Bab.12 Merasa Aneh

"Alina" gumam Revan. Ia membenarkan posisi duduknya, segera ia menekan tombol hijau, untuk menerima telepon dari Alin.

"Halo, mas"

"Ya, Sayang!?"

"kok belum pulang Mas?"

"I-ini Mas, lagi dijalan Sayang"

"Ooh... Ya udah, hati-hati ya Mas"

"iya, Sayang"

Revan menghembuskan nafasnya, ia menoleh sejenak kearah Lenna, lalu pandangannya menghadap kedepan kembali. Ia mengusap pelan wajahnya

Lenna yang penasaran, akhirnya bertanya " Kenapa, Mas?" tanyanya dengan wajah penuh tanya

"Enggak ada apa-apa kok" ucapnya, "Kita pulang sekarang ya?" Sambungnya lagi.

Lenna tampak kecewa. Sebab, kesenangannya beberapa saat lalu, harus terhenti. Ia menghela nafas diam-diam. Ia ingin marah, tapi tidak tahu mau melampiaskan dengan siapa.

Revan segera melajukan mobilnya kembali, mengantar Lenna pulang. Ia menambah kecepatannya, agar cepat sampai kerumah.

Tiga puluh menit kemudian, Ia sudah memasuki area perumahannya. Ia membelokkan mobilnya, dan segera memasukkannya kedalam garasi.

Ia segera turun dari mobil, melangkah pelan menuju pintu rumah. Tangannya menekan bel, tak lama wanita cantik muncul dihadapannya.

Senyum ceria diwajahnya, menghiasi wajah cantiknya

" Mas..." sapanya, lantas berjalan mendekat dan memeluk erat tubuh suaminya. Revan membalas pelukkan istrinya. Ia mengusap pelan punggung istrinya

"yuk ! Mas masuk" ajaknya, tangannya memeluk lengan kekar suaminya. Keduanya berjalan bersisian, melangkah menaikin anak tangga.

setelah sampai dikamar, Alin membantu melepaskan jas suaminya. Lalu ia berniat ingin melepaskan dasi suaminya, tiba-tiba hidung Alin mencium aroma lain dari pakaian suaminya

Ia tertegun sejenak, reflek ia melihat kearah suaminya tiba-tiba, dan tangannya mendadak berhenti ketika menyentuh kerah baju Revan

Revan mengernyitkan dahi "Kenapa Sayang?" tanya Revan penasaran. Tanpa membuang pandangannya ia masih menatap Revan.

"Kok, baju kemeja kamu bau parfum lain Mas?"

Sontak pertanyaan itu, mampu membuat Revan panik. Ia mencoba menetralkan perasaannya. ia berusaha bersikap biasa saja

"O-oh.. mungkin ini, bau parfum klien Mas, Sayang" jawab Revan gugup

Alin masih menatap mata sang suami, ia bisa melihat ada kegugupan disana.

"Oo gitu ya..." ucapnya menganggukkan kepalanya

"Sial.. Untung dia gak curiga" rutuknya dalam hati

Setelah Alin membereskan pakaian kotor itu, ia segera mandi. Berharap, rasa panas yang ada dalam tubuhnya hilang.

Ketika Revan telah masuk kedalam kamar mandi, Alin terduduk di pinggiran Ranjang.

Ia sepertinya tidak asing lagi, dengan bau parfum di baju kemeja suaminya. Namun ia lupa, siapa pemilik parfum itu.

lima belas menit kemudian, Revan telah menyelesaikan ritual mandinya. Setelah memakai pakaian, Alin mengngajak untuk makan malam bersama.

kedua tampak menikmati makan malamnya, sesekali suara tawa terdengar

"Gimana, Mas. pekerjaannya hari ini?" Tanya Alin di sela-sela makannya.

"iya, gitu deh Sayang" setelah meneguk minuman di gelasnya

"ya udah, habis ini, aku pijitin deh!" tawar Alina

Revan tersenyum menoleh kearah istrinya " Yang bener?" goda Revan. Alin terkekeh pelan "Iya mas"

keduanya pun melanjutkan makannya.

Lima menit kemudian, keduanya telah menyelesaikan makannya.

"Sayang, Mas langsung keruang kerja ya?" pamit Revan pada Alina. Seketika Alin menoleh menatap suaminya.

"Gak jadi dipijitin nih?!" ucap Alin mengulum senyum

Revan beranjak dari duduknya, lalu menghampiri sang istri yang masih membantu mbak yati membereskan meja makan

"Nanti aja deh, selesai kerjaan Mas dulu" jawabnya sambil memeluk Alin dari belakang. Lalu mengecup Rambut istrinya

"Ya udah, nanti aku bikinin kopi" jawab Alin.

Revan pergi meninggalkan istrinya didapur, ia melangkah pelan menaikin anak tangga.

Kopi susu buatan Alin telah siap, ia menaruhnya di tatakkan, lalu membawanya naik keatas dimana tempat suaminya berada.

Tok... Tok...

"Mas!!" panggilnya dari luar

"masuk Sayang!!" teriak Revan. Alin membuka pintunya, ia melihat suaminya, yang tengah fokus didepan layar laptopnya.

Ia segera meletakkan kopinya diatas meja, "Makasih Sayang" ucap Revan

"iya, Mas. Aku tinggal sendirian? gak papa kan Mas?" tanya Alin, ia mengusap lembut lengan suaminya

Revan mendongak menatap istrinya "iya ,gak papa kok". kecupan dibibir tak lupa Alin berikan kepada suaminya

****

Ketika Revan melihat jam, ternyata jarum jam didinding telah menunjukkan pukul 22.45 menit. Fokusnya terganggu dengan suara dering ponselnya.

Ia meraihnya, lalu melihat nama Lenna yang tertera dilayar ponselnya "Lenna?" gumamnya pelan, segera ia menerima teleponnya

"Halo"

"Halo Mas"

Darah Revan berdesir kala mendengar suara lembut Lenna. Ia tak lagi fokus pada layar didepannya. Ia menjadi terbayang-bayang dengan kejadian yang panas itu

"Mas" panggil Lenna. Ia tersentak dengan panggilan Lenna diujung telepon

"I-iya ,halo Len" ucap Revan terbata

"Aku panggil-panggil gak ada sahutannya"

"O-oh ... Maaf, tadi aku gak denger, ada apa Len"

"Enggak, Mas. cuma pengen nelpon aja kok"

Obrolan itu pun berlangsung sedikit lama, Revan tampak melupakan pekerjaannya.

"Mas, aku boleh gak nginep dirumah Mas lagi" tanya Lenna

Tak segera menjawab, tampaknya Revan sedang berpikir dan menimbang-nimbangnya. Ia sangat tidak keberatan, namun, bagaimana dengan Alin, pikirnya

"Mas"

"Ehemm.. Coba kamu tanya Alin? kalau boleh ya syukur deh" Ucap Revan akhirnya

Tiba-tiba, pintu ruang kerjanya dibuka tiba-tiba dengan Alin. Seketika Revan mematikan teleponnya. Ia benar-benar dibuat jantungan kali ini.

Wajahnya terlihat pias, Alin menaikan satu alisnya "Kenapa, Mas?" tanyanya heran. "kok teleponnya tiba-tiba dimatiin" sambungnya lagi.

Ia gelagapan "B-bukan siapa-siapa kok Sayang" ucapnya gugup. sebelum sang istri sampai menghampirinya, dengan cepat ia menghapus riwayat panggilannya

Ia menetrakan perasaannya " kok, kamu belum tidur Sayang?" tanyanya, mencoba mengalihkan tatapan intimidasi sang istrinya

"Aku nungguin kamu loh Mas" ucap Alin dengan suara manja. Ia cemberut, lantaran suaminya tak kunjung menyusulnya kekamar.

"Ooh.. Mas, kira ada apa" jawab Revan. "ya udah, kita kekamar yuk!" ajak Revan akhirnya

`000

Ditempat lain, seorang gadis tiba-tiba melempar ponselnya diatas ranjang. Ia sempat mendengar suara wanita lain dalam teleponnya tadi, sebelum Revan mematikannya.

Ia tahu, itu suara Alina, sahabatnya. Ia melirik jam digital diatas nakas.

"kira-kira curiga gak ya, si Alin tadi?" gumamnya, "kenapa belum tidur juga si mandul itu" sambungnya lagi dengan nada kesal.

Ia menghembuskan nafasnya dengan kasar, "Aku harus bisa bikin Mas Revan jadi milikku" batinnya dalam hati.

"Aku rasa, gak perlu buru-buru, aku akan buat Mas Revan gak bisa lepas dari aku" Ia menyeringai "Alu bisa deketin Mamanya Mas Revan" gumamnya.

Ia terkekeh pelan, merasa mendapatkan ide baru. Alin pernah menceritakan kepadanya bahwa sang mertua tak begitu menyukainya.

Lenna berfikir akan memanfaatkan orang tua Revan, dengan begitu ia tak perlu susah-susah menyingkirkan Alin sendiri

Episodes
1 Pelakor itu Sahabatku
2 bab 2. Tamu tak terduga
3 bab.3 tak sengaja bertemu
4 Bab.4 Kedatangan mama mertua
5 Bab.5 Malam bahagia bagi Alina
6 Bab.6 Bertemu Lenna
7 Bab.7
8 Bab.8 Mulai Mendekati Revan
9 Bab.9 Malam panas yang tak sengaja
10 Bab.10 Revan semakin Penasaran
11 Bab.11 Revan tersiksa
12 Bab.12 Merasa Aneh
13 Bab.13 Bertemu Mama Mertua
14 Bab.14 Makan Malam
15 Bab.15 Akal-akalan Lenna
16 Bab.16 Revan Mulai Nakal
17 Bab.17 Tergoda
18 Bab. 18 Alin mengajak Lenna menginap
19 Bab.19 Suara aneh
20 Bab. 20 hampir saja
21 Bab.21 Tidak pulang
22 Bab.22 Merasa bersalah
23 Bab.23 Siapa?
24 Bab.24 Alina kesepian
25 Bab.25 Revan membeli cincin
26 Bab.26 Senam Jantung
27 Bab.27 Mencairkan hati Alina
28 Bab.28 kalau hamil gimana
29 Bab. 29 Membeli Apartemen
30 Bab.30 Pertengkaran Pasangan suami istri
31 Bab.31 Lenna Hamil
32 Bab.32 pesan yang dikirim Lenna
33 Bab.33 Ŕencana Alina
34 Bab.34 Ketahuan
35 Bab. 35
36 Bab. 36 Revan kebingungan
37 Bab.37
38 Bab.38
39 Bab.39 Fakta yang menyakitkan
40 Bab.40
41 Bab.41
42 Bab.42
43 Bab.43 Rumit
44 Bab.44
45 Bab.45
46 Bab.46
47 Bab.47
48 Bab.48 Sidang pertama
49 Bab.49 Lenna semakin menjadi-jadi
50 Bab.50 Pesan Yang dibaca Revan
51 Bab 51 Resmi bercerai
52 Bab 52 Pertemuan yang tidak sengaja
53 Bab 53 Upaya penculikkan
54 Bab.54 Masih selamat
55 Bab.55 Mulut pedas Mama Rita
56 Bab.56
57 Bab.57 Sebuah kebenaran
58 Bab.58
59 Bab.59
60 Bab.60 Kiriman Video
61 Bab.61 Ancaman
62 Bab.62 Mendatangi Lenna kekantor
63 Bab.63
64 Bab.64
65 Bab.65 sebuah rencana
66 Bab. 66
67 Bab. 67
68 Bab.68
69 Bab. 69 tertangkap
70 Bab.70 Cibiran
71 Bab.71
72 Bab.72
73 Bab.73
74 Bab.74
75 Bab.75
76 Bab.76
77 Bab.77
78 Bab.78
79 Bab. 79
80 Bab.80
81 Bab.81
82 Bab.82
83 Bab.83 Kecelakaan
84 Bab.84
85 Bab. 85
86 Bab. 86
87 Bab.87
88 Bab. 88
89 Bab.89
90 Bab.90
91 Bab.91
92 Bab.92
93 Bab. 93
94 Bab.94
95 Bab.95
96 Bab. 96 cidera
97 Bab.97
98 Bab.98
99 Bab.99
100 Bab.100
101 Bab. 101
102 Bab. 102
103 Bab.103
104 Bab 104
105 Bab.105
106 Bab. 106
107 Bab.107
108 Bab.108
109 Bab.109
110 Bab. 110
111 Bab. 111
112 Bab.112
113 Bab.113
Episodes

