Hampir sebulan Nicco disibukkan dengan pekerjaan bahkan terkadang harus lembur. Sering bolak-balik ke lokasi proyek untuk mengecek langsung bersama Yuda. Walaupun disela kesibukannya Nicco belum bisa melupakan masalah dengan Zizi.
"Yud, gua masih kepikiran sama Izzaz, lo bisa bantu gua nggak?" tanya Nicco pada Yuda dengan nada lesu.
"Maksud lo apa?"
"Lo cari informasi tentang Izzaz, gua tetep kepikiran bagaimana keadaanya sekarang, jangan-jangan dia hamil anak gua Yud."
"Ok, tenang aja, gua bakal suruh orang buat cari tahu masalah ini, lo fokus aja dulu ke pekerjaan, jangan sampai keluarga Wiguna hilang kepercayaan lagi sama lo.
"Ok, thanks Yud, kabari secepatnya.
***
Malam itu keluarga Wiguna sedang berkumpul di ruang tengah setelah makan malam, mereka membahas pekerjaan. Zafran menceritakan kinerja Nicco yang akhir-akhir ini sangat bagus, tiba-tiba bik Nah menjerit dari kamar Zizi.
"Non Zizi......." bik Nah masuk ke kamar Zizi untuk mengambil piring bekas makan Zizi yang dia antarkan ke kamarnya tadi, namun terkejut melihat Zizi terbaring tak sadarkan diri di lantai kamarnya. Semua orang yang ada di ruang keluarga lari ke lantai dua kamar Zizi.
"Zizi.......!" semua orang memekik memanggil nama Zizi. Zaki dengan sigap mengangkat tubuh Zizi ke ranjangnya.
"Pa, panggil dokter!" Pinta bu Zahra. Lalu pak Adi langsung menelfon dokter pribadi keluarga. Tak selang berapa lama dokter itu pun datang dan langsung memeriksa keadaan Zizi.
"Bagaimana keadaan putri saya dok?" Tanya bu Zahra, namun dokter menghela nafas sebelum menjawab.
"Sebelumnya saya minta maaf kalau hasil pemeriksaan saya salah, sepertinya putri ibu hamil."
DUARRRRRRRRR
Bagai disambar petir semua lemas, Zafran yang emosi meninju dinding kamar, Zaki mengepalkan kedua tangannya, dan Zidan mengacak rambutnya frustasi. Bu Zahra menangis memeluk tubuh kurus putrinya.
"Cobaan apalagi ini ya Allah?" Kata bu Zahra ditengah tangisnya.
"Maaf bu, ini baru dugaan saya, untuk memastikan sebaiknya putri ibu dibawa periksa ke rumah sakit untuk dilakukan USG."
"Apa ada cara lain dok, putri saya tidak mau ke luar kamar, bagaimana kami bisa membawanya?" Tanya pak Adi frustasi.
"Begini saja pak, saya punya teman dokter kandungan nanti bapak bisa menghubunginya agar bisa dilakukan pemeriksaan di rumah, tapi kalau ada hal yang mengharuskan putri bapak melakukan periksaan di rumah sakit bapak bisa meminta bantuan dokter itu untuk mengurusnya." Dokter menjelaskan.
"Baik, terima kasih dok, dan tolong jaga privasi kami, jangan ada yang tahu masalah ini." Kata pak Adi.
"Iya pak saya akan rahasiakan ini, kalau begitu saya permisi pamit dulu." Jawab dokter.
***
Selang semalam setelah malam itu pak Adi memanggil dokter obgyn untuk memeriksa Zizi. Dokter wanita yang datang mengendarai mobil sedan putih itu langsung dipersilahkan masuk dan langsung diantar ke kamar Zizi. Semua anggota berharap-harap cemas di luar kamar, hanya bu Zahra yang menemani dokter di dalam. Setelah melakukan pemeriksaan kepada Zizi dokter keluar untuk memberikan keterangan.
Dokter mengatakan Zizi memang benar hamil.
"Bagaimana hasilnya dok?" tanya Zafran tidak sabar.
"Benar non Zizi hamil, kandungannya memasuki usia enam minggu, karena ini masih usia rawan dan keadaan non Zizi sangat lemah nanti akan saya beri resep vitamin dan obat, juga penambah nafsu makan."
Setelah memberikan resep dokter itu pamit untuk pulang.
Zafran yang shock mendengar berita ini semakin emosi, begitu juga dengan Zaki dan Zidan.
"Gimana nih bang, apa kita harus kasih tahu Nicco?" Tanya Zidan.
"Jangan dulu, karena Zizi sudah menolaknya, kecuali kita bisa membujuk Zizi agar mau menerima Nicco." Jawab Zafran.
"Tapi bang gua tetep nggak rela Zizi menikah dengan tukang main perempuan, nanti bakal sakit." Zaki ragu dengan pendapat Zafran.
"Tapi sepertinya Nicco benar-benar sudah berubah bang, gua cuma nggak tega Zizi hamil tanpa suami." Kata Zidan.
"Iya tapi apapun harus dengan persetujuan Zizi, kita tidak bisa memaksanya." Kata Zafran.
"Iya bang nanti biar mama yang bicara sama Zizi."
***
Setelah satu minggu dokter obgyn kembali datang memeriksa kandungan Zizi, dan kandungan Zizi dinyatakan sehat. Keadaan Zizi pun sudah membaik, untungnya dia tidak mengalami morning sick jadi tak begitu merepotkan. Bu Zahra mencoba berbicara dengan Zizi mengenai keadaannya saat ini.
"Dek, gimana badan kamu, sudah enakan?" Tanya mama Zahra yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Zizi.
"Mama boleh ngomong sesuatu?" Tanyanya lagi dan juga hanya dijawab dengan anggukan.
"Dek, kamu tahu nggak dalam sini ada baby kecil?" Tanya mama Zahra sambil mengelus perut Zizi yang masih datar.
Zizi hanya mengangguk dengan air mata yang terus mengalir, dia tahu beberapa kali dokter datang memeriksa perutnya karena dia hamil. Mama Zahra memeluk Zizi dengan air mata yang deras mengalir di pipinya.
"Mama minta maaf, mama tidak mampu berbuat apa-apa, tapi tolong kamu pikirkan untuk menerima Nicco, dia sudah berubah sayang, jadi izinkan Nicco untuk bertanggung jawab atas kandungan kamu."
"ENGGAKKKKKK"
"Lebih baik aku gugurkan kandungan ini ma, aku tidak sudi jadi istri baj*ng*n itu!" Teriak Zizi yang langsung memukuli perutnya.
"Sayang hentikan....okee mama minta maaf, mama salah ngomong, berhenti menyiksa dirimu sayang!" kata mama Zahra sambil memeluk Zizi yang terus menangis.
Malam itu bu Zahra mengatakan apa yang ia bicarakan dengan Zizi pada semua anggota keluarga, bahwa Zizi menolak menerima Nicco dan malah ingin menggugurkan kandungannya. Tentu saja semua tidak setuju, selain dosanya besar juga membahayakan jiwa Zizi sendiri.
"Terus kita harus bagaimana pa, kondisi mental ibu hamil sangat labil, apa perlu kita membawanya ke psikiater pa, mama khawatir dengan kondisi Zizi saat ini." Kata bu Zahra.
"Iya ma, nanti kita datangkan psikiater ke rumah, sementara mama jangan tinggalkan dia sendirian."
***
Keesokan harinya psikiater yang dihubungi keluarga Wiguna datang, hampir dua jam ngobrol dengan Zizi di kamar. Hasilnya beliau menyarankan untuk menggunakan jasa asisten untuk selau memperhatikan Zizi, menjadi teman ngobrol Zizi dan melayani kebutuhannya. Lalu Zafran menyarankan untuk meminta bantuan Amel, karena Zizi orang yang tidak mudah dekat dengan orang. Zafran menghubungi Amel dengan ponsel Zizi.
"Assalamualaikum Zi....." Sapa Amel mengira Zizi yang bicara di telefon
"Waalaikumsalam Mel, ini saya abangnya Zizi, Zafran."
"Oh bang Zafran, ada apa bang? Zizi gapapa kan?"
"Zizi gapapa, abang boleh tanya nggak?"
"Boleh, ada apa bang?"
"Kamu sudah kerja apa belum?"
"Belum bang, emang ada apa?
"Kalau belum mau nggak kamu kerja di sini? Nemenin Zizi."
"Maksudnya jadi asisten Zizi?"
"Iya, mau kan? Kami minta tolong cuma kamu teman dekat Zizi."
"Iya bang aku mau, seneng banget malah, cari kerja susah nganggur nggak enak nggak dapat duit, ini sudah enak dibayar lagi." Jawab Amel antusias.
"Ya udah mulai besok kamu pindah kesini ya nanti biar dijemput sopir, kalau begitu abang tutup dulu, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Panggilan telepon pun di akhiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments