Bab 18

Ia menyandarkan tubuhnya pada meja memberikan tumpuan kaki pada dinding, matanya menatap lekat pada gambar kerangka tubuh manusia. Gambar yang memang umum ada di laboratorium sekolah, Ia tak beranjak sedikitpun meski telinganya menangkap ada beberapa derap langkah menyusul.

" Apa kau tengah menghapal susunan tulang manusia?"Alisa berdiri di sebelah kanan memberinya semacam pertanyaan menghina yang jika di dengarkan oleh siapapun akan tetap hina.

Ia melirik Alisa, menatap lekat gadis cantik itu lalu berdecih sinis, " bukan urusanmu. Lagi pula untuk apa kau mencampuri urusanku? "

"Aku tidak mencampuri urusanmu, tapi, benda yang kau cari tidak ada disini. "

" Seolah kau tahu apa yang sedang aku cari?" Dewi mengangkat sebelah alisnya.

Bibir Alisa berkedut menahan tawa, ia tidak menjawab melainkan menyodorkan sebuah undangan berwarna hitam, didepannya tertulis 'kami mengundangmu ke pesta ulang tahun Arion Keres' menggunakan tinta emas sehingga terlihat mengkilap.

"Ambil saja, kaum melantha rendahan sepertimu akan sulit mendapatkan undangan itu." Kata Alisa dengan nada bicara sombong.

"Kurang ajar, kau menghinaku? " Dewi memekik marah, ia langsung menyerang leher Alisa menggunakan cakaran tangan yang sudah disiapkan sedari tadi.

" Kau harus belajar mengontrol diri. " Alisa mengelak santai dengan mengambil tiga langkah mundur. Sekarang tercipta cukup banyak ruang kosong diantara mereka, keduanya saling menatap, Dewi yang memberikan tatapan membunuh sementara Alisa hanya menatap datar.

" Datanglah ke pesta Keres. Selamat tinggal! "Setelah melambaikan tangan Alisa meninggalkan Laboratorium. Dewi tidak mengejar, ia hanya menatap secara bergantian antara undangan dan pintu dimana Alisa menghilang. Ia tahu dari cara Alisa menghindarinya, ia belum bisa mengimbangi gadis berwajah pucat itu. Alisa terlalu kuat untuk ia taklukan sendirian, jika nekat menyerang anak itu Dewi hanya akan di kalahkan dan semakin di permalukan. Ia butuh kekuatan yang lebih besar untuk melawannya.

*

Melati dan Mahendra yang menguping di depan pintu langsung terlonjak kaget saat Alisa membuka pintu sambil menatap datar.

"Hai, Al," Sapa Sultan tersenyum lebar.

Alisa melewati mereka begitu saja. Ia mendongak sebentar, melihat langit sudah mulai mendung ia langsung mempercepat langkah nya. Ia harus sampai dirumah sebelum hujan turun.

"Al, tunggu! "

Alisa menghela nafas panjang kemudian berhenti tepat di tengah koridor kelas sepuluh, "Ada apa? " tanyanya setelah melati berdiri disamping nya.

" kamu tahu sesuatu tentang Dewi? "Tanya Melati.

"Aku tidak tahu. Orangnya ada didalam lab, kenapa tidak masuk kedalam lalu menanyainya? " kata Alisa.

" Kamu memberikan sesuatu padanya dan pasti kamu tahu sesuatu. Beritahu aku, Al, sosok itu terus mengejar ku,"

" aku tidak tahu apapun. "

" kamu tahu. Kenapa tidak mau memberitahu ku?"

Alisa diam cukup lama, mulutnya terkunci rapat. Hari sudah jam tiga lewat, seharusnya ia sudah sampai dirumah dan bertemu ayahnya yang pulang hari ini. Ia merogoh tas hitam yang disampirkan di bahu, mengeluarkan undangan warna hitam.

"Ambilah, pesta nya diadakan dua hari lagi. Ayo bertemu disana dan aku jelaskan semuanya. " Alisa memangkas jarak diantara mereka, ia berbisik tepat di telinga melati, " Datanglah jika kau cukup yakin dengan semua konsekuensinya."

Melati menelan saliva gugup. Suara Alisa yang dingin memicu ketakutan dalam dirinya, tubuhnya gemetar lalu tanpa sadar mundur ke belakang.

" Ada apa, mel? " Tanya Sultan setelah Alisa pergi.

" Menurutmu kita harus datang kesana? "Tanya Melati memberikan undangan tersebut pada Sultan. Ia jadi ragu untuk pergi.

Sultan membacanya pelan, meneliti maps menuju gedung Graha tempat diadakan pesta ulang tahun Arion keres. Tempatnya tidak terlalu jauh dari desa Agrosari, hanya berjarak satu jam menggunakan motor.

" Kita sudah mengambil resiko dengan melihat orang misterius itu. Dari awal kita sudah terlibat, mel, tidak ada salahnya mencari tahu lalu mencari solusinya. " kata Sultan.

Melati mengangguk setuju. Datang ke pesta ulang tahun seseorang bukanlah tindakan berbahaya jadi tidak ada salahnya datang kesana.

" Mel, "

Bulu kuduk melati langsung berdiri mendengar sapaan itu, suara itu ia amat mengenalnya, ia mengepalkan tangan menguatkan tubuhnya yang gemetaran. Melati dan Sultan menoleh ke belakang, mata mereka langsung terpaku pada Dewi yang berdiri sambil tersenyum.

kumohon, jangan tersenyum. Ini menyeramkan. Batin Melati.

"Kenapa diam saja, mel? " Dewi maju selangkah, jarak mereka semakin dekat, " Sudah lama ya kita nggak ngobrol? "

Bibir itu tersenyum, namun bagi melati senyuman itu terlihat mengerikan. Ia melihat sendiri bagaimana jenazah Dewi di masukkan kedalam Liang kubur. Ia juga melihat bagaimana gadis itu keluar dari kuburnya lalu mengejarnya seolah ia dan Sultan adalah makanan yang harus di santap secepatnya.

" Sudah sore. Aku pulang dulu, " kata Melati sambil menggenggam erat tangan Sultan.

"kamu mau kan pulang bareng? aku kesepian, mel. ayo ngobrol sebentar denganku,"

Melati tidak menjawab melainkan berlari mengikuti Sultan, derap langkah mereka terdengar menggema sepanjang lorong.

"Melati, tunggu! "

" Lari lebih cepat, tan. " Instruksi Melati.

Keduanya berlari sangat kencang, mengabaikan rintik hujan yang mulai turun. Tujuan mereka sekarang adalah parkiran sekolah, biasanya jalan kesana tidaklah begitu jauh. Namun, hari ini terasa sangat jauh. Lorong-lorong sekolah menjadi sangat panjang dan menakutkan.

" BERHENTI, MELATI!!! " Dewi berteriak nyaring. Matanya menjadi merah, segera, dia mengepalkan tangan kemudian berkelabat kedepan menyusul Melati yang hampir sampai di parkiran.

"Ayo, cepat, tan. " Desak melati.

Sultan merogoh saku celananya. Diperiksa kedua saku celana abu-abu nya namun kunci motornya tidak ditemukan.

"Sial," Umpatnya. Kenapa harus sekarang kunci motornya ketinggalan sih?

" Tan, dia menyusul kita. " Ucap Melati panik.

"Kunci motorku tidak ada, "

Tidak ada waktu untuk mengambilnya sekarang.

Melati menarik tangan Sultan lalu berlari ke gerbang sekolah.

" Sepertinya dia sudah tidak mengejar, mel." ujar Sultan tak lagi mendengar derap langkah di belakang.

Melati memperhatikan sekitar. Benar. Sosok Dewi tidak lagi terlihat, mungkinkah dia sudah menyerah? Ah, baguslah. Mereka tidak perlu lagi berlarian.

" Tunggu disini, mel, aku mau mengambil kunci motor. " kata Sultan. ia pasti meninggalkan kunci motor di kelas, karena Dewi sudah tidak ada berarti sudah aman kembali ke kelasnya.

"Aku temanin," kata Melati.

Mengira sudah aman kedua teman karib itu kembali ke kelas Sultan sambil berangkulan.

SMA 1 tidak horror dan tidak ada cerita tentang hantu di sekolah itu. Jika sekolah lain punya cerita hantu yang menakutkan maka sekolah ini tidak ada, hanya sekolah biasa yang digunakan untuk menuntut ilmu. Namun, hari ini Melati merasakan bahwa sekolahnya seram, sunyi dan sepi. Ia tidak nyaman dengan suasana yang terlalu tenang, batinnya tidak tenang, ia bergerak gelisah diluar pintu selagi Sultan mencari kunci motor.

Melati membawa tungkainya kearah taman setelah memberitahu Sultan untuk menyusul kesana. Matanya menyipit kala melihat sosok Dewi yang sedari tadi mengejarnya ada di rumpun bunga yang sedang mekar.

"Apa yang dia lakukan?" Monolog Melati.

...***...

jangan lupa vote dan komen ya😃

follow IG @aca_0325

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀

☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀

mungkin lagi memikirkan cara menemukan buku itu, makanya dia ada disana and bisa jadi juga dia sengaja biar kau datang

2024-07-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!