Bab.15 Akal-akalan Lenna

Seminggu kemudian, setelah acara makan malam dirumah mertuanya, Alin jauh lebih pendiam dari biasanya. Ia benar-benar sakit mendengar ucapan sang mertua.

Sore itu, bumi ditengah di guyur hujan yang cukup lebat. Petir sesekali berkilat. Hari tampak begitu gelap, padahal jarum jam baru menunjukkan pukul enam sore.

Alin meringkuk dalam selimut, bukan hanya dingin, namun ia takut dengan suara bergemuruh dari atas langit.

Derap langkah seseorang terdengar pelan ditelinganya. "Sayang..!!" ternyata sang suami yang memanggilnya. Alin membuka selimut, lalu bangkit dan sedikit berlari kecil menghampiri sang suami

"Maaf ya, Mas pulangnya telat" ucap Revan dengan nada khawatir. Ia memeluk sang istri, lalu mencium pucuk kepalanya, membelai lembut rambut panjang istrinya

Setelah itu, ia menuntut isterinya menuju ranjang. Keduanya duduk dipinggiran ranjang, "Sayang, Mas mandi bentar ya?" izinnya menatap dalam manik mata istrinya itu

"Jangan lama-lama ya Mas, aku takut"

"iya, Sayang"

****

Dua puluh menit kemudian, Revan telah menyelesaikan ritual mandinya. Ia menghampiri Alina, lalu ikut merebahkan dirinya disamping Alin.

Revan menarik pinggang Alin, lalu memeluknya. Ia mencium tengkuk Isterinya, "Sayang" ucapnya dengan suara parau

Alin mengerti dengan kode yang diberikan oleh suaminya, ia membalikkan badannya, menghadap Revan.

Keduanya berhadapan, tatapan keduanya beradu, Revan mengusap pelan pipi, bibir istrinya. Lalu pelan-pelan ia mendekatkan bibirnya.

Revan menyatukan bibirnya, saling bertukar saliva. Tangannya tak tinggal, mulai mencari targetnya. Tangan Revan mulai memainkan bagian depan milik Alin

Kemudian, tangannya turun kebawah. Meraba bagian milik sensitive Alin. Alin melenguh

"Sayang, kita langsung aja ya. Punya kamu juga udah basah banget ini"

Alin tampak sangat malu, dengan ucapan Suaminya itu. Ia mengangguk pelan.

Tidak ingin menunggu lebih lama, milik Revan menerobos masuk ke milik sensitive Alin. Alin mengejang sejenak, lalu menikmati setiap gerakan yang diberikan oleh suaminya.

Ketika Revan tengah menikmati tubuh istrinya, ia malah terbayang dengan wajah lain. Lebih tepatnya, tubuh Lenna membayang di pikirannya.

"Sial..!!" umpatnya dalam hati "Kenapa aku jadi kepikiran dia", ucapnya dalam hati.

Anehnya, ia semakin semangat menghentak-hentakkan pinggulnya diatas tubuh Alin, saat ia membayangkan Lenna lah yang ada dibawah tubuhnya.

Alin tampak begitu menikmati permainan suaminya, beberapa kali ia menyebutkan nama suaminya itu. Ia mencengkeram punggung Revan.

Desahan menggema diruang kamar. tak lama, Alin sudah mendapatkan pelepasannya, begitu pun Revan mengerang lalu melenguh panjang. Pertanda ia sudah mencapai puncaknya.

Ia tersengal-sengal, lalu menjatuhkan dirinya diatas tubuh Alin. Alin memeluk erat suaminya. ia merasa bahagia, bisa melayani Revan.

beberapa menit kemudian, Revan mengangkat tubuhnya, dan melepaskan miliknya dari tubuh Alin.

Ia berbaring disebelah Alin, menarik selimut untuk menutup tubuh polos mereka.

"Mas, kita kekamar mandi yuk" ajak Alin, Revan yang tengah menatap langit-langit kamar tersentak. " yuk " jawab Revan akhirnya

Tidak lama, keduanya telah berpakaian lengkap. Revan dan Alin memutuskan untuk makan. Mereka merasa lapar setelah bertempur diatas ranjang tadi.

Sejenak Revan melirik jam yang tergantung diruang keluarga "Baru jam setelan sepuluh ternyata" gumamnya pelan. mungkin efek dari cuaca yang dingin membuat keduanya khilaf

Ketika sampai dimeja makan, Alin memanaskan kembali makanan yang tadi sore belum sempat disentuhnya.

Revan tengah asyik memainkan gawainya. Ia tampak sedang membalas pesan dari seseorang.

Pesan dari Lenna, yang dikirim tiga jam lalu.

[ maaf, baru aku balas. Tadi Alin sempat ketakutan, jadi aku nenangin dia dulu ]

Selang beberapa detik, pesan Revan langsung mendapat balasan.

[ Oohh.. Kok sekarang belum tidur Mas ]

[ Bentar lagi, belum ngantuk. Kamu sendiri kenapa belum tidur? ]

[ aku gak bisa tidur, lagi mikirin Mas Revan ] disertai emoji love diakhir chat.

Revan tampak tersenyum-senyum, ia tak sadar, jika saat ini Alin tengah memperhatikan nya.

[ yang bener? , jadi gemes deh, pengen cium ]

"Mas...!!" panggil Alina, seketika Revan terkejut dan mendongak menatap istrinya. Ia geragapan lalu segera memasukkan gawainya kedalam celana boxernya

"ke-kenapa Sayang?" ucap Revan gugup. Ia bersikap tenang.

"Balas pesan dari siapa sih? , kok senyum-senyum" tanya Alin dengan nada curiga.

"Ooh .. Itu temen Mas, si Andi. Biasalah dia sering iseng sama Mas" jawab Revan berbohong.

Alin tampak percaya saja dengan Revan. Sebab, selama ini Revan tak.pernah membohonginya

"Lenna, masih ikut nebeng sama kamu ya, Mas?" tanya Alin tiba-tiba disela-sela ia mengunyah makanan.

Ketika nama Lenna disebut, ia terbatuk-batuk, akibat makanan yang ia telan. Alin mengulurkan tangannya memberikan segelas air putih. "Pelan-pelan dong Mas makanan "

"I-iya, Sayang" ucapnya setelah meneguk habis air minumnya, " kadang-kadang aja kok Sayang, dia ikut Mas" jawab Revan berbohong

"Oohh... kalaupun tiap hari gak papa kok Mas, biar Mas ada temen obrolnya" jawab Alin dengan santainya

Revan yang mendengar itu, mematung sejenak. ia tak menyangka bahwa istrinya begitu percaya dengan Lenna.

"Mas.. kok bengong !?, Kamu jangan kebanyakan bengong gitu. Bahaya" ucapnya kembali

Revan terkekeh pelan "Paling kalau Mas bengong, cuma butuh ngecas aja kok Sayang"

" Mesum " cibir Alin, lalu keduanya tertawa bersama..

000~

Esok harinya, matahari tampak bersinar cerah. Revan tengah bersiap-siap untuk berangkat kekantor.

Setelah berpamitan pada sang isteri, ia melangkah keluar berjalan menuju garasi mobilnya. Ia menginjak pedal gas pelan.

"Hati-hati Mas... !! " teriak Alina,

Revan terus memacu mobilnya, menjemput Lenna. Ketika sampai dikediaman sang gadis, ia menunggu didalam mobil.

Namun sekian menit berlalu, sang gadis belum menampakkan diri. Revan tampak bertanya-tanya, tak biasanya ia seperti ini.

Lalu ia mencoba menghubunginya melalui sambungan telepon. Teleponnya tak.kunjung diangkat.

Setelah beberapa panggilan, barulah telepon tersambung

"Hallo" suara merdu dari balik telepon terdengar

"Aku sudah didepan rumah kamu" jawab Revan.

"Masuk dulu bentar, Mas. Ini kayaknya kakiku terkilir deh ,Mas"

" Ya udah, tunggu aku"

""Aku ada di ruang tamu Mas" ucap Lenna. seketika Revan ragu.

" Aku sendirian kok Mas " sambung Lenna

"Oke, tunggu aku"

Revan tampak mendorong pelan pintu gerbang rumah Lenna yang cukup tinggi. "Cukup Ceroboh juga dia, pintu gerbang gak dikunci" gumam Revan

Ia mengetuk pintu, lalu memanggil nama Lenna. "Masuk aja Mas... !!" teriak Lenna dari dalam rumah.

Revan segera memutar knop pintu, lalu mendorong pelan daun pintu. Ia melihat Lenna tengah meringis, memegang pergelangan kakinya.

"Mas " panggilnya

"Kok bisa? sampe terkilir gini " kata Revan, ia menghampiri Lenna, lalu dengan pelan menyentuh kaki jenjang Lenna yang mulus.

Ia memijit pelan kaki mulus Lenna. "Sakit ,Mas" rintihnya. " Tahan sebentar " ucap Revan.

Beberapa menit lamanya, akhirnya drama yang dibuat Lenna selesai. Lenna menepuk pelan sofa ,agar Revan duduk disampingnya.

"Makasih ya Mas?" ucapnya sambil memeluk tubuh Revan

Tubuh Revan menegang seketika, sejak menikah. Tidak ada wanita lain yang memeluknya selain Istrinya.

Tubuh merasa berasa tersengat aliran Listrik. Darahnya berdesir seketika.

Episodes
1 Pelakor itu Sahabatku
2 bab 2. Tamu tak terduga
3 bab.3 tak sengaja bertemu
4 Bab.4 Kedatangan mama mertua
5 Bab.5 Malam bahagia bagi Alina
6 Bab.6 Bertemu Lenna
7 Bab.7
8 Bab.8 Mulai Mendekati Revan
9 Bab.9 Malam panas yang tak sengaja
10 Bab.10 Revan semakin Penasaran
11 Bab.11 Revan tersiksa
12 Bab.12 Merasa Aneh
13 Bab.13 Bertemu Mama Mertua
14 Bab.14 Makan Malam
15 Bab.15 Akal-akalan Lenna
16 Bab.16 Revan Mulai Nakal
17 Bab.17 Tergoda
18 Bab. 18 Alin mengajak Lenna menginap
19 Bab.19 Suara aneh
20 Bab. 20 hampir saja
21 Bab.21 Tidak pulang
22 Bab.22 Merasa bersalah
23 Bab.23 Siapa?
24 Bab.24 Alina kesepian
25 Bab.25 Revan membeli cincin
26 Bab.26 Senam Jantung
27 Bab.27 Mencairkan hati Alina
28 Bab.28 kalau hamil gimana
29 Bab. 29 Membeli Apartemen
30 Bab.30 Pertengkaran Pasangan suami istri
31 Bab.31 Lenna Hamil
32 Bab.32 pesan yang dikirim Lenna
33 Bab.33 Ŕencana Alina
34 Bab.34 Ketahuan
35 Bab. 35
36 Bab. 36 Revan kebingungan
37 Bab.37
38 Bab.38
39 Bab.39 Fakta yang menyakitkan
40 Bab.40
41 Bab.41
42 Bab.42
43 Bab.43 Rumit
44 Bab.44
45 Bab.45
46 Bab.46
47 Bab.47
48 Bab.48 Sidang pertama
49 Bab.49 Lenna semakin menjadi-jadi
50 Bab.50 Pesan Yang dibaca Revan
51 Bab 51 Resmi bercerai
52 Bab 52 Pertemuan yang tidak sengaja
53 Bab 53 Upaya penculikkan
54 Bab.54 Masih selamat
55 Bab.55 Mulut pedas Mama Rita
56 Bab.56
57 Bab.57 Sebuah kebenaran
58 Bab.58
59 Bab.59
60 Bab.60 Kiriman Video
61 Bab.61 Ancaman
62 Bab.62 Mendatangi Lenna kekantor
63 Bab.63
64 Bab.64
65 Bab.65 sebuah rencana
66 Bab. 66
67 Bab. 67
68 Bab.68
69 Bab. 69 tertangkap
70 Bab.70 Cibiran
71 Bab.71
72 Bab.72
73 Bab.73
74 Bab.74
75 Bab.75
76 Bab.76
77 Bab.77
78 Bab.78
79 Bab. 79
80 Bab.80
81 Bab.81
82 Bab.82
83 Bab.83 Kecelakaan
84 Bab.84
85 Bab. 85
86 Bab. 86
87 Bab.87
88 Bab. 88
89 Bab.89
90 Bab.90
91 Bab.91
92 Bab.92
93 Bab. 93
94 Bab.94
95 Bab.95
96 Bab. 96 cidera
97 Bab.97
98 Bab.98
99 Bab.99
100 Bab.100
101 Bab. 101
102 Bab. 102
103 Bab.103
104 Bab 104
105 Bab.105
106 Bab. 106
107 Bab.107
108 Bab.108
109 Bab.109
110 Bab. 110
111 Bab. 111
112 Bab.112
113 Bab.113
Episodes

Updated 113 Episodes

1
Pelakor itu Sahabatku
2
bab 2. Tamu tak terduga
3
bab.3 tak sengaja bertemu
4
Bab.4 Kedatangan mama mertua
5
Bab.5 Malam bahagia bagi Alina
6
Bab.6 Bertemu Lenna
7
Bab.7
8
Bab.8 Mulai Mendekati Revan
9
Bab.9 Malam panas yang tak sengaja
10
Bab.10 Revan semakin Penasaran
11
Bab.11 Revan tersiksa
12
Bab.12 Merasa Aneh
13
Bab.13 Bertemu Mama Mertua
14
Bab.14 Makan Malam
15
Bab.15 Akal-akalan Lenna
16
Bab.16 Revan Mulai Nakal
17
Bab.17 Tergoda
18
Bab. 18 Alin mengajak Lenna menginap
19
Bab.19 Suara aneh
20
Bab. 20 hampir saja
21
Bab.21 Tidak pulang
22
Bab.22 Merasa bersalah
23
Bab.23 Siapa?
24
Bab.24 Alina kesepian
25
Bab.25 Revan membeli cincin
26
Bab.26 Senam Jantung
27
Bab.27 Mencairkan hati Alina
28
Bab.28 kalau hamil gimana
29
Bab. 29 Membeli Apartemen
30
Bab.30 Pertengkaran Pasangan suami istri
31
Bab.31 Lenna Hamil
32
Bab.32 pesan yang dikirim Lenna
33
Bab.33 Ŕencana Alina
34
Bab.34 Ketahuan
35
Bab. 35
36
Bab. 36 Revan kebingungan
37
Bab.37
38
Bab.38
39
Bab.39 Fakta yang menyakitkan
40
Bab.40
41
Bab.41
42
Bab.42
43
Bab.43 Rumit
44
Bab.44
45
Bab.45
46
Bab.46
47
Bab.47
48
Bab.48 Sidang pertama
49
Bab.49 Lenna semakin menjadi-jadi
50
Bab.50 Pesan Yang dibaca Revan
51
Bab 51 Resmi bercerai
52
Bab 52 Pertemuan yang tidak sengaja
53
Bab 53 Upaya penculikkan
54
Bab.54 Masih selamat
55
Bab.55 Mulut pedas Mama Rita
56
Bab.56
57
Bab.57 Sebuah kebenaran
58
Bab.58
59
Bab.59
60
Bab.60 Kiriman Video
61
Bab.61 Ancaman
62
Bab.62 Mendatangi Lenna kekantor
63
Bab.63
64
Bab.64
65
Bab.65 sebuah rencana
66
Bab. 66
67
Bab. 67
68
Bab.68
69
Bab. 69 tertangkap
70
Bab.70 Cibiran
71
Bab.71
72
Bab.72
73
Bab.73
74
Bab.74
75
Bab.75
76
Bab.76
77
Bab.77
78
Bab.78
79
Bab. 79
80
Bab.80
81
Bab.81
82
Bab.82
83
Bab.83 Kecelakaan
84
Bab.84
85
Bab. 85
86
Bab. 86
87
Bab.87
88
Bab. 88
89
Bab.89
90
Bab.90
91
Bab.91
92
Bab.92
93
Bab. 93
94
Bab.94
95
Bab.95
96
Bab. 96 cidera
97
Bab.97
98
Bab.98
99
Bab.99
100
Bab.100
101
Bab. 101
102
Bab. 102
103
Bab.103
104
Bab 104
105
Bab.105
106
Bab. 106
107
Bab.107
108
Bab.108
109
Bab.109
110
Bab. 110
111
Bab. 111
112
Bab.112
113
Bab.113

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!