Hari sudah menunjukan Senja, dan matahari perlahan mulai tenggelam. Langit yang tadinya berwarna oranye, kini telah berubah menjadi Biru gelap, yang menyelimuti seluruh langit Negara Pendragon Hall.
Setelah selesai membalut seluruh Luka Gen dengan Perban, Beliana berjalan keluar kamar dengan cara berjinjit, supaya tidak membangunkan Gen yang sedang terlelap. Setelah tiba di depan Kamar, ia langsung menutup pintu kamar Gen dengan sangat perlahan, supaya tidak menimbulkan bunyi berderit.
Setelah selesai melakukan urusanya dengan Gen, ia langsung berjalan menuju Sofa yang ada di Ruang keluarga, dan mengambil posisi duduk disamping Selvia.
Terukir Jelas di Wajah Selvia, Sebuah ekspresi khawatir dan cemas terhadap kondisi Gen kala itu. Beliana langsung melebarkan senyumnya, lalu memulai Topik obrolan agar suasana tidak terlalu canggung.
"Hei, kenapa kau mengkhawatirkan Kak Gen?" Tanya Beliana, dengan ekspresi penasaran.
"Aku tidak ingin, kejadian itu terulang lagi," Jawab Selvia singkat.
Jelas sekali, bahwa Selvia tidak ingin membicarakan hal ini lebih jauh. Beliana langsung mengubah arah pembicaraan mereka, supaya Suasana tidak tegang.
"Hmm, berapa lama kau tinggal disini?" Beliana langsung melontarkan topik pembicaraan.
"Hmm, pertamakali kesini, Gen berumur 10 Tahun. Sekarang, berarti aku sudah 5 Tahun tinggal disini," Jawab Selvia.
Beliana agak terkejut, ketika mendengar Pernyataan yang terlontar oleh Selvia. Itu berarti, Selvia ada disini semenjak Gen masih Anak-anak.
"Serius?! Wow, bagaimana Kak Gen waktu itu?" Tanya Beliana, yang nampaknya mulai tertarik tentang pembahasan ini.
Selvia tertawa kecil, ketika ia mengingat Gen dulu. Bagi Selvia, pertumbuhan Gen begitu cepat. Itu jelas, karena Selvia adalah Elf, yang Mana waktu berlalu bagi Ras elf sangat singkat.
"Ya, dia dulu adalah bocah kecil yang sangat Konyol. Dia bilang, Mimpinya adalah untuk membuat Dunia yang damai, tanpa adanya Kejahatan," Jelas Selvia.
"Wah, Itu mimpi yang besar," Beliana berdecak kagum.
Selvia tersenyum, sambil sesekali melirik ke kamar Gen, supaya ia tidak tahu bahwa mereka berdua sedang membicarakan dirinya.
"Oh iya, apakah Kak Gen punya orang tua?" Celetuk Beliana.
Sontak, Senyuman yang terukir di Wajah Selvia perlahan memudar. Beliana yang sudah terlanjur mengatakan hal tersebut langsung merasa tidak enak, namun ia tidak dapat menarik kata-katanya lagi.
"Gen Yatim Piatu sejak aku datang kemari. Kala itu, hanya Paman Jack yang menjaganya. Sekarang, Gen sudah sah menjadi Kepala keluarga di Keluarga Arion." Jawan Selvia.
Mereka larut dalam suasana hening, selepas Selvia menceritakan tentang kisah singkat Gen. Rasanya, kisahnya sama sekali tidak kontras dengan kepribadian yang Gen miliki.
"Paman Jack menjaganya, supaya Gen tidak dititipkan di Panti asuhan. Sekarang, paman Jack pergi karena ia sudah cukup yakin Bahwa Gen dapat hidup mandiri sekarang," Lanjut Selvia.
"Tapi, Kak Gen tetap dapat tertawa setelah menerima semua itu. Anak yang unik." Gumam Beliana.
Keadaan pun sempat Hening beberapa saat, karena tidak ada lagi topik yang ingin dibahas. Tiba-tiba, terbesit sebuah Ide yang cemerlang dari benak Selvia.
"Oh iya Bel, Kau belum pernah berkeliling Negeri ini kan?" Mata Beliana langsung berbinar, ketika mendengar pertanyaan Selvia.
