pagi ini Alin sedang disibukkan dengan membuat sarapan untuk sang suami tercinta, meskipun ia memiliki asisten rumah tangga tapi Alin tak segan membantunya.
sang suami pun telah berada di ruang makan dan duduk di salah satu kursi.
sesekali Revan menggoda istrinya, karena menurut Revan, Alin terlihat imut dan lucu ketika digoda dan malu-malu
"baunya harum banget sih sayang, istriku ini emang paling pinter deh manjaain lidah suami" goda revan
"apaan sih mas ,mulai deh gombalnya" sambil menahan senyum malu-malu
Revan terkekeh dengan reaksi Alin yang seperti itu.
tidak butuh waktu lama semua hidangan sudah siap untuk di santap. dengan telaten Alin melayani sang suami mengambilkan nasi dan beberapa lauk dan sayur.
"makasih ya sayang" kata Revan, Alin hanya tersenyum malu-malu
namun tiba-tiba mereka di kejutkan dengan bunyi bel rumahnya. mereka saling pandang beberapa detik
"Sayang, siapa yang dateng pagi-pagi gini?" tanya Revan heran. "kamu lagi gak order barang atau makanan apa pun kan?" lanjutnya lagi sambil menatap sang istri heran
"enggak kok mas, aku gak order apapun" lantas Alin berdiri "tunggu bentar ya mas".
Alina pun bergegas berjalan menuju pintu utama dan membukanya, tanpa ia duga di balik pintu muncullah wanita cantik, tak lain adalah sahabatnya sendiri
Alin terkejut dengan datangnya Lenna dan terdiam sambil memperhatika Lenna dari ujung kaki sampai ujung rambut. Alin bertanya-tanya.
"Pagi Lin, aku gak sengaja nih lewat depan rumah kamu. jadi sekalian aku mampir aja" tanpa rasa dosa ia berucap. Alin masih bengong melihatnya
"kok bengong Lin" sambil menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah Alin
Alin gelapan "eeh enggak Len, aku cuma heran aja kamu udah disini". penampilan Lenna pun tak luput dari perhatian Alin, Lenna dengan penampilan yang modis, rambut panjangnya yang coklat terurai bebas. pakaian dres dan belahan dada yang sedikit rendah memperlihatkan sedikit gundukan kembar menyembul keluar.
"Lin ?, kok bengong sih"
Lenna meyadarkan Alin, Alin jadi gugup. "eh ayo masuk, pas banget aku sama suamiku lagi sarapan"
"wih ganggu dong aku" kata Lenna merasa tak enak hati karena menggangu sang sahabat sarapan.
"enggak kok" dan tersenyum. Alin menggandeng Lenna dan berjalan sejajar.
keduanya berjalan beriringan menuju ruang makan, mencuri atensi Revan yang langsung beralih kepada dua sahabat itu.
"mas, ini Lenna sekalian ikut sarapan bareng kita gak papa kan? biar rame"
"hah.. i-iya gak papa kok" sambil sekilas melihat ke arah Lenna dan melajutkan makannya
tampak Lenna sangat senang apalagi didepan dia duduk ada pria tampan yang dia kagumi. di sela-sela makan dan ngobrol dua sahabat. Revan diam-diam mencuri pandang kearah Lenna dan sesekali melirik kearah dua gundukkan kembar Lenna.
"Sayang, aku pergi kekantor dulu ya" ucap Revan lembut kepada sang istri
"kok buru-buru sih mas" tanya Alin dengan dahi berkerut heran
"iya sayang takutnya macet dijalan" sambil mengecup kening sang istri dan mereka berjalan beriringan dan tangan Revan memeluk pinggang sang istri.
"hati-hati ya mas" teriak Alin. dan Revan hanya mengangguk dan tersenyum
tanpa mereka sadari ada mata yang memperhatikan mereka dan merasa iri dengan keromantisan mereka berdua
"so sweet banget sih" goda Lena "kayak masih pengantin baru aja" godanya lagi, membuat Alin semakin tersipu malu dan pipi merona
"apaan sih kamu Len" kata Alin sambil malu-malu dan mendorong tubuh Lenna pelan. mereka tertawa bersama
setelah beberapa lama mengobrol puas mengobrol, Lenna berpamitan untuk pulang.
setelah kepulangan Lenna dan Revan kekantor, Alin merasa kesepian dan termenung masih di teras rumah.
tak menunggu lama ia masuk dan kekamar, Alin tak punya kegiatan apapun seharia. hanya rebahan dan bermain ponsel. sebab Revan tak mengizinkannya bekerja
hari sudah mulau siang, Alin masih setia dengan kasur dan guling. setelah puas rebahan dan main ponsel Alin mencoba tidur dan tak butuh lama ia sudah terlelap.
hampir satu jam lamanya Alin tertidur dan tiba-tiba suara dering ponselnya berdering dan mengangetkannya.
Alin terkejut dan segera melihat siapa si penelepon. ternyata sang mama mertua yang menelepon
"mama?"
tak langsung mengangkat Alin berdiam sebentar. dengan berat hati ia mengangkat telepon dari sang mama mertua
"Halo ma" kata Alin dengan suara sedikit di buat ceria
"ya halo Lin"
tanpa basa basi Alin bertanya "ada ma apa ? keadaan mama sehat kan?" dengan malas Alin bertanya agar tidak ketahuan kalau ia sedang malas berbicara dengan sang mertua
"kabar mama baik-baik aja Lin, ya walaupun mama kesepian" jawab mertua Alin. dan Alin paham apa yang di maksud sang mertua
tanpa tendeng alih-alih, sang mertua bertanya "gimana nih, apa kalian udah ada tanda-tanda mau ngasih mama cucu nih"
dengan malas Alin menjawab "belum ma, mungkin tuhan belum ngasih kepercayaan"
sang mertua mendengkus "coba dong kamu periksa kedokter yang bagus"kata sang mertua Alin
Alin hanya mengiyakan saja apa yang di katakan sang mertua, karena mendebat mama mertua tak akan ada habisnya. Alin pun terlalu malas unntuk meladeni mama mertua yang sedikit cerewet.
"ingat loh ya, mama ini udah tua, udah pengwn gendong cucu kayak temen-temennya mama"
setelah mengatakan itu sang mertua berpamitan menutup telepon. dengan gusar Alin melemparkan ponselnya ke atas ranjang. moodnya makin buruk dan ada perasaan yang kurang nyaman di hati Alin.
Bohong jika Alin baik-baik saja, karena ia tahu sang mertua akan terus menuntut untuk si berikan cucu secepatnya.
itulah sebabnya Alin jarang sekali berkumpul bersama keluarga suaminya, karena semua keluarga Revan selalu saja topik pembicaraannya adalah kapan punya anak.
Di lain tempat Revan sedang menikmati makan siangnya bersama rekan-rekannya.
Revan di kenal pria yang baik dan pendiam. tidak banyak tingkah. tak banyak wanita di kantornya yang mencoba menggodanya tapi sampai detik Revan masih setia dengan sang Istri. tak jarang teman-temannya mengajak ke club malam untuk sekedar happy-happy. tapi Revan menolak
tapi setelah kehadiran Lenna, ada sedikit berbeda dari Revan. acap kali ia terbayang dengan Lenna.
Lenna yang berbeda dengan Alin, Lenna selalu berpenampilan sexy dan modis serta mudah bergaul membuat Revan tertarik. berbeda dengan Alin yang berpenampilan sederhana.
"Van, bini lu belum hamil ya?" kata salah satu teman kantornya yaitu Andi
"emang kenapa?" sengit Revan menjawab, ia tak suka jika ada yang bertanya tentang kehamilan istrinya.
"biasa aja kali Van, elah serius amat lu"
Gegas Revan meninggalkan temannya menuju ruang kerjanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments