Bab 6

Melati menggeliat pelan, matanya terbuka sedikit lantas saat menyadari ia tidak tidur dikamarnya dengan cepat mengubah posisi menjadi duduk. Dilihatnya Sultan sedang duduk bersandar dekat pintu.

"Nyenyak banget tidurnya, mel," Ujar Sultan sambil memainkan ponsel.

" Aku pulang dulu." Melati melirik bagian atas ponselnya yang menunjukkan jam, masih setengah enam pagi, tetapi ia harus segera pulang. Selain karena hari ini mulai kembali sekolah, ia juga tidak ingin ketahuan menginap dikamar sultan bisa-bisa ia akan dinikahkan paksa oleh warga.

"Mau berangkat bareng ke sekolah?" Tanya sultan seraya menahan jendela agar melati lebih mudah melompat keluar.

"Boleh deh. Lagian aku masih diem-dieman sama Hendra." Sahut Melati. Biasanya ia lebih sering berangkat ke sekolah bersama Hendra. Mereka bertiga sekolah di SMA Negeri 1 yang terletak diperbatasan desa Agrosari dan Desa Rembang. Melati dan kedua temannya duduk dibangku kelas tiga sekarang.

Melati melambaikan tangan pada sultan kemudian segera kembali kerumahnya. Ia menghela nafas lega tidak ada tetangga yang melihatnya keluar dari rumah sultan, untung saja hari masih belum terlalu terang.

Ia berlari pelan disepanjang jalan, biasanya melati jarang sekali berolahraga. Tapi, pagi ini ia manfaatkan untuk berlari pagi membakar kalori.

"Nek Ijah!"Melati setengah berteriak menyapa Nek Ijah yang baru pulang dari mesjid. Wanita tua itu membalas dengan senyum tipis. 

"Baru pulang ya, nek?"Melati bertanya basa-basi, ia berhenti sejenak mengatur nafasnya yang tidak teratur.

"Iya, nak melati sudah suka olahraga sekarang ya?"

" Iya, Nek, biar sehat. Nenek mau ikut gak? " Tanya Melati bercanda.

"Lain kali aja, nak. "

" Ya, sudah, nek. Melati lanjut lari lagi," Pamit Melati kemudian bersiap untuk berlari lagi, padahal rumahnya sudah kelihatan.

" Nak Melati hati-hati ya, yang nampak semu jangan ditanya lagi kejelasannya."

Melati berhenti, ia menoleh kebelakang melihat nek ijah sudah berjalan lumayan jauh. Cepat sekali jalannya, karena hari sudah hampir terang melati tidak memikirkan lebih jauh.

*

Seperti yang sudah disepakati sebelumnya, Melati berangkat ke sekolah bersama Sultan. Saat tak sengaja bertemu dengan Mahendra di parkiran sekolah, gadis itu hanya berjalan cuek.

"Mel! hei, " Mahendra memanggilnya sembari menyambar tangan melati.

"Apaan sih?" Ketus melati.

"Aku mau minta maaf. Kemaren kelewat emosi, maafin ya. "Kata Mahendra memasang wajah melas.

" Udah deh, hen. Aku lagi buru-buru, lepasin! " Melati menatap tajam tangannya yang dipegang Mahendra.

" Maafin aku dulu, "

" Hendra, lepas! "

"Masih pagi oii," Kata Sultan dari belakang. Setelah memarkir motornya ia menghampiri kedua temannya yang masih belum berbaikan. Terkadang Sultan hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka yang masih seperti anak kecil.

" Melati tuh, dia udah jadi cewek sekarang. udah bisa ngambek, "

" Dari dulu juga cewek kali," Delik melati.

" Damai aja napa sih, mel? " Sultan tentu tidak mau mereka terlalu lama diam-diaman. Sejak awal pindah ke desa, Sultan hanya dekat dengan Melati dan Mahendra. Keduanya memang seringkali bertengkar seperti pertemanan pada umumnya dan Sultan selalu jadi penengah.

" Traktir bakso di kantin ntar jam istirahat, " pinta melati sebagai syarat memafkan Mahendra.

" Nah gitu dong. Ini baru melati yang gue kenal." Mahendra merangkul pundak melati dan Sultan, lalu mereka berjalan beriringan ke kelas.

"gue-gue, sok gaul. " Cibir melati.

" Biarin, "

Ketiganya tertawa lepas, Melati sejenak melupakan kejadian tadi malam yang membuatnya ketakutan.

*

Tina sedang beres-beres rumah, ia membersihkan setiap sudut rumahnya. Selesai merapikan rumah, gadis dua puluh tahun itu pergi ke gudang yang terletak dibelakang rumah, letaknya terpisah sendiri dari rumah.

Krieeettttt....

Engsel pintu yang sudah berkarat menimbulkan suara denyitan keras, ia membuka lebar pintu tersebut membiarkan sinar matahari pagi masuk. Berbagai macam barang lama yang sudah tidak terpakai diletakkan disini.

Ia mulai menyapu debu yang lumayan tebal, lalu merapikan kursi plastik disudut gudang. Piring-pirang yang sudah lama tidak dipakai ikut disusun dilantai yang sudah bersih, beberapa tumpukan koran ia ikat menjadi satu lalu diletakkan dibelakang pintu.

Tina berjongkok mengambil buku usang yang terselip diantara kayu dan papan lemari yang sudah dibongkar. Ia membaca sekilas judul buku,

EKSPEDISI 50

Iseng dibuka buku catatan yang ia yakini sudah cukup lama tersimpan disini, bahkan tintanya sudah mulai pudar.

Matanya sedikit memicing untuk membaca huruf-huruf yang sangat kecil. Oh, god, siapapun yang menulis catatan ini sungguh orang aneh, kenapa pula dia membuat catatan dengan tulisan begitu kecil yang sulit dibaca.

Karena tidak bisa dibaca Tina hanya mebalikkan lembar demi lembar, ia akhirnya sampai pada sebuah peta yang dibuat secara asal di halaman terakhir.

lalu, juga ada sketsa seseorang yang memakai pakaian hitam, kepalanya ditutupi sehelai kain hitam tipis hingga menutupi sampai bawah hidungnya. Giginya yang rapi menyeringai lebar.

Tina jadi penasaran dengan isi catatan tersebut, ia menyembunyikan buku tersebut kedalam bajunya kemudian kembali melanjutkan membersihkan gudang.

Setengah jam kemudian Tina sudah selesai membersihkan gudang, ia kembali mengunci pintu nya dan setelah itu pergi ke sawah mengantarkan makan siang untuk ibunya.

*

Pada jam istirahat, Melati, Sultan dan Mahendra duduk disudut kantin, wajah ketiganya terlihat serius.

" Sumpah, Hen. Aku gak bohong, kami melihat sendiri mayat Dewi keluar dari liang kuburnya. " Kata Melati dengan suara sepelan mungkin.

" Dia juga mengejar kami. Itu pengalaman paling buruk seumur hidupku, "Ujar Sultan menambahkan.

"Jadi, ada orang yang menggali kuburan Dewi terus dia menghidupkan mayatnya?" Mahendra memandang keduanya bergantian, ada tatapan tak percaya di kedua matanya, " Bagaimana mungkin, dia bukan Tuhan, Jangan mau dibod-"

"Apa? dibodohi katamu? Aku melihat sendiri dengan mata kepalaku, hen, aku melihat bagaimana tangannya menggapai-gapai dari dalam liang. Aku melihat dia melompat dengan kafan yang sudah robek disana sini, aku juga melihatnya memakai baju selayaknya manusia hidup." potong Melati geram.

" Kalau penglihatan ku yang salah, Sultan tidak akan melihat hal yang sama. Tapi, kenyataannya kami berdua melihatnya dengan jelas." Lirih Melati saat Mahendra hendak membantah.

" Hen, percaya sama kami, orang itu ada hubungannya dengan kematian Rosiana dan Dewi. Kita harus mencari tahu siapa dia dan menghentikan nya." kata Sultan.

" Sudah dua orang teman kita yang meninggal. Kamu tidak ingin kan lebih banyak orang yang dibunuh oleh makhluk itu." Ucap melati.

"Astaga, Mel, kamu masih mempercayai cerita mitos itu?"

" Anggaplah dia bukan sosok hantu yang sering diceritakan kak Tina, tapi dia jelas memiliki niat buruk pada desa kita." Melati tidak ingin bertengkar lagi dengan Mahendra jadi sebisa mungkin menghindari pembicaraan tentang hantu tersebut.

" Baiklah, aku akan membantu menyelidiki siapa orang itu. Tapi, kita mulai darimana?" Tanya Mahendra mengalah.

Melati bergerak tidak nyaman di kursinya, ia menghela nafas beberapa kali lalu berkata, " Kita ajak kak Tina, ya, hen?"

" Huh.. kamu kan tahu gimana buruknya hubunganku dengan Tina. Aku tidak suka cara berpikirnya yang kolot dan ketinggalan zaman." Mahendra mendengus.

" Eum.. Kalau aku boleh bertanya kenapa kamu membenci kak Tina? " Tanya Melati ragu-ragu.

" Ya, sudah ajak saja dia. tapi, kalian berdua yang bicara sama dia. Aku ke kelas duluan."

Selalu begitu, Mahendra selalu menghindar jika ada yang menanyakan tentangnya. Melati menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, ia tidak bisa mengingat sejak kapan Mahendra dan Tina mengibarkan bendera perang. ia cukup akrab dengan gadis yang tinggal di ujung desa itu, dia selalu menceritakan semuanya pada Melati, dia juga akan menjawab apapun pertanyaan Melati kecuali pertanyaan tentang Dirinya dan Mahendra.

"Tan," Panggil Melati melirik Sultan yang duduk didepannya.

"Yaa..."

"Kenapa ya Mahendra dan kak Tina bermusuhan? kenapa mereka saling membenci satu sama lain?" Melati memandang ke luar kantin, entah sedang memperhatikan adik kelas yang sedang main futsal atau tengah mencari jawaban tentang Mahendra atau Tina disana, barangkali ada secuil ingatan yang bisa diingat.

" Seharusnya aku yang tanya, kan kamu sudah sejak kecil tinggal disini."Sahut Sultan.

" Aku tidak ingat." Ucap Melati menyayangkan otaknya yang pelupa.

Tidak lama bel masuk berbunyi, kedua teman karib itu segera beranjak dari duduknya dan kembali ke kelas untuk melanjutkan pembelajaran.

...***...

Jangan lupa vote, komen dan subscribe ya☺

Follow juga ig @aca_0325

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀

☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀

jadi curiga jangan" Mahendra yg membangun kan makhluk itu dan tina membantah karna menurut nya konyol, terus bisa membahayakan penduduk desa, makanya mereka gak akur, tebakan sih

2024-07-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!