Suasana Panas

Di rumah, dokter keluarga Wiguna sudah menunggu, karena sebelum sampai rumah pak Adi sudah menghubunginya. Dokter dan Bu Zahra menunggu dengan perasaan gelisah dan khawatir, tak berapa lama setelah menempuh waktu satu jam perjalanan dua mobil itu sampai di halaman rumah keluarga Wiguna. Zidan dengan sigap membopong Zizi keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah, membawa Zizi ke kamarnya.

Tangis Bu Zahra kembali pecah melihat keadaan sang putri. Bu Zahra langsung memeluk putrinya setelah Zidan membaringkan di ranjangnya. Rasa iba, pilu, sedih, prihatin tidak dapat ditahan lagi. Dokter meminta para laki keluar ruangan karena akan memeriksa Zizi.

Baru dokter mendekat tiba-tiba Zizi menjerit histeris dan meronta ketika Bu Zahra memeluknya. Terpaksa dokter meminta kakak-kakaknya untuk memegang Zizi dan menyuntikkan obat penenang.

"Tolong pegangi Zizi, karena saya akan menyuntikkan obat penenang agar bisa diperiksa!"

"Baik dok." Zafran dan Zaki segera masuk kamar dan memegang tangan dan kaki Zizi, setelah mendapat suntikan penenang tubuh Zizi melemah dan hilang kesadaran. Dokter kembali meminta Zafran dan Zaki keluar kamar. Dan melakukan pemeriksaan terhadap Zizi.

Betapa terkejutnya dokter dan Bu Zahra ketika membuka baju Zizi, leher dan da** nya penuh dengan tanda merah keunguan. Tangis bu Zahra kembali pecah memahami apa yang dialami putrinya. Dokter ke luar kamar menemui pak Adi dan putra-putranya.

"Maaf pak Adi, ada yang ingin saya sampaikan....." dokter menghentikan ucapannya dan mengambil nafas dalam.

"Ada apa dok? bagaimana kondisi putri saya?"

"Berita ini menyedihkan tapi harus saya sampaikan, dugaan sementara saya, Zizi sepertinya mengalami pele****an se***al, karena terdapat tanda merah pada tubuh Zizi, tapi ini baru dugaan saya."

"AAARGGHHHH....!" Zafran menjerit histeris, sementara Zidan dan Zaki memegangi papanya yang tubuhnya luruh ke lantai.

Hancur perasaan seorang ayah dan saudara laki-laki ketika mengetahui putri dan adik kesayangan mereka mengalami hal yang buruk.

"Gua jadi Abang yang nggak berguna, nggak bisa melindungi satu-satunya adik perempuan gua!" Zafran menyesali diri.

"Akan ku habisi jahanam itu!" Sarkas Zidan

"Dan akan kita pastikan dia menyesal seumur hidupnya!" Zaki menambahkan.

"Dok tolong pastikan dugaan dokter tentang keadaan putri saya, buat pemeriksaan lagi."

"Baik pak." Dokter kembali masuk kamar dan melakukan pemeriksaan pada alat vi**l Zizi. Dokter mengambil nafas berat karena dugaannya benar, namun dokter mengerutkan kening seperti ada yang janggal. Dokter meminta Bu Zahra mengganti pakaian Zizi dengan baju tidur agar lebih nyaman lalu dokter melangkah ke luar kamar.

"Bagaimana dok?" Tanya mereka kompak.

"Iya pak, akan saya jelaskan, memang benar Zizi mengalami kekerasan se****l, tapi anehnya bekas luka yang ada tidak menunjukkan bahwa itu dilakukan dengan kasar atau dipaksakan. Badannya bersih dan wangi walaupun banyak luka lebam dan dari pakaian yang dipakai pun kelihatan bersih dan rapi bahkan dari aromanya seperti pakaian baru, anda tidak menggantikan pakaiannya sebelum dia dibawa pulang kan?" Tanya dokter itu.

"Tidak dok."

"Saran saya lebih baik menunggu Zizi mau menceritakan semua, untuk memastikan, dan saya sudah mengambil sample cairan va***a Zizi untuk saya lakukan uji laboratorium untuk memastikan Zizi tidak tertular penyakit se****l, dan hasilnya InsyaAllah akan keluar satu minggu lagi." Dokter menjelaskan.

"Baik dok, terima kasih dan saya minta dengan sangat agar dokter menjaga kerahasiaan mengenai hal ini, menjaga privasi kami."

"Baik pak, InsyaAllah saya akan merahasiakan ini semua, saya permisi untuk pulang kalau hasil lab sudah keluar akan saya kabari."

"Iya dok, sekali lagi terima kasih."

Semua tidak bisa berpikir dan menduga siapa yang tega melakukan ini semua kepada Zizi.

"Apa yang papa khawatirkan benar terjadi, ini kenapa papa melarang kalian untuk melapor polisi."

"Tapi pa kita tetap harus lapor polisi agar baj***n itu mendapat hukuman, biar dia membusuk di penjara!" Zidan tidak dapat menahan emosi.

"Justru karena itu kita tidak perlu melapor polisi."

"Tapi pa....." Zafran juga semakin tidak mengerti dengan pikiran papanya.

"Sudahlah....ikuti kata papa, kalian pikir papa tidak kecewa? Tidak sakit hati? Hati papa hancur, tapi papa harus tetep memikirkan putri papa kedepannya, papa tidak melaporkan ini ke polisi karena papa tidak mau berita ini sampai ke media, tahu kenapa? Kalau buat laporan ke polisi, polisi akan mempublikasikan ke media, akan ada jejak digitalnya yang sulit dihapus bahkan mungkin tidak bisa dihapus seumur hidup adikmu. Jadi adikmu akan menanggung beban ini seumur hidupnya. Kita harus membuat adikmu bangkit dari keterpurukannya, dan semoga suatu saat bisa melupakan masalah ini, bahkan akan hidup lebih baik lagi."

"Tapi pa terlalu enak baj***n itu hidup bebas di luar sana!" Zafran tidak mampu menahan emosi.

"Maka dari itu kejar manusia bia***b itu bawa kehadapan papa, kalian boleh menghajarnya tapi jangan memb***hnya, papa ingin dia tetap hidup tapi seperti tidak bernyawa!"

***

Setelah itu mereka sepakat untuk memburu pelaku dengan mengerahkan anak buahnya. Walaupun hati mereka penuh amarah tetapi akan tetap bertindak secara hati-hati. Menyusun rencana dengan matang agar beritanya tidak tersebar apalagi sampai media tahu. Sambil menunggu Zizi agar siap dan mau menceritakan semua, serta mengatakan siapa pelakunya.

"Ma....bagaimana keadaan Zizi?" Tanya Zaki saat mereka berada di ruang keluarga.

"Masih seperti kemarin bang, tidak mau bicara dan tidak mau makan." Jawab Bu Zahra tak mampu menyembunyikan kesedihannya.

"Kita ke kamar Zizi dulu ya ma."

"Iya, tapi kalau bicara hati-hati, jangan ditanya dulu siapa yang mencelakainya."

"Iya ma....." Zafran yang menjawab, dan mereka bertiga melangkah menuju kamar Zizi.

Tok....tok.....tok.....

"Zi......Abang masuk ya?" Tidak ada jawaban dari dalam, dan mereka bertiga masuk dengan pelan.

Zizi tidak merespon kedatangan ketiga kakaknya, hanya diam duduk menyandar di tempat tidurnya, tangannya memeluk kakinya yang ditekuk.

"Zi....kamu sudah makan? Tanya Zidan, mereka ikut naik ke atas ranjang duduk di depan Zizi. Tidak ada jawaban hanya air mata Zizi yang keluar. Mereka bertiga bingung mau bicara apa, lidah mereka kelu, hatinya teriris prihatin dengan keadaan sang adik. Mereka hanya saling diam sambil tangannya mengelus sang adik. Zafran mengelus rambut, Zaki mengelus tangan, dan Zidan menarik kaki Zizi untuk diluruskan lalu memijatnya pelan. Hanya diam saling membisu tak mampu mengatakan apapun untuk membujuk sang adik. Adik yang biasanya sangat cerewet kini hanya diam berurai air mata. Tak berapa lama akhirnya mereka keluar dari kamar Zizi.

"Kita tidak bisa diam saja menunggu Zizi mau mengatakan siapa pelakunya, kita harus mencari tau sendiri, aku akan bergerak dengan Erik, dan kalian berdua ajakin Johan." Kata Zafran pada kedua adiknya.

"Iya bang, biar nanti aku hubungi Johan."

"Halo Rik, ke rumah sekarang ada kerjaan penting." Perintah Zafran melalui sambungan telepon.

Setelah menunggu hampir satu jam, Erik datang dan bertemu Johan di depan rumah. Mereka mengetuk pintu dan masuk setelah bik Nah membuka pintu.

"Ada apa Zaf, apa Zizi sudah mengatakan pelakunya?" Tanya Erik tidak sabar.

"Belum, makanya kita harus bergerak sebelum dia pergi jauh."

"Terus pas elo lihat rekaman CCTV di parkiran apartemen itu, lu nggak bisa melihat mukanya?" Tanya Erik.

"Ga bisa, lokasinya ada di titik buta CCTV" Jawab Zafran sambil menggelengkan kepala.

"Jadi kita harus melacak dulu, bergerak cepat sebelum dia pergi jauh."

Mereka lalu menyusun rencana dan membagi tugas.

Episodes
1 Prolog
2 Taman Kota
3 Hari Kelulusan
4 Proyek Mangkrak
5 Marahnya Pak Bos
6 Zizi Tidak Pulang
7 Pencarian Zizi yang Hilang
8 Suasana Panas
9 Titik Terang
10 Nicco Pulang ke Rumah
11 Kejadian di Hari Itu
12 Obsession
13 Niat Baik Nicco
14 Dunia Baru
15 Bumil
16 Mencari Kepastian
17 Nicco Junior
18 Menang Banyak
19 Papa Muda
20 Mata Panda
21 Gadis Lagi
22 Melanjutkan Hidup
23 Sendu & Pilu
24 Cucuku Sayang
25 Papa Posesif
26 PDKT
27 Beban Hidup
28 Jagoan Tampan
29 Kembali Pada-Mu
30 Tak Ingin Pulang
31 Galau
32 Lamaran
33 Hari Pernikahan
34 Pesta
35 Pangeran Tampan
36 Kucing-kucingan
37 Ternyata
38 Susah tapi Senang
39 Kejujuran Sekaligus Kesempatan
40 Modus
41 Status Nggak Jelas
42 Jealousy Jealousy
43 Katakan Cinta
44 Jumpa Camer
45 Lamaran Paksa
46 Amarah
47 Kalah Lagi
48 Rayuan Tak Mempan
49 Trick
50 Hari Panjang Nicco
51 Menikah Jua
52 Bundaku Sayang
53 Haru
54 Pesta untuk Zizi
55 Tahan Dulu
56 Ingin
57 Ribut
58 Pepet Terus
59 Me Time
60 Ngamuk
61 Nikmat Dibalik Musibah
62 Kronologi
63 Clear
64 Morning Sickness
65 Ngidam
66 Rujak dan Dirujak
67 Mood Labil Bumil
68 Istri Pintar
69 Jatah Buat Kamu
70 Hadiah Kejutan
71 Jujur
72 Jalan Bareng
73 Bikin Gemes
74 Cuci Mata
75 Disemprot Mama
76 Luluh
77 Suami Idaman
78 Tenggelam
79 Mental Tempe
80 Jagoanku Ngambek
81 Berakhir Indah
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Prolog
2
Taman Kota
3
Hari Kelulusan
4
Proyek Mangkrak
5
Marahnya Pak Bos
6
Zizi Tidak Pulang
7
Pencarian Zizi yang Hilang
8
Suasana Panas
9
Titik Terang
10
Nicco Pulang ke Rumah
11
Kejadian di Hari Itu
12
Obsession
13
Niat Baik Nicco
14
Dunia Baru
15
Bumil
16
Mencari Kepastian
17
Nicco Junior
18
Menang Banyak
19
Papa Muda
20
Mata Panda
21
Gadis Lagi
22
Melanjutkan Hidup
23
Sendu & Pilu
24
Cucuku Sayang
25
Papa Posesif
26
PDKT
27
Beban Hidup
28
Jagoan Tampan
29
Kembali Pada-Mu
30
Tak Ingin Pulang
31
Galau
32
Lamaran
33
Hari Pernikahan
34
Pesta
35
Pangeran Tampan
36
Kucing-kucingan
37
Ternyata
38
Susah tapi Senang
39
Kejujuran Sekaligus Kesempatan
40
Modus
41
Status Nggak Jelas
42
Jealousy Jealousy
43
Katakan Cinta
44
Jumpa Camer
45
Lamaran Paksa
46
Amarah
47
Kalah Lagi
48
Rayuan Tak Mempan
49
Trick
50
Hari Panjang Nicco
51
Menikah Jua
52
Bundaku Sayang
53
Haru
54
Pesta untuk Zizi
55
Tahan Dulu
56
Ingin
57
Ribut
58
Pepet Terus
59
Me Time
60
Ngamuk
61
Nikmat Dibalik Musibah
62
Kronologi
63
Clear
64
Morning Sickness
65
Ngidam
66
Rujak dan Dirujak
67
Mood Labil Bumil
68
Istri Pintar
69
Jatah Buat Kamu
70
Hadiah Kejutan
71
Jujur
72
Jalan Bareng
73
Bikin Gemes
74
Cuci Mata
75
Disemprot Mama
76
Luluh
77
Suami Idaman
78
Tenggelam
79
Mental Tempe
80
Jagoanku Ngambek
81
Berakhir Indah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!