"Iya, 2 hari ini aku hanya berdiam diri di Rumah Kak Gen, sementara Kau pergi ke Akademi Ksatria," Ucap, Beliana sambil menggembungkan pipinya.
"Kalau begitu, bagaimana jika besok. Aku akan mengajakmu ke Ibu kota [Pendragon Hall]" Sontak, Beliana langsung terkejut sekaligus senang ketika mendengar hal ini.
"Eh, Kau Serius?! Janji ya!" Desak Beliana.
"Iya. Tapi, kalau aku tidak mendapat panggilan mendadak ya," Ujar Selvia.
"Semoga saja, Selvia tidak pergi ke Akademi esok hari,"
Mereka tertawa kecil dengan suara yang tidak terlalu kencang, supaya Gen tidak terbangun mendengar mereka berdua.
"Baiklah, sana tidur! Agar besok kau tidak kesiangan." Selvia bangkit dari Sofanya, lalu berjalan menuju Kamar.
Beliana pun mengangguk, lalu mengikuti Selvia dari belakang. Dia langsung mencuci muka, kemudian Gosok gigi, lalu Langsung merebahkan diri disamping tubuh Selvia yang sudah terlelap.
Entah kenapa, Beliana merasa sangat berdebar, sampai-sampai ia kesulitan untuk tidur. Ia membayangkan, bagaimana keadaan Ibu kota yang dibicarakan Oleh Selvia. Sampai beberapa jam kemudian, barulah ia bisa memejamkan matanya.
.
.
.
***
.
.
.
Keesokan Harinya.
Beliana terbangun dari tidurnya. Ia mengusap ketua matanya, dan langsung berlari menuju Kamar mandi yang masih 1 ruangan dengan Kamar. Kamar mandi itu dirancang, supaya Penggunanya tidak perlu bolak balik keluar kamar, hanya untuk pergi ke kamar mandi.
Setelah selesai membersihkan diri, Beliana mencari pakaian Selvia yang cocok denganya. Setelah menemukan pakaian yang sekiranya cocok, ia pun langsung mengenakannya.
Beliana menggunakan pakaian Blazer berwarna biru muda, serta Kaus berwarna putih dibaliknya. Ia juga mengenakan Celana berwarna Hitam, serta Tambahan Bando pita berwarna merah muda Di kepalanya. Pakaian itu membuat Beliana lebih terlihat Manis.
Setelah siap, ia pun langsung bergegas keluar Kamar untuk menemui Selvia yang sudah bangun terlebih dahulu.
Saat keluar, alangkah terkejutnya dia ketika melihat Selvia berpakaian rapih, serta membawa tas yang kelihatannya sangat Besar. Selvia menengguk Air liurnya, ketika melihat Beliana sudah bangun dan bahkan sudah bersiap.
"Bagaimana, Wahh kau sudah siap!" Wajah Beliana semakin berbinar-binar.
Selvia melihat ada sesuatu yang janggal, terpasang di kepala Beliana. Ia pun langsung mengambil bando pita berwarna Merah muda itu, dan langsung menyimpannya seolah tidak boleh disentuh oleh siapa-siapa.
"Jangan gunakan yang ini! Ini adalah barang hadiah yang sangat berharga," Ujar Selvia.
"Aah, kenapa aku tidak boleh? Padahal Bando itu sama sekali tidak cocok di rambut kuningmu," Balas Beliana, sembari mengembungkan pipinya, untuk menunjukan ekspresi kesalnya.
Wajah Selvia langsung memerah, ketika Beliana mengatakan hal itu kepadanya. Sontak, ia langsung mencari topik untuk pengalihan.
"Ambil saja Bando pita yang lain!" Seru Selvia.
Mau tidak mau, Beliana kembali ke kamar dan langsung mengambil Bando Pita berwarna biru muda. Beliana langsung bergegas keluar, dan saat itu, ia melihat Selvia yang mencoba mengendap-endap keluar.
"Selvia, Kau mau kemana?!" Tegur Beliana.
Selvia langsung tersentak, dan terpaksa berbalik untuk menjelaskan semuanya. Selvia terus menggaruk kepalanya yang tidak gatal, untuk mengurangi rasa bingungya.
