Lenna melenguh pelan, tangan Revan mulai turun kebawah, menjelajahi area sensitivenya. Namun, ketika keduanya tengah menikmati suasana panas itu. Ponsel Revan berdering nyaring.
Suara ponsel itu mengejutkannya, "Sial..!!" umpatnya, wajahnya nampak menahan kesal. Ia segera membenahi posisi duduknya, lalu mengambil ponselnya yang ada di kantong celananya.
Nama Alina tertera dilayar ponsel. Ia melirik sejenak kearah Lenna yang sedang menatapnya juga. Lalu Revan mengangkat telponnya. Ia berdehem sejenak untuk menetralkan suaranya
"Halo"
"Halo, Mas. Kok belum pulang?"
"Macet dijalan Sayang"
"Oo... Ya udah deh, hati-hati ya Mas"
"Iya, Sayang"
Klik. Telepon berakhir, Revan nampak menghela nafas pelan. Lenna bergelayut manja disampingnya, bibirnya mengerucut.
"Mas" panggilnya manja, "Kamu, mau pulang?" tanyanya manja, tangannya mengusap pelan paha Revan.
Membuat Revan dilema, antara ingin pulang dan melanjutkan yang tadi sempat tertunda. Hatinya ingin segera pulang, namun sisi kelelakiannya menolaknya
Matanya mengarah kedalam rumah Lenna, takut jika ada yang melihat apa yang tengah mereka lakukan. "Tenang, Mas. Dirumah gak ada orang kok?" Akhirnya Lenna bersuara
"Pada kemana?" tanya Revan
"Mama sama Papa biasalah, dinas keluar kota. kalau pembantu kalau sore pulang" Jawabnya, ia masih saja mengusap pelan dada bidang Revan.
"Oo.. Gak takut? sendirian dirumah?"
"Enggak, Mas. Udah biasa" ia mengulas senyum menggoda. "Temenin aku disini bentar ya, Mas?"
Revan mengangguk, meraih tangannya lalu mengecup punggung tangannya. Revan menyandarkan tubuhnya pada sofa. Memeluk tubuh sexy Lenna.
Ia mencondongan sedikit tubuhnya, lalu mendekatkan mulutnya disamping telinga Lenna. "Masih mau lanjut gak?" bisiknya. Dengan malu-malu Lenna mengangguk pelan, mendongak menatap wajah tampan Revan. "Kita-- lanjut dikamar aku aja yuk, Mas" Ia berucap malu-malu.
Revan langsung menggendong tubuh Lenna ala bridal style. Lenna langsung melingkarkan tangannya dileher Revan. "Kamarmu dimana?" tanya Revan
Lenna menunjukkan letak kamarnya, Letak kamar Lenna berada dilantai dua. Tak lama, Revan telah sampai didalam kamar bernuansa biru muda. Revan membaringkan tubuh ramping Lenna, membelainya lembut.
Sore itu, Lenna telah berhasil menggoda Revan. Tubuh Revan telah menyatu dengan tubuh Lenna, Revan nampak menikmati tubuh indah Lenna, nafasnya tersengal-sengal, bagaikan mendaki gunung yang tak berkesudahan.
Apalagi Lenna tampak mendominasi permaianan, tubuh indahnya menari-nari diatas tubuh Revan.
Hampir dua puluh menit lamanya kedua manusia itu bergelut diatas ranjang. Revan tampak mengerang panjang, pertanda telah mendapat pelepasan.
Tubuhnya ambruk diatas tubuh Lenna. Nafas keduanya memburu, Lenna mengusap pelan punggung Revan. Tak lama, ia menarik tubuh, lalu berbaring disamping Lenna.
Matanya menatap keatas memandang langit-langit kamar yang berwarna biru muda. Ia merasakan, pergulatan dengan Lenna barusan sangat luar biasa. Lenna sangat lihai memberikan Servisnya, ia membayangkan selama tiga tahun menikah dengan Alin dan permainan diatas ranjang dengan Alin pun nampak biasa-biasa saja.
"Gila!, dia bisa bikin gue ketagihan nih" batinnya. "beda banget sama Alin yang cuma bisa pasrah" ucapnya dalam hati. ia mengusap pelan rambut Lenna.
Setelah sekian menit berbaring, ia memutuskan untuk duduk, diikuti oleh Lenna. "Len, aku pulang dulu ya?" ucapnya menoleh kearah Lenna yang duduk disampingnya
Ia baru sadar, bahwa ia dan Lenna saat ini tanpa mengenakkan sehelai kain pun yang menutupi tubuh mereka. Ia bisa melihat tubuh mulus nan sexy itu didepan mata. bagian bawahnya mulai bereaksi dan berkedut kembali
"Beneran, kamu mau pulang sekarang, Mas?" jawab Lenna mengusap pelan lengan Revan. Revan meneguk salivanya dengan susah payah, sebagai pria normal, ia tak bisa mengabaikan pemandangan indah didepannya.
