Melihat sang suami yang tidak bergerak sama sekali. Malia pun lantas segera menyiapkan diri. Bukan hanya sekedar ucapan atau perkataan semata, Malia benar-benar memasukan sebagian pakaiannya ke dalam koper mini yang akan ia bawa.
Ardi hanya diam dan pasrah saja. Pria itu menurut dengan apa kata Istri. Selama hidup dengan Malia, Baru ini Ardi melihat istrinya membangkang. Tentu saja Ardi merasa semakin merasa bersalah, Karena hanya satu kebohongan membuat semua keluarga dari sang istri kecewa padanya.
"Jangan banyak diam mas... Mumpung masih pagi kita harus segera berangkat agar lebih cepat sampai. .."Ujar Malia seraya memasukan ponselnya ke dalam tas.
"Kamu yakin mau kesana?" Tanya Ardi kepada sang istri. Sungguh jika boleh jujur, Ardi belum siap datang ke tempat dimana ia di lahirkan dulunya. Bukan tak siap karena takut, Hanya saja Ardi takut membayangkan reaksi orang sana saat melihat dirinya datang.
"Menurutmu mas..?Aku tahu mas..Aku ini juga korban disini! Korban keegoisan kamu..Tapi tetap saja aku merasa bersalah sama mendiang istri kamu..
"Mantan Malia.. Aku dan Nisa sudah berpisah..
"Kamu yang menceraikan nya dan menganggapnya bukan istri lagi. Tapi apa Anisa menganggap kamu mantan suami? Aku rasa enggak.."Sanggah Malia, Sebenarnya nama itu sangat tak asing di telinga Malia. Akan tetapi wanita itu segera menepis pikirannya.
Usai mengatakan itu, Malia keluar dari kamarnya di ikuti oleh Ardi. Tak ada pilihan lain selain ikut saja.
Begitu sampai di lantai bawah,,Malia berpapasan dengan sang putra Arkana dan ayahnya Tuan Faiz yang duduk santai sambil minum teh.
"Mama beneran ingin pergi kesana ma.."Malia tersenyum.
"Iya sayang.. kamu doakan saja,, Siapa tahu adik kamu ketemu..Jadi kita bisa tinggal bareng deh..."Arkana hanya tertawa. Sejak kecil Arkana memang sangat menginginkan seorang adik, Tapi sayang sang ibu hanya punya kesempatan untuk punya anak satu kali. Andai putri dari ayahnya cepat di temukan. Arkana pasti sangat senang. Tak apalah hanya sekedar adik tiri, Yang penting ia punya adik dan akan ada orang yang akan memanggilnya kakak.
"Pa,.Malia pamit ya.."Malia mencium tangan Tuan Faiz begitupun dengan Ardi.
"Hati-hati kalian di jalan ya..Semoga kalian dapat membawa cucu papa pulang.." Pesannya. Lihat, Bahkan Tuan Faiz menganggap putri dari Ardi cucunya. Padahal pria itu tidak tahu anak dari menantunya seperti apa. Terbukti jika keluarga Tuan Faiz memang sangat baik, Dan salahnya Ardi memanfaatkan kebaikan orang-orang itu.
Sepasang suami dan istri paruh baya itu akhirnya pun sudah berangkat. Keduanya menaiki mobil duduk di kursi bagian belakang dengan seorang pria sebagai supirnya.
Selama perjalanan Ardi tak dapat memejamkan matanya. Rasa sesal itu membuat sudut hatinya merasa nyeri. Sungguh dirinya telah berdosa karena meninggalkan istri dan anaknya hanya demi nafsu semata.
Perjalanan dari kota ke desa terpencil kelahiran Ardi cukup memakan perjalanan yang begitu lama karena memang cukup jauh. Mereka berangkat pagi hari, Dan mereka sampai di desa tersebut tepat pukul tiga dini hari. Jalan yang mereka tempuh tidak sesusah dulu. Semua mengalami banyak perubahan.
"Sudah sampai Lut?
"Sudah Nyonya.. "Sahut supir yang bernama Lutfi itu. Wanita itu turun dari kendaraan roda empatnya dan di ikuti oleh Ardi juga.
"Setelah ini kita kemana mas?" Tanya Malia kepada sang suami..
"Kita istirahat di masjid itu dulu yuk..nanti setelah pagi kita cari penginapan..."Malia mengangguk, Wanita itu lebih memilih untuk jalan kaki saja.
Keduanya mampir di sebuah masjid di desa itu. Bahkan mereka melakukan sholat berjamaah bersama. Setiap orang dari warga sana datang untuk sholat berjamaah. Mereka menatap heran Ardi, Mereka seolah mengenal pria itu.
"Kayak kenal? Siapa ya? "Bisik salah satu dari mereka.
"Iya..Kayak gak asing gitu...
"Udah ah!! Mending kita sholat dulu... "Mereka mengangguk dan mulai sholat berjamaah.
Tak terasa waktu terus berjalan. Kini jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, Malia meminta sang supir untuk membelikan makanan. Tak butuh waktu lama, Sang supir datang dengan tiga bungkus nasi pecel.
Malia langsung membuka bungkus nasi tersebut, Karena memang tidak ada sendok. Malia mencuci tangannya dan makan menggunakan tangan. Sementara Ardi hanya diam, Pria itu menatap makanan yang selama belasan tahun tak ia santap itu. Jangankan di santap, Di buka bungkusnya saja tidak.
"Kenapa gak di makan mas?
"E, Ini mau di makan kok..
"Kenapa? gak suka?" Tanya Malia menatap nasi pecel yang belum terbuka itu " Ingat mas..Sebelum kamu jadi Tuan besar. Kamu pernah melarat disini.. Dan pasti makanan ini adalah makanan yang paling enak yang pernah kamu makan.." Ardi menoleh ke arah sang istri. Ardi kaget mendengar sang istri melontarkan ucapan semacam itu.
Ardi hanya bisa menghela nafas panjang. Tidak salah, apa yang Malia katakan itu memang benar apa adanya.
.
.
.
Ardi mengajak Malia ke rumah Pak RT yang berada di sana. Dan tak pernah di sangka bahwa yang menjadi Pak RT di desa itu adalah temannya dulu ketika masih bekerja sebagai nelayan.
"Pantas saja aku seperti tidak asing saat melihatmu di masjid. Ternyata kau Ardi.. Ya sudah yuk masuk dulu.." Ardi dan Malia akhirnya masuk ke dalam rumah pak RT yang bernama Yusuf itu.
Yusuf mempersilahkan Ardi dan Malia duduk. Keduanya pun duduk, Tak lama kemudian istri dari yusuf datang dengan dua gelas minuman teh.
"Silahkan di minum..
"Iya.. terimakasih.." Setelah berbincang cukup lama, Kini Malia mengutarakan niatnya datang ke desa ini. Pak Yusuf pun hanya bisa mengangguk-anggukan kepalanya.
"Jadi kalian datang hanya ingin tahu kabar tentang Nisa?
"Benar.. Suami saya telah melakukan suatu kesalahan di masa lalu. Dimana dia meninggalkan istri dan putrinya. Dan jujur saya tidak tahu tentang semua itu.. Dan semua terbongkar baru-baru ini.. "Semua Malia ceritakan. Tak ada yang wanita itu sembunyikan, Semua Malia ucapkan. Tanpa ada yang di lebih-lebihkan, Dan tak ada pula yang di kurangi.
Sementara Ardi sendiri hanya diam menunduk. Ia tak mampu untuk berucap sepatah katapun.
"Yang saya tahu.. Semenjak di tinggal oleh Ardi, Nisa seolah kehilangan semangat. Benar, Wanita itu bekerja untuk menghidupi dirinya dan putrinya, Mawar.. Tapi Nisa tidak pernah tersenyum.. Setiap habis sholat Maghrib. Dia keluar dan duduk di depan rumah sambil mengaji.. Dan jika ada yang bertanya jawabannya selalu sama.."Menunggu ayah Mawar pulang"
Deg!
Malia yang mendengarnya pun ikut teriris. Dia hanya mendengar ceritanya saja sudah sakit sekali Apalagi Anisa yang mengalaminya langsung. Di tinggal suami bekerja, Pulang-pulang langsung di ceraikan. Hati wanita mana yang tak sakit? Hati wanita mana yang tak hancur?
"Anisa..Maafkan aku ..
.
.
.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Teh Euis Tea
mungkinkah anisa itu ade kandung malia yg pergi karna cintanya sm ardi yg rela berbakti pd ardi tp jahatnya ardi telah menyia2kan anisa bersama mawar
2024-08-12
2
Lastiar Hasibuan
penasaran juga aku Ama Malia yg mengatakan nama Anisa g tidak asing baginya....klu tebakan aku sih pasti Anisa itu adik kandungnya Malia. tp smuanya itu hanya authorr yg taw ....
dan yg sebenarnya Ardi juga sangat mencintai Anisa tp apa boleh buat keadaan yg membuat Ardo berpaling dari Nisa ,,
siapa orang yg memilih susah klu di luar sana ada yg membuat kita hidup bagai di atas kasur yg empuk .....bisa melihat dan merasakan bagaimana indahnya kehidupan yg bergelimangan harta...dari pada hidup susah, hanya orang munafik yg sok gila pujian yg maw menyandang gelar biar miskin yg penting bahagia katanya...... ya ga authorr ????
yg semangat upnya kakak
2024-08-12
1
𝑸𝒖𝒊𝒏𝒂
tpi sayang, mawar jdi slah paham dikira kmu yg merebut ayah'y dri ibu'y, smua brawal dri si ardi 😡
2024-08-11
1