Updated 113 Episodes

1
Pelakor itu Sahabatku
2
bab 2. Tamu tak terduga
3
bab.3 tak sengaja bertemu
4
Bab.4 Kedatangan mama mertua
5
Bab.5 Malam bahagia bagi Alina
6
Bab.6 Bertemu Lenna
7
Bab.7
8
Bab.8 Mulai Mendekati Revan
9
Bab.9 Malam panas yang tak sengaja
10
Bab.10 Revan semakin Penasaran
11
Bab.11 Revan tersiksa
12
Bab.12 Merasa Aneh
13
Bab.13 Bertemu Mama Mertua
14
Bab.14 Makan Malam
15
Bab.15 Akal-akalan Lenna
16
Bab.16 Revan Mulai Nakal
17
Bab.17 Tergoda
18
Bab. 18 Alin mengajak Lenna menginap
19
Bab.19 Suara aneh
20
Bab. 20 hampir saja
21
Bab.21 Tidak pulang
22
Bab.22 Merasa bersalah
23
Bab.23 Siapa?
24
Bab.24 Alina kesepian
25
Bab.25 Revan membeli cincin
26
Bab.26 Senam Jantung
27
Bab.27 Mencairkan hati Alina
28
Bab.28 kalau hamil gimana
29
Bab. 29 Membeli Apartemen
30
Bab.30 Pertengkaran Pasangan suami istri
31
Bab.31 Lenna Hamil
32
Bab.32 pesan yang dikirim Lenna
33
Bab.33 Ŕencana Alina
34
Bab.34 Ketahuan
35
Bab. 35
36
Bab. 36 Revan kebingungan
37
Bab.37
38
Bab.38
39
Bab.39 Fakta yang menyakitkan
40
Bab.40
41
Bab.41
42
Bab.42
43
Bab.43 Rumit
44
Bab.44
45
Bab.45
46
Bab.46
47
Bab.47
48
Bab.48 Sidang pertama
49
Bab.49 Lenna semakin menjadi-jadi
50
Bab.50 Pesan Yang dibaca Revan
51
Bab 51 Resmi bercerai
52
Bab 52 Pertemuan yang tidak sengaja
53
Bab 53 Upaya penculikkan
54
Bab.54 Masih selamat
55
Bab.55 Mulut pedas Mama Rita
56
Bab.56
57
Bab.57 Sebuah kebenaran
58
Bab.58
59
Bab.59
60
Bab.60 Kiriman Video
61
Bab.61 Ancaman
62
Bab.62 Mendatangi Lenna kekantor
63
Bab.63
64
Bab.64
65
Bab.65 sebuah rencana
66
Bab. 66
67
Bab. 67
68
Bab.68
69
Bab. 69 tertangkap
70
Bab.70 Cibiran
71
Bab.71
72
Bab.72
73
Bab.73
74
Bab.74
75
Bab.75
76
Bab.76
77
Bab.77
78
Bab.78
79
Bab. 79
80
Bab.80
81
Bab.81
82
Bab.82
83
Bab.83 Kecelakaan
84
Bab.84
85
Bab. 85
86
Bab. 86
87
Bab.87
88
Bab. 88
89
Bab.89
90
Bab.90
91
Bab.91
92
Bab.92
93
Bab. 93
94
Bab.94
95
Bab.95
96
Bab. 96 cidera
97
Bab.97
98
Bab.98
99
Bab.99
100
Bab.100
101
Bab. 101
102
Bab. 102
103
Bab.103
104
Bab 104
105
Bab.105
106
Bab. 106
107
Bab.107
108
Bab.108
109
Bab.109
110
Bab. 110
111
Bab. 111
112
Bab.112
113
Bab.113

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!