dan tiba-tiba mencium pipinya
Revan kembali mencekal tangan Lenna, Lenna pun spontan kembali menoleh dan tatapan keduanya terkunci
Lenna bisa melihat ada sesuatu yang ingin laki-laki itu katakan. beberapa saat kemudian barulah Revan melepaskannya
segera Lenna turun dan melambaikan tangannya, revan melajukan mobilnya dengan perasaan tak tenang. ia begitu tampak frustasi.
****
di tempat lain, Lenna tampak ceria. ia melangkah ke ruangannya dengan hati berbunga-bunga. ia masih mengingat kejadian demi kejadian di alaminya
ketika sampai ia langsung duduk dan wajahnya menatap keatas langit-langit, ia menerawang jauh. ia bisa mengingat bagaimana cara Revan memandang.
pandangan penuh damba dan hasrat yang jadi satu. lalu ia meraih ponselnya berniat mengirim pesan semangat buat Revan.
[ mas, udah sampai belum ? ]
[ kalau udah, semangat ya mas ] tak tupa di ujung kalimat di sertai emoji love, itu pesan beruntun yang dikirim Lenna
lalu meletakkan ponsel, segera ia meraih berkah dan membuka laptopnya. moodnya sedang bagus pagi ini.
**
Revan barusan saja sampai, ia berjalan dengan lesu ketika memasuki kantornya. tiba-tiba ponselnya bergetar ,tangannya merogoh kantung celananya.
ia membuka pesan dan nama Lenna tertera disana, pesan dikirim sekitar tujuh belas menit yang lalu. tak segera membalasnya, ia mengantonginya kembali ponselnya.
gegas langkahnya dipercepat, tak lama ia telah sampai dan duduk bersandar. berniat membalas pesan itu
ia menghela nafas pelan " gimana bisa tenang, kalau kepala bawah ku belum dapat obat " gumamnya
[ ini barusan sampe kok ] balasnya kemudian. kali ini ia benar-benar tak bisa tenang. pikirannya saat ini adalah bagaimana cara kepala bawahnya tertidur
namun segera ia meraih laptop dan mencoba fokus, tetap saja bayangannya hanya ada Lenna. ia ingin sekali menyetuh dan bermain-main dengan dua gunung kembar milik Lenna.
akhirnya ,ia menyadarkan kepala kebelakang, lalu memijit pelipisnya pelan. hingga ia tak sadar Andi teman kantornya itu memasuki ruangannya
seperti biasa, Andi dengan sengaja mengejutkan Revan.
" doorrr... !! " tangan Andi memukul pelan meja kerja Revan
Revan terjingkat dan mengumpat habis-habisan
" bangsat loe An" umpatnya " gue bunuh loe " sambungnya lagi, tangannya ingin memukul kepala temannya itu, namun dengan cepat, Andi mengelak
tawa Andi meledak seketika ,ia terbahak-bahak puas melihat manajer sekaligus temannya itu terlihat kesal
" mau ngapain loe kesini ?" tanya Revan dengan nada sengit
Andi kembali tertawa " gue minta loe tanda tangani ini berkah bro " jawab Andi meraih map merah yang ia pegang lalu meletakkan di depan Revan
Revan mendengkus, lalu meraih map yang diserahkan oleh Andi
" elo , lagi mikirin apa sih bro, kayak berat banget beban loe " tanya Andi penasaran, ia melihat ada kegelisahan diwajah tampan temannya itu
" jangan-jangan loe lagi berantem ya sama nyonya " sambungnya lagi dengan nada ingin tahu
Revan hanya diam, dan menyeringai " kepo !! ,udah sana kerja " ia mengusir temannya itu dan menggibas-gibaskan tangannya
" ya elah ,gitu amat " Andi beranjak dari duduknya dan melangkah keluar, meninggalkan Revan yang masih tersiksa
00
siang itu pukul 12.00 tepat , seorang wanita cantik, berambut panjang sedang duduk santai membaca sebuah buku majalah.
Alin saat ini sedang duduk santai di lantai atas. ia duduk di taman mini yang sengaja di buatkan Revan.
ia sebenarnya hanya mengalihkan pikiran buruknya saja. ia melihat bagaimana sahabat dan suaminya yang terlihat mencurigakan.
lagi, ia berpikir positif tentang keduanya. tak mungkin keduanya mengecewakannya. tiba-tiba ia ingin sekali curhat kepada Alin itu.
segera ia meraih ponselnya
[ Len , sibuk ya? ]
ia tahu, saat ini mungkin sahabatnya tengah istirahat.
tak butuh waktu lama, pesannya dibalas
[ enggak kok Lin, ini lagi kekantin ]
Alin tersenyum senang, karena ia merasa sahabatnya itu selalu ada disaat ia butuh
[ Len ,kira-kira laki-laki tuh ,kuat gak sih nahan gak berhubungan intim ] tanya Alin
[ kayaknya gak bisa deh Lin? , emang kenapa ?] tanyakan Lenna balik
lalu Alina menceritakan ,bahwa ia sedang datang bulan dan untuk beberapa hari kedepan belum bisa melayani suaminya itu.
Lenna yang tahu hal itu, merasa mendapat angin segar. ia pikir ini kesempatan untuk menjebak Revan
saat ini Lenna seolah-olah, memberikan masukkan terhadap sahabatnya itu, Alin yang tak tahu rencana jahat sahabatnya itu pun bahagia. ia merasa beruntung memiliki sahabat yang pengertian
00
sore menjelang, Revan dan Lenna sempat bertukar pesan. mereka membuat janji untuk pulang bersama
saat ini keduanya telah berada di dalam mobil, Revan sengaja melambatkan laju mobilnya. ia sengaja berlama-lama.
tiba-tiba Revan memegang tangan Lenna " Len, eemm... kita bisa " Revan tak melanjutkan lagi ucapannya. tenggorokkannya seakan tercegat
Lenna mengulurkan tangan ke atas paha Revan, dengan lembut Lenna mengusap pelan paha itu.
" Mas " ucap Lenna, suara Lenna yang lembut itu semakin membuat Revan makin tak tenang
tiba-tiba ketika mobil berada dijalan yang sepi, Revan menepikan mobilnya. ia menatap dalam wajah Lenna, nafasnya memburu
jantungnya detak lebih cepat, ia menyentuh pelan pipi Lenna, mengusap bibirnya. Lenna memejamkan matanya ketika Revan mendekatkan wajahnya dan mecium bibirnya
Revan tampak brutal menciumnya, melumat. erangan kecil yang tertahan keluar dari mulut Lenna.
ia membiarkan tangan nakal Revan menyusuri bagian bawahnya.
" Len " ketika tautannya lepas, wajah keduanya sangat dekat " mas menginginkan lebih dari ini " suara berat Revan tampak berbisik didepan wajah Lenna
kembali Revan melumatnya, ia seperti tak ingin melepaskannya.
Lenna membalas semua perlakuan Revan. tangannya meremas pelan rambut Revan. ia juga membiarkan tangannya memainkan bagian depan tubuhnya
Lenna tampak menikmati sentuhan Revan. ia juga sebenarnya menginginkan lebih dari bercumbu, namun ia sengaja untuk tak menuruti keinginan lebih Revan
ia sengaja membuat Revan semakin bertekuk lutut dengannya dan mengabaikan Alina.
ketika Revan tengah asyik dengan milik Lenna ponsel miliknya berdering, tanda ada yang menelepon. ia dibuat kaget.
segera melihat siapa yang menelepon,saat akan menekan tombol hijau, tiba-tiba Lenna menarik kepala Revan dan menciumnya
Revan tak menolak, karena ia sedang diliputi hasrat yang menggebu..
tangan Lenna pun terulur, mencari senjata kebanggaan Alin. ia mendorong pelan dan berusahaan melepaskannya tautannya
Revan tampak heran, namun setelah Lenna menyentuh dan meremas senjatanya barulah ia tahu.ia menikmati sentuhan tangan lembut Lenna.
" mas, kayaknya kita udah kelamaan deh berenti disini " tiba-tiba Lenna bersuara, seketika Revan membuka mata. ia mengawasi sekeliling memperhatikan disekitarnya
" sepi " ucap Revan dengan suara berat, tangannya meremas kembali daging empuk yang menggantung si dada Lenna.
namun untuk kedua kalinya, suara ponsel Revan berdering. dengan terpaksa ia mengangkat telepon nya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Soraya
Alina bodoh masalah pribadi rumah tangga kok cerita sm org walau itu teman sendiri
2024-10-27
1