"Hehehe, Beliana Aku ada Ujian hari ini, dan Tidak boleh Bolos. Jadi, kapan-kapan saja ya," Ujar Selvia, dengan perasaan tidak enak.
Wajah Beliana langsung menampakan Ekspresi kecewa, bahkan Matanya berkaca-kaca ketika mendengar Kata-kata itu terlontar dari mulut Selvia. Jelas sekali, bahwa Beliana sangat ingin keluar untuk menikmati Suasana.
"Arghh, Tubuhku Sakit semua!" Pekik seorang pemuda dari arah Kamar.
Sontak, Beliana dan Selvia langsung menengok ke arah Kamar. Gen berjalan terhuyung-huyung, menuju ke Sofa. Kemudian, ia duduk sambil menahan rasa sakitnya.
Tiba-tiba, sebuah Ide langsung terbesit dari Otak Selvia. Ia memiliki semua Rencana, agar ia dapat pergi ke Akademi, tanpa harus mengecewakan Beliana.
"Beliana, Kau pergi bersama Gen saja ya. Dan Gen, kau ajak Beliana ke Ibu kota untuk berjalan-jalan, Oke?" Ucap Selvia.
Sontak, Wajah Beliana kini kembali berseri. Berbanding terbalik dengan wajah Gen, yang menunjukan Ekspresi Kebingungan dibalik Perban yang menutupi hampir seluruh bagian Wajahnya.
"Eh, Kau gila! Aku sedang kesakitan disini, dan aku disuruh Mengajak Beliana jalan- jalan?! Yang benar saja!" Protes Gen.
"Jika kau memaksakan diri, itu akan menambah kekuatan mu loh. Iya kan, Kirin?" Ujar Selvia.
"Hmm, itu ada benarnya juga," Celetuk Kirin.
"KENAPA MALAH SETUJU?!" Bentak Gen, kepada Kirin.
"Sudah diputuskan, ini 10 Koin emas untuk Kau belanjakan bersama Beliana. Baiklah, selamat bersenang-senang ya!" Selvia langsung pergi dari Rumah, setelah Ia memberikan kantung berisi 10 Koin emas kepada Gen.
"Hati-hati Selvia. Baiklah Kak Gen, bagaimana jika aku menggunakan sihir untuk mengobati wajahmu saja," Beliana langsung mendekati Gen.
Kemudian, Beliana mendekatkan telapak tanganya ke depan Wajah Gen. Tanpa membaca Mantra, Beliana langsung mengeluarkan Cahaya dari Telapak tanganya. Hanya dalam beberapa saat, Luka yang ada di Wajah Gen langsung sembuh seketika, dan Gen pun langsung melepas Perban yang ada di Wajahnya.
"Whoa, Kau Hebat! Apakah kau bisa Menyembuhkan seluruh tubuhku juga?" Tanya Gen, yang nampaknya kagum dengan Kemampuan Beliana.
"Hihihi, kau kan sedang dalam tahap pelatihan. Jadi tahan saja, Berjuanglah!" Jawab Beliana.
Gen langsung memasang wajah memelas. Setelah itu, Gen langsung memaksakan diri untuk mandi. Setelah beberapa Menit, akhirnya Gen selesai membersihkan diri. Gen menggunakan Pakaian Kemeja kotak-kotak berwarna Biru, dan juga Celana panjang berwarna Hitam. Gen juga memakai Jaket lengan panjang, untuk menutupi Perban yang terbalut di tanganya.
"Ayo pergi!" Seru Gen.
Beliana pun mengangguk, lalu berjalan di belakang Gen. Akhirnya, Perjalan yang sangat didambakan oleh Beliana kini telah terwujud. Ia pun berjalan dibelakang Gen, supaya tidak menimbulkan pertanyaan atau Gosip dari orang-orang yang melihat mereka.
•Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
🐰
Like like like like yang banyak untuk karya kakak nih 💜❤️
Up lagi thor, jadi penasaran dengan cerita selanjutnya 🤗
Aku udah like dan rate 5 ⭐ ya thor
2020-09-17
1
Afrendo Edo A
aku suka covernya kak bagus.
Saling Support yuk
kalau mau bisa mampir keceritaku juga (Hungry Day)
2020-09-17
1
Sept September
finish.. jempollll untukmu 💕
2020-09-16
0