Tanpa kata apapun, Revan menyerang kembali Lenna untuk kedua kalinya.
"Aahh !! sial.." umpatnya, dengan brutal ia menyerang Lenna dengan berbagai gaya. "Dia bener-bener bisa bikin gue ketagihan"
Setelah beberapa menit lamanya, akhirnya pertempuran keduanya selesai, Revan segera pamit pulang. Ia tergesa beralasan Alin pasti akan khawatir, tapi kenyataan ia hanya takut tak bisa mengontrol nafsunya jika harus berduaan dengan Lenna.
*****
Seorang wanita cantik tengah duduk diruang tengah, ia sudah menunggu kedatangan suaminya sejak dua jam yang lalu.
Ia sudah berulang kali menelepon suaminya tapi tak ada jawaban sama sekali. Pesannya pun tak dibaca oleh Revan.
Ia sangat khawatir dengan keadaan suaminya itu, sesekali ia melirik pada jam yang tergantung didinding. Jarum jam menujukkan pukul delapan malam.
Tidak lama, bell rumah berbunyi. Segera Alin bangkit dan berjalan dengan cepat menuju pintu dan segera membukakan pintunya
Ketika pintu telah terbuka, orang yang telah ia tunggu akhirnya muncul dihadapannya.
"Mas!" ucap Alin, Ia langsung mendekat dan memeluk sang suami erat. Revan pun membalas pelukkan istrinya. Ia mengusap punggung isterinya itu
"Mas, kamu kemana sih? kok baru sampai rumah?!" tanya Alin masih dalam pelukkan suaminya.
Revan tampak bersikap biasa saja, rasa bersalah mulai merasuki hatinya. "Maaf, tadi dijalan macet banget, Sayang?" ucapnya berbohong, ia mengusap pelan rambut istrinya. "Yuk, masuk Sayang, Mas dingin" ajaknya
Keduanya berjalan bersisian, tangan Revan melingkarkan kepinggang Isterinya.
" Aku telepon, tapi enggak Mas angkat? aku chat pun enggak Mas bales" celoteh Alin yang membuat Revan terperanjat.
Ketika sampai dikamar, ia mengambil ponselnya yang berada di saku celana. Benar, ada banyak panggilan masuk dari Alin dan beberapa pesan singkat.
Kerena asyik bercinta dengan Lenna, Revan sampai tak mendengar dering dari ponselnya.
"Benar kan?" ucap Alin tiba-tiba mengejutkan Revan. Revan meneguk salivanya, lalu berjalan mendekat kearah isterinya yang lagi ngambek
Ia meraih tangan Alin yang sedang duduk dipinggiran ranjang, lalu ia duduk berjongkok didepannya "Maaf, Mas tadi gak denger, Sayang?!" ucapnya. "Mas, terlalu fokus saat dijalan tadi" ucapnya kembali dengan wajah bersalahnya
Alin menghela nafas panjang, ia menarik tangan suami agar duduk disampingnya. "Iya udah, aku maafin" ucap Alin. Segera Revan memeluk istrinya
"Ya udah, Mas, mau mandi dulu ya Sayang. Gerah banget" ucap Revan lalu beranjak dari duduknya dan berlalu kekamar mandi.
Hampir dua puluh menit lamanya Revan berada di kamar mandi. Setelah keluar dari kamar mandi, Alin segera mengajak makan malam bersama.
Revan tampak lahap menyantap makan malamnya, membuat Alin mengkerutkan kening. "Lahap banget Mas, makannya" ucap Alin mengulum senyum
Seketika membuat Revan menatap wajah istrinya,dengan mulut yang penuh makanan. Membuat Alin tertawa geli.
Setelah mengunyah dan menelan makanannya, Revan ikut terkekeh. "Mas, laper banget Sayang" ucapnya
Alina tersenyum mendengarnya, "Makan yang banyak Mas!". Revan mengangguk dan melempar senyumnya
"Lenna emang luar biasa, bisa bikin tenaga gue terkuras" batinnya, senyum tipis dibibirnya terulas tanpa sepengetahuan Alina.
Setelah menyelesaikan makan malamnya, ia duduk sejenak di depan televisi. Matanya mengarah kedepan, namun pikirannya berada ditempat lain. Ia masih terbayang tubuh indah Lenna yang bergerak lincah diatas tubuhnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments