Sinta melangkahkan kakinya sangat cepat karena dia ingin memaki orang yang telah membuat sahabat baiknya itu benjol.
"Hei! Orang gila. Apa maksud lo lempar kerikil ke temen gue. Lo fikir dong pake otak lo kalau itu bisa bahayain nyawa temen gue. Gimana kalau tadi yang kena bukan jidadnya dan malah kena matanya. Emang lo mau tanggung jawab." Bentak Sinta kepada orang yang masih asik tertawa sambil memegangi perutnya dan menundukan wajahnya karena terus tertawa.
Key yang dibentak pun mendonggakan kepalanya dan menatap Sinta dengan air mata yang keluar dari ujung matanya karena terus tertawa. Key menghapus air matanya dengan jarinya.
Sinta sangat kagum dengan wajah tampan laki-laki yang telah membuat sahabatnya itu benjol. Dia tak henti-hentinya menatap wajah Key yang sangat tampan.
"Uwaahhh... akhirnya pangeranku datang." Ucap Sinta dalam hati, melupakan tujuan utamanya untuk memaki laki-laki yang ada dihadapannya.
Sementara itu Biola hanya bisa menatap jengah ke arah Laki-laki yang saat ini menjadi calon suaminya Sambil memegangi kepalanya yang benjol.
"Sorry sorry..... gue gak sengaja. Tapi lo tenang aja, gue pasti akan tanggung jawab sampai maut memisahkan kita." Ucap Key ngasal karena dia masih sangat puas melihat Biola benjol karena ulahnya. Sungguh rasa lelah dan sial nya karena harus mencari Biola terasa terbalaskan dengan melihat Biola benjol.
Perkataan Key barusan membuat Sinta kaget dan terbangun dari lamunannya. Sementara Biola malah bungkam sambil terkejut dengan ucapan Key entah apa yang dia fikirkan, tak ada yang tau. Meski Biola sendiri tak peduli dengan pernikahannya tapi perkataan Key barusan membuat hatinya sedikit meleleh setelah 15 tahun membeku. Walau dia sendiri tau itu hanyalah candaan dari Key tapi tetap saja Biola juga wanita, sedingin-dinginnya Biola kepada orang lain. Pasti suatu saat nanti hatinya akan luluh kepada salah satu orang yang dia anggap penting.
"Hei Beo, kalau punya hp tuh dipake bukannya dijadiin pajangan doang." Ucap Key kembali menghina Biola.
Sinta yang mendengar perkataan Key, jadi bingung dan menatap Key yang menatap Biola. Sunggu Sinta lupa dengan tujuan awalnya untuk memarahi Key.
"Eh.. dia bilang Beo? Siap Beo? Apa maksudnya burung Beo? Tapi disini kan gak ada burung Beo? Dan tadi dia bilang handphone? Emang burung Beo sekarang udah bawa handhpone ya?" Fikir Sinta yang entah kenapa jadi **** saat mendengar ucapan Key kepada Biola yang akan bertanggung jawab sampai maut memisahkan mereka.
"Tunggu tunggu... bukannya gue mau marah-marah karena sahabat baik gue dilempar batu kerikil? Yah walaupun dingin dia tetap sahabat baik gue." Gumam Sinta yang baru tersadar dan menatap marah ke arah Key. Sementara yang ditatap malah menatap Biola sambil tersenyum-senyum mengingat kejadian tadi yang menurutnya lucu.
"Tunggu, siapa yang lo sebut Beo?." Tanya Sinta yang sudah kembali normal walau hatinya tak sanggup menatap wajah tampan Key yang dapat meluluhkan hati seorang wanita. Tapi dia juga harus menegakan ke adilan untuk sahabat dinginnya itu. Walaupun dia sering dikacangin saat bercerita atau berbicara dengan Biola tapi apa boleh buat itulah resikonya memiliki sahabat yang sifatnya seperti patung es.
Tanpa menjawab pertanyaan Sinta, Key menarik tangan Biola yang sedari tadi bungkam dan menatap Key dengan tatapan dinginnya. Tapi tatapan dinginnya sepertinya mental saat diarahkan kearah Key. Karena cowok itu terlihat seperti sinar matahari yang dapat melelehkan dinginnya gunung es.
Sinta yang menyadari sahabatnya dibawa pergi dengan segera menarik tangan Biola yang satunya dan aksi tarik menarik patung es yang sedari tadi diam dan mengeluarkan aura dinginpun terjadi.
"Woy.. sahabat gue mau lo bawa kemana? Lo mau nyulik sahabat gue ya?." Bentak Sinta sambil menarik tangan Biola.
"Eh lo cewek barbar! Lepasin gak tangan si Beo dari tangan lo." Bentak Key yang sama-sama saling tarik menarik tangan Biola.
Bio-Bio... tangan ditarik-tarik bukannya ngomong sakit atau apa kek. Ini mah malah diem bae. Ngerasa jadi tambang kali ya.
"Beo-Beo! BIOLA inget tuh nama sahabat gue." Sentak Sinta yang tak terima sahabtnya disamakan dengan burung beo yang cerewet. Orang sahabatnya ini sedingin es dan secuek batu yang kalau diajak ngomong diem aja. Ya kalau mau membuat panggilan itu yang sesuai karakternya kek. Seperti teman-teman kampusnya memanggil Biola dengan julukan patung es, gunung es, batu bata, atau apalah yang sejenisnya. Saut Sinta dalam hati.
Biola yang sudah merasakan lelah dan sakit dikedua tangannya yang rasanya serasa mau putus itu. Akhirnya menghempaskan kedua tangan yang menarik-nariknya dan mulai angkat bicara.
"Ada apa lo kesini?" Tanya Biola to the point kepada Key. Pada saat tangan Key dan Sinta telah ia hempaskan.
"Disuruh Mama jemput lo!" Jawab Key sewot. Entah kenapa mendengar nada bicara Biola membuat moodnya jadi rusak.
"Ya udah ayo!" Ajak Biola yang lebih dulu keparkiran.
"Sialan ni cewek, gue udah nungguin dia setengah jam dimobil. Juga harus menghadapi mahasiswa-mahasiswi aneh plus gila di kampusnya untuk mencarinya. Eh.... dia nya malah begitu aja." Gerutu Key dalam hati sambil mengikuti Biola dari belakang dan meninggalkan Sinta yang bingung sendiri disana.
Sungguh ingin sekali Key mencekik leher Biola yang mulus itu. Tapi jika dia melakukannya maka dia akan pergi kesurga karena dibunuh oleh Mamanya sendiri.
"Bio... lo kok ikut sama orang gila itu?." Teriak Sinta yang mendapat tatapan tajam dari Key.
"Gue ijin ya!." Ucap Biola dari kejuhan dan Sinta hanya bisa meng 'iya' kan ucapan Biola karena Biola sudah jauh darinya.
Sungguh Sinta merasa aneh dengan apa yang terjadi. Ingin Bertanya tentang laki-laki itu kepada Biola sabatnya itu nanti setelah Biola pulang. Tapi dia juga takut dikacangin lagi oleh Biola. Sungguh ini lah resiko punya sahabat dingin plus cuek kayak Biola.
___________________
Sesampainya diparkiran, Biola dan Key langsung masuk mobil. Key pun tak henti-hentinya menggerutu dalam hati melihat sikap Biola yang benar-benar seperti sebuah batu.
Sunggu Key saat ini merasa dirinya sedang bersama sebuah patung es yang berbentuk manusia, bukan lagi bersama manusia. Bagai mana tidak, orang ketika dilempar kerikil oleh orang lain pastinya akan marah-marah kepada orang yang melemparnya. Tapi ini? Yang marah bukannya orang yang terkena batu malahan sahabatnya yang ada disampingnya. Dan dia malah bersikap cuek dan acuh. Apa dia tida merasakan sakit? Udah gitu nyusahin orang lagi.
Itulah gerutuan Key dalam hati dan masih banyak lagi yang tidak dapat author ungkapkan dengan kata-kata.
Key sesekali mencuri-curi pandang kepada Biola yang ada disampingnya. Dia melihat benjol dikening Biola yang memang karena ulahnya tadi. Entah kenapa dia menjadi meras bersalah. Dan tiba-tiba dia teringat dengan tujuan utamanya untuk membawa Biola ke Mama tercintanya. Dan jika Mama tercintanya itu bertanya soal benjol yang ada di kening Biola, bisa-bisa dia kena omel dan kena pukul oleh Mamanya. Membayangkan nya saja sudah membuat Key merinding, apa lagi kalau sampai terjadi?. Sungguh Key tak ingin membayangkannya lagi.
Key pun menghentikan Mobilnya disebuah rumah sakit terbesar di kota itu. Biola yang merasa heran karena diturunkan di rumah sakitpun tetap diam. Yah itulah sifat Biola yang emang irit bicara. Toh nanti juga tau. Itulah fikir Biola saat ini.
Key keluar dari mobilnya dan berputar untuk membukakan pintu mobil Biola. Biola yang dibukakan pintu mobil pun memicingkan alisnya, merasa heran dengan perubahan sikap Key kepadanya. Tapi dia masa bodo dengan semua itu.
Key menarik tangan Biola dengan cara digandengnya masuk kedalam rumah sakit. Biola sangat terkejut pada saat Key tiba-tiba menggandengnya. Tapi dia tetap menurut dan mengikuti kemanapun Key menariknya.
Hingga tibalah saat ini Biola dirawat oleh seorang Dokter terbaik dirumah sakit itu. Biola benar-benar tak habis fikir dengan ulah calon suaminya itu yang langsung membawanya kerumah sakit besar hanya untuk mengobati benjolnya dan menyamarkan bekas luka itu agar tidak terlihat.
Sungguh Biola bisa menebak apa yang terjadi pada saat Key bilang kepad Dokter yang akan merawat Biola kalau dia harus mengobati Biola dan menyamarkan bekas benjol dan warna keungu-unguan akibat benjol itu dengan sedikit mengancam.
Pastinya ada udang dibalik bakwan, dengan apa yang dilakukan Key saat ini. Selesai mengobati Biola, Key langsung membawa Biola ke rumah utama keluarga Kristian.
Didalam perjalanan Key sedikit angkat bicara sambil sesekali melirik kening Biola yang saat ini sudah tidak terlihat lagi bekas benjol itu.
"Jangan beritahu Mama soal apa yang terjadi tadi siang dikampus." Ucap Key membuka suara.
"Yang mana?" Balas Biola pura-pura bodoh.
Key merasa geram mendengar perkataan Biola tapi dia tetap menjawabnya juga.
"Soal gue gak sengaja nendang batu kerikil dan batu kerikil itu kena kening lo." Jawab Key tanpa menatap Biola yang selalu membuatnya naik darah saat berbicara dengan manusia dingin dan pelit bicara itu.
"Disengaja?" Ulang Biola sambil tersenyum mengejek.
"Cih... orang dia seneng gitu. Dia bilang gak disengaja." Cibir Biola dalam hati sambil tersenyum sinis.
Sungguh Key ingin sekali mencekik wanita yang ada disampingnya ini pada saat melihat Biola tersenyum sinis sambil mengulang perkataan Key. Saking kesalnya dia jadi bungkam karena takut dapat penyakit jantung jika terus marah-marah.
__________________
Terima kasih sudah mau mampir.
Ikuti terus ya ceritanya 😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Dhika Ahmad
mantaplah poko na mah
2022-08-26
0
Dhika Ahmad
hahahaha
2022-08-26
0
Mis Nia
seru seru seru.banget cerita nya
2022-01-28
0