Langit malam sudah gelap saat Alex kembali ke mansion. Langkahnya tergesa, wajahnya terlihat tegang. Pintu utama terbuka dengan cepat, membuat Antonio, kepala pelayan yang selalu tenang, tersentak dari posisinya di dekat ruang tamu.
"Antonio!" seru Alex, suaranya berat dan penuh tekanan. "Di mana Elena?"
Antonio, yang sejak tadi gelisah, segera berdiri tegap. "Tuan Alex, Ny. Elena pergi tadi pagi. Dia bilang ingin mengunjungi ayahnya."
Alex mengerutkan kening, matanya menatap tajam kepala pelayan itu. "Aku tahu dia pergi ke rumah ayahnya. Aku sudah ke sana, tapi dia tidak ada! Kenapa kau tidak melapor padaku saat dia pergi?"
Wajah Antonio berubah pucat. Ia menunduk, berusaha menjelaskan. "Maaf, Tuan. Ny. Elena meminta saya untuk tidak menghubungi Anda. Dia berjanji akan memberitahu Anda sendiri. Saya hanya mengikuti keinginannya."
Alex melangkah mendekat, suaranya naik setingkat. "Kau bekerja untukku, Antonio, bukan untuk Elena! Tugasmu adalah memastikan aku tahu di mana dia berada. Dia adalah istriku!"
Antonio mencoba tetap tenang meskipun jelas ia merasa terpojok. "Saya paham, Tuan Alex. Tapi saya tidak ingin melanggar kepercayaan Ny. Elena. Saya kira dia akan kembali dengan selamat."
Kemarahan Alex semakin membuncah. Dia menabrak meja terdekat dengan tangan, membuat gelas di atasnya berguncang. "Kau kira? Kau tidak tahu apa yang bisa terjadi di luar sana! Elena adalah segalanya bagiku. Jika sesuatu terjadi padanya, itu salahmu!"
Kepala pelayan itu tidak membela diri lagi. Ia hanya menunduk dalam-dalam, menerima luapan emosi majikannya.
Alex memijit pelipisnya, mencoba menenangkan diri meskipun kemarahannya belum reda. Pikirannya dipenuhi kekhawatiran. Elena tidak hanya sekadar pergi tanpa kabar; dia membawa bagian terbesar dari hidup Alex bersamanya.
"Siapkan mobil," kata Alex akhirnya, nadanya lebih dingin namun tetap penuh tekanan. "Aku akan mencarinya sendiri. Jika dia kembali sebelum aku, pastikan kau memberitahuku secepatnya."
Antonio membungkuk dalam-dalam. "Baik, Tuan Alex. Maafkan saya atas kelalaian ini."
Tanpa menunggu jawaban, Alex berbalik dan melangkah menuju pintu, tatapannya penuh tekad. Ia tidak akan membiarkan malam ini berlalu tanpa menemukan istrinya. Di dalam hati, ia tahu bahwa apa pun yang Elena alami, ia harus segera berada di sisinya, membawa pulang senyum yang sudah terlalu lama hilang dari mansion ini.
***
Alex duduk di kursi pengemudi, kedua tangannya mencengkeram setir dengan kuat. Matanya terfokus pada layar ponselnya yang menunjukkan lokasi Elena melalui fitur berbagi lokasi di Google Maps. Titik biru di layar itu terus bergerak, menunjukkan bahwa Elena kini berada jauh di luar kota—di daerah yang terkenal dengan tingkat kejahatannya, terutama saat malam hari.
"Kau gila, Elena," gumam Alex dengan nada campuran marah dan cemas. Ia segera menekan pedal gas, mobilnya melaju cepat meninggalkan jalan utama menuju kawasan yang semakin gelap dan sepi.
