Bab.16 Revan Mulai Nakal

Revan terasa membeku, namun ia segera bersikap normal kembali. "Ka-kamu udah gak apa-apa kak?" tanyanya khawatir, matanya menelisik kebawah kaki Lenna.

"Iya, Mas" jawab Lenna. Revan mencoba mengurai pelukkan Lenna, keduanya pun beradu tatap, manik mata Revan melihat bibir tebal Lenna yang sexy, hidung mancung nampak menggoda.

Ia meraih dagu Lenna, dengan pelan ia mencoba mendekatkan wajahnya. Entah siapa yang memulai, kedua bibir mereka menyatu. Saling menghisap dan melumat.

Namun, tak lama. Revan segera menyudahi tautan bibirnya. Akal sehatnya masih berjalan. Ia sedikit menjauhkan tubuhnya, "Len, kayaknya kita bakal kesiangan, yuk ! kita berangkat dulu" ajanya menoleh kan kepalanya ke wajah Lenna.

Wajah Lenna memerah, akibat cumbuan barusan, membuat Revan dibakar gairah. Wajahnya tampak kecewa. Ia hanya mengangguk pelan, bibirnya mengerucut.

Revan yang merasa gemas, langsung memberikan kecupan lembut, sedikit lumatan. "Gak usah cemberut dong!?" ucapnya sambil tersenyum. "Nanti, kita lanjut lagi" sambungnya

"Bener ya, Mas?" jawabnya manja, memukul pelan dada bidang Revan.

"Iya" kata Revan, tersenyum. Lenna tampak mengulum senyum, hatinya bersorak senang, Revan mengajak nya beranjak , lalu keduanya bergandengan mesra.

Keduanya berjalan bersisian, melangkah mendekati mobil Revan yang di parkirkan di tepi jalan, depan rumah Lenna.

Setelah masuk kedalam mobil, Revan segera menginjak pedal gas dan memutarkan badan mobil. Lalu mobil melaju.

Revan tampak tergesa, ia terlambat lebih dari setengah jam. Saat ini , ia sedang berada dalam lift.

*****

Hari ini, Alina berencana akan mengunjungi Revan dikantor. Ia ingin mengantar makan siangnya, Entah mengapa ia ingin sekali mengunjungi suaminya itu

"Aku hubungi Mas Revan dulu apa enggak ya?" gumamnya, "Tapi nanti, kalau aku langsung kesana, Mas Revannya gak ada lagi?"

"Ya udah deh, Aku kabarin aja. Daripada nanti aku gak ketemu dia dikantor" batinnya

Segera ia meraih ponselnya yang tergeletak diatas meja makan. Ia menekan tombol berwarna hijau.

Tidak butuh lama, telepon sudah tersambung. Terdengar suara lembut suaminya.

"Halo, Mas" ucap Alin senang

"Iya, Sayang. Ada apa?"

"Mas, kamu udah makan belum?"

"Belum, Sayang. Bentar lagi kok, lagian ini belum jam istirahat Sayang"

"Oo.. Aku bawain makan siang kekantor ya Mas?"

Hening. tak ada sahutan dari Revan, membuat Alin menatap ponselnya, ia mengira sabungan teleponnya terputus

"Halo! Mas.."

"Iya, Sayang. Gak usah deh Sayang. Mas, makan dikantin aja" Jawab Revan

Alin dapat menangkap, ada nada gugup dari ucapan suaminya.

"Ya udah deh, Jangan telat makan ya Mas"

"Iya Sayang. Love you"

"Love you, too"

Sambungan pun telah berakhir. Alin menghela nafas pelan. Ia masih menatap layar ponselnya, ia mengusap foto suaminya di layar ponselnya.

"Tumben?!, biasanya dia gak pernah nolak?" Alin mulai bertanya-tanya.

Akhirnya, ia kembali meletakkan nasi, lauk dan beberapa makanan lainnya, yang sudah berada didalam rantang susun.

Ia kembali menghela nafas pelan, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara mbak Yati yang sudah ada dibelakang nya

"Buk Alin !?, kok bengong buk?" ucap mbak Yati yang mengagetkan Alin

Seketika Alin berjingkat, lalu mengusap pelan dadanya. "Astaga!! mbak yati !! ngagetin aja sih ?!"

Sang asisten rumah tangga itu pun hanya terkekeh, "Saya ndak ada maksud mau ngagetin kok buk" jawabnya santai "Lah ,buk Alin aja yang ngelamun" sambungnya, tangannya membereskan peralatan memasak yang dipakai Alina tadi

Alina terduduk dikursi meja makan, ia kembali menghela nafas pelan. Membuat sang asisten rumah tangga itu pun heran. Karena penasaran, akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya

"Kenapa, toh buk?, kok kayak lagi galau aja!!" tanya mbak yati

"Rencananya tadi, aku mau nganterin makan siang buat Mas Revan mbak?" Jawab Alin tak bersemangat

"Lah, terus? masalahnya apa buk?" Mbak Yati mengerutkan dahi bingung

"Ya , kata Mas Revan gak perlu, sebab dia mau makan dikantin aja, gitu?"

"Oalah... Gitu!!?, mungkin Bapak lagi nyari suasana baru aja buk" Mbak Yati memberikan pendapat.

"Mungkin aja mbak" jawab Alin tak bersemangat.

Tidak lama, ia memutuskan untuk pergi kekamar saja, dengan langkah gontai ia menaikin anak tangga. Mbak Yati hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja, melihat tingkah majikannya itu.

000

Dikantor, seorang laki-laki tampan, tampak serius menatap layar laptopnya. Ini sebenarnya sudah jam istirahat, namun pria tampan yang tak lain adalah Revan itu, menunda makan siangnya.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 12.45, namun ia belum berniat meninggalkan pekerjaannya.

Ia masih berkutak dengan laptop dan berkas-berkas yang sedikit menumpuk. Ketika sedang sibuk dengan pekerjaannya, ponsel miliknya berdenting.

Ia mencoba mengabaikan suara ponselnya, namun suara notifikasi beruntut dari ponselnya, membuat fokusnya terganggu.

Segera ia meraihnya, membaca nama yang tertera dilayar ponselnya. "Lenna" gumamnya. Lalu ia membacanya

[ Mas ]

[ Udah makan belum?]

[ Kangen ]. Emoji love diakhir pesan berderet

Revan tampak mengulum senyum, ia membalas pesan Lenna segera

[ Aku, belum laper Len. Kamu udah makan belum?]

[ Aku juga rindu ]

Keduanya hanyut dalam berbalas pesan. Bagaikan anak remaja yang sedang kasmaran.

******

Sore telah tiba, Revan bersiap membereskan tas dan juga berkas yang akan dibawanya pulang.

Ia berjalan, melangkah meninggalkan ruangannya. memasuki lift dan menekan tombol angka L

Setelah sampai dilantai dasar, ia segera mendekati mobilnya, dan masuk kedalam mobil. tak ingin membuang waktu lebih lama, ia segera menginjak pedal gas.

tidak butuh waktu lama, Revan telah berhenti dan menepi di tempat yang tak membuat orang lain curiga.

Lima menit kemudian, ia melihat sosok gadis cantik berjalan mendekati mobilnya.

'Mas!!" ucapnya ketika telah masuk kedalam mobil

Segera Revan melajukan mobilnya dengan kecepatan standart.

Dua puluh menit berselang, mobil Revan berhenti lalu menepi didepan pagar rumah Lenna.

" Yuk!! Mas, mampir dulu " ajaknya pada Revan

Akhirnya Revan mengiyakan, Ia mengulum senyum, lalu turun dari mobil. Ia mengekor dibelakang Lenna.

"Duduk, Mas. Aku buatin kopi ya?" Ucapnya manja, ia sesekali mengigit bibirnya

"Oke" jawab Revan, ia mendaratkan tubuh bawahnya, lalu menyadarkan kepalanya disofa.

Tak lama Lenna datang, membawa secangkir kopi cappucino dan sepiring kue, lalu meletakkan di atas meja. Lenna mengambil tempat duduk disamping Revan.

"Diminum ,Mas" ucapnya lembut

Revan menegakkan badannya, lalu meraih cangkir dan meneguk sedikit air kopinya.

Setelah diselimuti keheningan untuk beberapa saat, tanpa aba-aba, Revan langsung meraup dan melumat bibir sexy Lenna.

Lenna terkejut, dengan apa yang dilakukan Revan barusan. Namun ia segera mengimbangi permainan bibir Revan.

Tangan Revan tak tinggal diam. Tangannya mulai membuka kancing kemeja Lenna satu persatu. Setelah kancing baju terbuka, tangan kekar Revan meremas pelan bagaian depan Lenna.

Tangan mulus Lenna melingkar di leher Revan, sesekali meremas rambutnya.

Setelah tautan terlepas, Revan mendorong tubuh Lenna pelan, agar posisi Lenna berbaring disofa.

Revan menatap wajah Lenna yang memerah, menikmati sentuhan tangannya, yang memainkan ujung daging bagian depannya

Terpopuler

Comments

Sunarmi Narmi

Sunarmi Narmi

Alin..klo kmu mulai curiga suami cari tau diam"...bikin kejutan mkan siang tnpa kmu kasih tau..ikuti mobil suamimu..semangat..Istri sdh cantik msih jg di selingkuhin...SAMPAH

2024-10-03

0

lihat semua
Episodes
1 Pelakor itu Sahabatku
2 bab 2. Tamu tak terduga
3 bab.3 tak sengaja bertemu
4 Bab.4 Kedatangan mama mertua
5 Bab.5 Malam bahagia bagi Alina
6 Bab.6 Bertemu Lenna
7 Bab.7
8 Bab.8 Mulai Mendekati Revan
9 Bab.9 Malam panas yang tak sengaja
10 Bab.10 Revan semakin Penasaran
11 Bab.11 Revan tersiksa
12 Bab.12 Merasa Aneh
13 Bab.13 Bertemu Mama Mertua
14 Bab.14 Makan Malam
15 Bab.15 Akal-akalan Lenna
16 Bab.16 Revan Mulai Nakal
17 Bab.17 Tergoda
18 Bab. 18 Alin mengajak Lenna menginap
19 Bab.19 Suara aneh
20 Bab. 20 hampir saja
21 Bab.21 Tidak pulang
22 Bab.22 Merasa bersalah
23 Bab.23 Siapa?
24 Bab.24 Alina kesepian
25 Bab.25 Revan membeli cincin
26 Bab.26 Senam Jantung
27 Bab.27 Mencairkan hati Alina
28 Bab.28 kalau hamil gimana
29 Bab. 29 Membeli Apartemen
30 Bab.30 Pertengkaran Pasangan suami istri
31 Bab.31 Lenna Hamil
32 Bab.32 pesan yang dikirim Lenna
33 Bab.33 Ŕencana Alina
34 Bab.34 Ketahuan
35 Bab. 35
36 Bab. 36 Revan kebingungan
37 Bab.37
38 Bab.38
39 Bab.39 Fakta yang menyakitkan
40 Bab.40
41 Bab.41
42 Bab.42
43 Bab.43 Rumit
44 Bab.44
45 Bab.45
46 Bab.46
47 Bab.47
48 Bab.48 Sidang pertama
49 Bab.49 Lenna semakin menjadi-jadi
50 Bab.50 Pesan Yang dibaca Revan
51 Bab 51 Resmi bercerai
52 Bab 52 Pertemuan yang tidak sengaja
53 Bab 53 Upaya penculikkan
54 Bab.54 Masih selamat
55 Bab.55 Mulut pedas Mama Rita
56 Bab.56
57 Bab.57 Sebuah kebenaran
58 Bab.58
59 Bab.59
60 Bab.60 Kiriman Video
61 Bab.61 Ancaman
62 Bab.62 Mendatangi Lenna kekantor
63 Bab.63
64 Bab.64
65 Bab.65 sebuah rencana
66 Bab. 66
67 Bab. 67
68 Bab.68
69 Bab. 69 tertangkap
70 Bab.70 Cibiran
71 Bab.71
72 Bab.72
73 Bab.73
74 Bab.74
75 Bab.75
76 Bab.76
77 Bab.77
78 Bab.78
79 Bab. 79
80 Bab.80
81 Bab.81
82 Bab.82
83 Bab.83 Kecelakaan
84 Bab.84
85 Bab. 85
86 Bab. 86
87 Bab.87
88 Bab. 88
89 Bab.89
90 Bab.90
91 Bab.91
92 Bab.92
93 Bab. 93
94 Bab.94
95 Bab.95
96 Bab. 96 cidera
97 Bab.97
98 Bab.98
99 Bab.99
100 Bab.100
101 Bab. 101
102 Bab. 102
103 Bab.103
104 Bab 104
105 Bab.105
106 Bab. 106
107 Bab.107
108 Bab.108
109 Bab.109
110 Bab. 110
111 Bab. 111
112 Bab.112
113 Bab.113
Episodes

Updated 113 Episodes

1
Pelakor itu Sahabatku
2
bab 2. Tamu tak terduga
3
bab.3 tak sengaja bertemu
4
Bab.4 Kedatangan mama mertua
5
Bab.5 Malam bahagia bagi Alina
6
Bab.6 Bertemu Lenna
7
Bab.7
8
Bab.8 Mulai Mendekati Revan
9
Bab.9 Malam panas yang tak sengaja
10
Bab.10 Revan semakin Penasaran
11
Bab.11 Revan tersiksa
12
Bab.12 Merasa Aneh
13
Bab.13 Bertemu Mama Mertua
14
Bab.14 Makan Malam
15
Bab.15 Akal-akalan Lenna
16
Bab.16 Revan Mulai Nakal
17
Bab.17 Tergoda
18
Bab. 18 Alin mengajak Lenna menginap
19
Bab.19 Suara aneh
20
Bab. 20 hampir saja
21
Bab.21 Tidak pulang
22
Bab.22 Merasa bersalah
23
Bab.23 Siapa?
24
Bab.24 Alina kesepian
25
Bab.25 Revan membeli cincin
26
Bab.26 Senam Jantung
27
Bab.27 Mencairkan hati Alina
28
Bab.28 kalau hamil gimana
29
Bab. 29 Membeli Apartemen
30
Bab.30 Pertengkaran Pasangan suami istri
31
Bab.31 Lenna Hamil
32
Bab.32 pesan yang dikirim Lenna
33
Bab.33 Ŕencana Alina
34
Bab.34 Ketahuan
35
Bab. 35
36
Bab. 36 Revan kebingungan
37
Bab.37
38
Bab.38
39
Bab.39 Fakta yang menyakitkan
40
Bab.40
41
Bab.41
42
Bab.42
43
Bab.43 Rumit
44
Bab.44
45
Bab.45
46
Bab.46
47
Bab.47
48
Bab.48 Sidang pertama
49
Bab.49 Lenna semakin menjadi-jadi
50
Bab.50 Pesan Yang dibaca Revan
51
Bab 51 Resmi bercerai
52
Bab 52 Pertemuan yang tidak sengaja
53
Bab 53 Upaya penculikkan
54
Bab.54 Masih selamat
55
Bab.55 Mulut pedas Mama Rita
56
Bab.56
57
Bab.57 Sebuah kebenaran
58
Bab.58
59
Bab.59
60
Bab.60 Kiriman Video
61
Bab.61 Ancaman
62
Bab.62 Mendatangi Lenna kekantor
63
Bab.63
64
Bab.64
65
Bab.65 sebuah rencana
66
Bab. 66
67
Bab. 67
68
Bab.68
69
Bab. 69 tertangkap
70
Bab.70 Cibiran
71
Bab.71
72
Bab.72
73
Bab.73
74
Bab.74
75
Bab.75
76
Bab.76
77
Bab.77
78
Bab.78
79
Bab. 79
80
Bab.80
81
Bab.81
82
Bab.82
83
Bab.83 Kecelakaan
84
Bab.84
85
Bab. 85
86
Bab. 86
87
Bab.87
88
Bab. 88
89
Bab.89
90
Bab.90
91
Bab.91
92
Bab.92
93
Bab. 93
94
Bab.94
95
Bab.95
96
Bab. 96 cidera
97
Bab.97
98
Bab.98
99
Bab.99
100
Bab.100
101
Bab. 101
102
Bab. 102
103
Bab.103
104
Bab 104
105
Bab.105
106
Bab. 106
107
Bab.107
108
Bab.108
109
Bab.109
110
Bab. 110
111
Bab. 111
112
Bab.112
113
Bab.113

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!