bab 2. Tamu tak terduga

pagi ini Alin sedang disibukkan dengan membuat sarapan untuk sang suami tercinta, meskipun ia memiliki asisten rumah tangga tapi Alin tak segan membantunya.

sang suami pun telah berada di ruang makan dan duduk di salah satu kursi.

sesekali Revan menggoda istrinya, karena menurut Revan, Alin terlihat imut dan lucu ketika digoda dan malu-malu

"baunya harum banget sih sayang, istriku ini emang paling pinter deh manjaain lidah suami" goda revan

"apaan sih mas ,mulai deh gombalnya" sambil menahan senyum malu-malu

Revan terkekeh dengan reaksi Alin yang seperti itu.

tidak butuh waktu lama semua hidangan sudah siap untuk di santap. dengan telaten Alin melayani sang suami mengambilkan nasi dan beberapa lauk dan sayur.

"makasih ya sayang" kata Revan, Alin hanya tersenyum malu-malu

namun tiba-tiba mereka di kejutkan dengan bunyi bel rumahnya. mereka saling pandang beberapa detik

"Sayang, siapa yang dateng pagi-pagi gini?" tanya Revan heran. "kamu lagi gak order barang atau makanan apa pun kan?" lanjutnya lagi sambil menatap sang istri heran

"enggak kok mas, aku gak order apapun" lantas Alin berdiri "tunggu bentar ya mas".

Alina pun bergegas berjalan menuju pintu utama dan membukanya, tanpa ia duga di balik pintu muncullah wanita cantik, tak lain adalah sahabatnya sendiri

Alin terkejut dengan datangnya Lenna dan terdiam sambil memperhatika Lenna dari ujung kaki sampai ujung rambut. Alin bertanya-tanya.

"Pagi Lin, aku gak sengaja nih lewat depan rumah kamu. jadi sekalian aku mampir aja" tanpa rasa dosa ia berucap. Alin masih bengong melihatnya

"kok bengong Lin" sambil menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah Alin

Alin gelapan "eeh enggak Len, aku cuma heran aja kamu udah disini". penampilan Lenna pun tak luput dari perhatian Alin, Lenna dengan penampilan yang modis, rambut panjangnya yang coklat terurai bebas. pakaian dres dan belahan dada yang sedikit rendah memperlihatkan sedikit gundukan kembar menyembul keluar.

"Lin ?, kok bengong sih"

Lenna meyadarkan Alin, Alin jadi gugup. "eh ayo masuk, pas banget aku sama suamiku lagi sarapan"

"wih ganggu dong aku" kata Lenna merasa tak enak hati karena menggangu sang sahabat sarapan.

"enggak kok" dan tersenyum. Alin menggandeng Lenna dan berjalan sejajar.

keduanya berjalan beriringan menuju ruang makan, mencuri atensi Revan yang langsung beralih kepada dua sahabat itu.

"mas, ini Lenna sekalian ikut sarapan bareng kita gak papa kan? biar rame"

"hah.. i-iya gak papa kok" sambil sekilas melihat ke arah Lenna dan melajutkan makannya

tampak Lenna sangat senang apalagi didepan dia duduk ada pria tampan yang dia kagumi. di sela-sela makan dan ngobrol dua sahabat. Revan diam-diam mencuri pandang kearah Lenna dan sesekali melirik kearah dua gundukkan kembar Lenna.

"Sayang, aku pergi kekantor dulu ya" ucap Revan lembut kepada sang istri

"kok buru-buru sih mas" tanya Alin dengan dahi berkerut heran

"iya sayang takutnya macet dijalan" sambil mengecup kening sang istri dan mereka berjalan beriringan dan tangan Revan memeluk pinggang sang istri.

"hati-hati ya mas" teriak Alin. dan Revan hanya mengangguk dan tersenyum

tanpa mereka sadari ada mata yang memperhatikan mereka dan merasa iri dengan keromantisan mereka berdua

"so sweet banget sih" goda Lena "kayak masih pengantin baru aja" godanya lagi, membuat Alin semakin tersipu malu dan pipi merona

"apaan sih kamu Len" kata Alin sambil malu-malu dan mendorong tubuh Lenna pelan. mereka tertawa bersama

setelah beberapa lama mengobrol puas mengobrol, Lenna berpamitan untuk pulang.

setelah kepulangan Lenna dan Revan kekantor, Alin merasa kesepian dan termenung masih di teras rumah.

tak menunggu lama ia masuk dan kekamar, Alin tak punya kegiatan apapun seharia. hanya rebahan dan bermain ponsel. sebab Revan tak mengizinkannya bekerja

hari sudah mulau siang, Alin masih setia dengan kasur dan guling. setelah puas rebahan dan main ponsel Alin mencoba tidur dan tak butuh lama ia sudah terlelap.

hampir satu jam lamanya Alin tertidur dan tiba-tiba suara dering ponselnya berdering dan mengangetkannya.

Alin terkejut dan segera melihat siapa si penelepon. ternyata sang mama mertua yang menelepon

"mama?"

tak langsung mengangkat Alin berdiam sebentar. dengan berat hati ia mengangkat telepon dari sang mama mertua

"Halo ma" kata Alin dengan suara sedikit di buat ceria

"ya halo Lin"

tanpa basa basi Alin bertanya "ada ma apa ? keadaan mama sehat kan?" dengan malas Alin bertanya agar tidak ketahuan kalau ia sedang malas berbicara dengan sang mertua

"kabar mama baik-baik aja Lin, ya walaupun mama kesepian" jawab mertua Alin. dan Alin paham apa yang di maksud sang mertua

tanpa tendeng alih-alih, sang mertua bertanya "gimana nih, apa kalian udah ada tanda-tanda mau ngasih mama cucu nih"

dengan malas Alin menjawab "belum ma, mungkin tuhan belum ngasih kepercayaan"

sang mertua mendengkus "coba dong kamu periksa kedokter yang bagus"kata sang mertua Alin

Alin hanya mengiyakan saja apa yang di katakan sang mertua, karena mendebat mama mertua tak akan ada habisnya. Alin pun terlalu malas unntuk meladeni mama mertua yang sedikit cerewet.

"ingat loh ya, mama ini udah tua, udah pengwn gendong cucu kayak temen-temennya mama"

setelah mengatakan itu sang mertua berpamitan menutup telepon. dengan gusar Alin melemparkan ponselnya ke atas ranjang. moodnya makin buruk dan ada perasaan yang kurang nyaman di hati Alin.

Bohong jika Alin baik-baik saja, karena ia tahu sang mertua akan terus menuntut untuk si berikan cucu secepatnya.

itulah sebabnya Alin jarang sekali berkumpul bersama keluarga suaminya, karena semua keluarga Revan selalu saja topik pembicaraannya adalah kapan punya anak.

Di lain tempat Revan sedang menikmati makan siangnya bersama rekan-rekannya.

Revan di kenal pria yang baik dan pendiam. tidak banyak tingkah. tak banyak wanita di kantornya yang mencoba menggodanya tapi sampai detik Revan masih setia dengan sang Istri. tak jarang teman-temannya mengajak ke club malam untuk sekedar happy-happy. tapi Revan menolak

tapi setelah kehadiran Lenna, ada sedikit berbeda dari Revan. acap kali ia terbayang dengan Lenna.

Lenna yang berbeda dengan Alin, Lenna selalu berpenampilan sexy dan modis serta mudah bergaul membuat Revan tertarik. berbeda dengan Alin yang berpenampilan sederhana.

"Van, bini lu belum hamil ya?" kata salah satu teman kantornya yaitu Andi

"emang kenapa?" sengit Revan menjawab, ia tak suka jika ada yang bertanya tentang kehamilan istrinya.

"biasa aja kali Van, elah serius amat lu"

Gegas Revan meninggalkan temannya menuju ruang kerjanya

Episodes
1 Pelakor itu Sahabatku
2 bab 2. Tamu tak terduga
3 bab.3 tak sengaja bertemu
4 Bab.4 Kedatangan mama mertua
5 Bab.5 Malam bahagia bagi Alina
6 Bab.6 Bertemu Lenna
7 Bab.7
8 Bab.8 Mulai Mendekati Revan
9 Bab.9 Malam panas yang tak sengaja
10 Bab.10 Revan semakin Penasaran
11 Bab.11 Revan tersiksa
12 Bab.12 Merasa Aneh
13 Bab.13 Bertemu Mama Mertua
14 Bab.14 Makan Malam
15 Bab.15 Akal-akalan Lenna
16 Bab.16 Revan Mulai Nakal
17 Bab.17 Tergoda
18 Bab. 18 Alin mengajak Lenna menginap
19 Bab.19 Suara aneh
20 Bab. 20 hampir saja
21 Bab.21 Tidak pulang
22 Bab.22 Merasa bersalah
23 Bab.23 Siapa?
24 Bab.24 Alina kesepian
25 Bab.25 Revan membeli cincin
26 Bab.26 Senam Jantung
27 Bab.27 Mencairkan hati Alina
28 Bab.28 kalau hamil gimana
29 Bab. 29 Membeli Apartemen
30 Bab.30 Pertengkaran Pasangan suami istri
31 Bab.31 Lenna Hamil
32 Bab.32 pesan yang dikirim Lenna
33 Bab.33 Ŕencana Alina
34 Bab.34 Ketahuan
35 Bab. 35
36 Bab. 36 Revan kebingungan
37 Bab.37
38 Bab.38
39 Bab.39 Fakta yang menyakitkan
40 Bab.40
41 Bab.41
42 Bab.42
43 Bab.43 Rumit
44 Bab.44
45 Bab.45
46 Bab.46
47 Bab.47
48 Bab.48 Sidang pertama
49 Bab.49 Lenna semakin menjadi-jadi
50 Bab.50 Pesan Yang dibaca Revan
51 Bab 51 Resmi bercerai
52 Bab 52 Pertemuan yang tidak sengaja
53 Bab 53 Upaya penculikkan
54 Bab.54 Masih selamat
55 Bab.55 Mulut pedas Mama Rita
56 Bab.56
57 Bab.57 Sebuah kebenaran
58 Bab.58
59 Bab.59
60 Bab.60 Kiriman Video
61 Bab.61 Ancaman
62 Bab.62 Mendatangi Lenna kekantor
63 Bab.63
64 Bab.64
65 Bab.65 sebuah rencana
66 Bab. 66
67 Bab. 67
68 Bab.68
69 Bab. 69 tertangkap
70 Bab.70 Cibiran
71 Bab.71
72 Bab.72
73 Bab.73
74 Bab.74
75 Bab.75
76 Bab.76
77 Bab.77
78 Bab.78
79 Bab. 79
80 Bab.80
81 Bab.81
82 Bab.82
83 Bab.83 Kecelakaan
84 Bab.84
85 Bab. 85
86 Bab. 86
87 Bab.87
88 Bab. 88
89 Bab.89
90 Bab.90
91 Bab.91
92 Bab.92
93 Bab. 93
94 Bab.94
95 Bab.95
96 Bab. 96 cidera
97 Bab.97
98 Bab.98
99 Bab.99
100 Bab.100
101 Bab. 101
102 Bab. 102
103 Bab.103
104 Bab 104
105 Bab.105
106 Bab. 106
107 Bab.107
108 Bab.108
109 Bab.109
110 Bab. 110
111 Bab. 111
112 Bab.112
113 Bab.113
Episodes

Updated 113 Episodes

1
Pelakor itu Sahabatku
2
bab 2. Tamu tak terduga
3
bab.3 tak sengaja bertemu
4
Bab.4 Kedatangan mama mertua
5
Bab.5 Malam bahagia bagi Alina
6
Bab.6 Bertemu Lenna
7
Bab.7
8
Bab.8 Mulai Mendekati Revan
9
Bab.9 Malam panas yang tak sengaja
10
Bab.10 Revan semakin Penasaran
11
Bab.11 Revan tersiksa
12
Bab.12 Merasa Aneh
13
Bab.13 Bertemu Mama Mertua
14
Bab.14 Makan Malam
15
Bab.15 Akal-akalan Lenna
16
Bab.16 Revan Mulai Nakal
17
Bab.17 Tergoda
18
Bab. 18 Alin mengajak Lenna menginap
19
Bab.19 Suara aneh
20
Bab. 20 hampir saja
21
Bab.21 Tidak pulang
22
Bab.22 Merasa bersalah
23
Bab.23 Siapa?
24
Bab.24 Alina kesepian
25
Bab.25 Revan membeli cincin
26
Bab.26 Senam Jantung
27
Bab.27 Mencairkan hati Alina
28
Bab.28 kalau hamil gimana
29
Bab. 29 Membeli Apartemen
30
Bab.30 Pertengkaran Pasangan suami istri
31
Bab.31 Lenna Hamil
32
Bab.32 pesan yang dikirim Lenna
33
Bab.33 Ŕencana Alina
34
Bab.34 Ketahuan
35
Bab. 35
36
Bab. 36 Revan kebingungan
37
Bab.37
38
Bab.38
39
Bab.39 Fakta yang menyakitkan
40
Bab.40
41
Bab.41
42
Bab.42
43
Bab.43 Rumit
44
Bab.44
45
Bab.45
46
Bab.46
47
Bab.47
48
Bab.48 Sidang pertama
49
Bab.49 Lenna semakin menjadi-jadi
50
Bab.50 Pesan Yang dibaca Revan
51
Bab 51 Resmi bercerai
52
Bab 52 Pertemuan yang tidak sengaja
53
Bab 53 Upaya penculikkan
54
Bab.54 Masih selamat
55
Bab.55 Mulut pedas Mama Rita
56
Bab.56
57
Bab.57 Sebuah kebenaran
58
Bab.58
59
Bab.59
60
Bab.60 Kiriman Video
61
Bab.61 Ancaman
62
Bab.62 Mendatangi Lenna kekantor
63
Bab.63
64
Bab.64
65
Bab.65 sebuah rencana
66
Bab. 66
67
Bab. 67
68
Bab.68
69
Bab. 69 tertangkap
70
Bab.70 Cibiran
71
Bab.71
72
Bab.72
73
Bab.73
74
Bab.74
75
Bab.75
76
Bab.76
77
Bab.77
78
Bab.78
79
Bab. 79
80
Bab.80
81
Bab.81
82
Bab.82
83
Bab.83 Kecelakaan
84
Bab.84
85
Bab. 85
86
Bab. 86
87
Bab.87
88
Bab. 88
89
Bab.89
90
Bab.90
91
Bab.91
92
Bab.92
93
Bab. 93
94
Bab.94
95
Bab.95
96
Bab. 96 cidera
97
Bab.97
98
Bab.98
99
Bab.99
100
Bab.100
101
Bab. 101
102
Bab. 102
103
Bab.103
104
Bab 104
105
Bab.105
106
Bab. 106
107
Bab.107
108
Bab.108
109
Bab.109
110
Bab. 110
111
Bab. 111
112
Bab.112
113
Bab.113

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!