Langit di atas gelap tanpa bintang, hanya lampu jalan yang jarang dan redup menemani perjalanan Alex. Jalanan mulai bergelombang dan penuh lubang, menambah suasana suram yang membuat dadanya semakin sesak. Ia tidak peduli. Yang ada di pikirannya hanya satu hal: menemukan Elena sebelum sesuatu yang buruk terjadi.
Setelah hampir satu jam menyusuri jalanan, Alex akhirnya tiba di titik yang ditunjukkan oleh peta. Tempat itu adalah kawasan tua yang sepi, penuh dengan bangunan rusak dan jalanan yang nyaris tak berpenghuni. Mobilnya melambat, matanya terus mencari sosok Elena di antara bayang-bayang gelap.
Ponselnya berdering. Itu panggilan dari Antonio. Dengan cepat ia mengangkatnya.
"Tuan Alex, apakah Anda sudah menemukan Ny. Elena?" tanya Antonio dengan suara penuh kekhawatiran.
"Belum, tapi aku sudah di lokasi terakhir yang ditunjukkan ponselnya," jawab Alex, suaranya tegas meskipun dadanya dipenuhi kecemasan. "Jika dia menghubungi mansion, beri tahu aku segera."
"Baik, Tuan."
Alex memutuskan panggilan itu dan melanjutkan pencarian. Ia keluar dari mobil, membiarkan pintunya terbuka agar ia bisa segera kembali jika situasi mendesak. Udara malam terasa dingin dan menusuk, tetapi itu tidak mengurangi tekadnya.
Saat menyusuri jalan, ia melihat beberapa orang yang mencurigakan berkumpul di sudut gang. Mata mereka mengikuti langkah Alex dengan penuh curiga. Alex tidak memperdulikan mereka, tetapi ia tahu ia harus berhati-hati. Kawasan ini terkenal dengan begal yang tidak segan-segan melukai korbannya.
Beberapa langkah kemudian, Alex melihat sesuatu yang membuatnya berhenti. Di bawah lampu jalan yang berkedip-kedip, ia melihat sosok wanita yang duduk di tepi trotoar, tubuhnya meringkuk seolah-olah mencoba melindungi diri dari dunia. Itu Elena.
"Elena!" seru Alex, suaranya penuh emosi.
Elena mendongak, wajahnya basah oleh air mata. Ketika melihat Alex, ia langsung berdiri dengan gemetar. "Alex... aku..."
Alex berlari menghampirinya dan langsung menariknya ke dalam pelukan. "Apa yang kau pikirkan? Kenapa kau bisa sampai di sini?!" suaranya terdengar marah, tetapi ada nada lega yang mendominasi.
"Aku hanya ingin waktu sendiri... tapi aku tidak tahu di mana aku sekarang," jawab Elena dengan suara serak.
Alex menggenggam wajahnya, menatapnya dengan tajam. "Ini bukan tempat untuk wanita sepertimu, Elena. Tempat ini berbahaya. Kita harus pergi sekarang."
Namun, sebelum mereka sempat melangkah menuju mobil, sekelompok pria dari gang yang tadi mengawasi Alex mulai mendekat. Tatapan mereka dingin dan penuh niat jahat.
"Kelihatannya kalian tersesat di tempat yang salah," salah satu dari mereka berkata dengan nada mengejek, sambil memainkan pisau kecil di tangannya.
Alex segera berdiri di depan Elena, melindunginya. Ia menatap pria-pria itu tanpa gentar, meskipun ia tahu situasinya tidak menguntungkan. "Kami tidak mencari masalah. Biarkan kami pergi, dan tidak akan ada yang terluka."
Pria itu tertawa pelan, diikuti oleh teman-temannya. "Sayangnya, kami memang suka mencari masalah. Apalagi kalau hadiahnya seistimewa ini," katanya sambil melirik Elena.
Alex mengepalkan tangannya, bersiap untuk apa pun yang akan terjadi. Ia tahu bahwa malam ini, ia harus melakukan apa pun untuk melindungi Elena—tidak peduli apa risikonya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments