Satu Minggu setelah kematian Dewi, suasana desa kembali ramai seperti biasa, pada sore hari banyak anak-anak main disekitar balai desa. Sementara para pemuda nongkrong di rumah singgah yang tak begitu jauh dari kuburan.
Melati mengikat rambutnya membentuk ekor kuda, setelah memakai kemeja abu-abu untuk melapisi baju kaos pendeknya ia pergi kerumah Asep yang berada disebelah rumahnya.
" Bang, bukunya mana?" Tanya Melati sesampainya di teras rumah, ia hendak menjemput buku latihan soal milik Asep sebagai referensi belajar, maklum sebentar lagi akan ada banyak ujian menjelang kelulusan.
"Cari aja dalam laci di kamar,"sahut Asep yang sedang memberi makan ayamnya disamping rumah
Melati segera masuk kedalam, ia tersenyum singkat pada ponakan Asep yang menonton TV diruang keluarga.
Klek....
Pintu terbuka, kamar Asep tidak begitu besar, namun barang-barang nya tertata rapi. Ada ranjang yang diletakkan menempel pada dinding, disebelah ranjang ada lemari berukuran sedang dengan laci dibagian paling bawah, melati melangkah kearah lemari, ia berjongkok lalu membuka laci.
ia mengambil buku paket tebal yang berisi contoh-contoh soal uts dan ujian nasional, demi bisa mendapatkan nilai memuaskan di ujian yang akan datang melati mulai belajar dengan serius. Setelah mendapatkan buku yang ia cari melati kembali menutup laci, namun ia mengurungkan niatnya saat melihat satu buku bersampul abu-abu tua yang terletak diatas buku lainnya. Agak ragu melati mengambil buku tersebut,
EKSPEDISI 50
Alis melati bertaut, ia coba buka halaman pertama. Tulisan tangan yang sangat kecil memenuhi semua baris buku.
"Buku catatan apa ini? " Heran melati, ia mendekatkan buku ke wajahnya untuk bisa membaca tulisannya, namun bukannya berhasil mengeja huruf demi huruf ia malah merasa pusing. Tulisannya sangat kecil dan tidak bisa dibaca.
Sambil memasang wajah kesal melati membalikkan semua halaman, hingga sampailah pada halaman terakhir dimana terdapat sebuah peta dan satu sketsa. Melati melebarkan matanya, Orang dalam sketsa tersebut sangat mirip dengan orang yang dilihat nya di kuburan minggu lalu.
Mendengar derap langkah dari luar melati cepat-cepat meletakkan buku tersebut.
"Udah belum, mel? " Asep muncul di pintu.
"U-udah bang. " Melati menutup laci dengan cepat, namun meski begitu ia masih melihat sesuatu yang lain dalam laci Asep. Sebuah benda putih kecil disimpan dalam plastik putih, untuk apa Asep menyimpan giginya disana?
" ini bukunya, bang, pinjam dulu ya. " Melati mengacungkan buku yang ia pegang.
"Ya, sudah, belajar yang rajin. "
"Siap bang. " Melati memberi tanda hormat saat melewati Asep yang masih berdiri di pintu
"Duh, buku tadi beneran bikin penasaran deh. " Gumam Melati. Gadis itu kembali ke rumahnya untuk menyimpan buku, setelah itu ia pergi kerumah Sultan.
Jadi, hari ini mereka akan berkumpul gazebo rumah Nia. Seperti yang sudah direncanakan minggu lalu, melati mengajak Tina, sultan dan Mahendra untuk mencari tahu siapa orang yang ia lihat di kuburan Dewi. Nia juga secara tak sengaja meminta bergabung, Melati setuju, makin banyak yang ikut akan makin baik kan?
*
Tina duduk disebelah melati dengan wajah tenang dan kalem, ia dapat merasakan Mahendra menatapnya sedari tadi. Pria itu menatapnya dengan tatapan penuh permusuhan seperti biasa.
Sultan duduk di depan mereka bersama Nia. Suasana diantara mereka berlima cukup canggung, tidak ada yang membuka suara sejak lima menit lalu, lebih tepatnya saat Nia selesai menyuguhkan minuman untuk mereka.
"Eum.. Kak, Hantu penghisap darah itu bentuknya seperti apa? " Tidak tahan dengan keheningan yang tercipta Nia memberanikan diri bertanya.
" Dia sama seperti kita, tapi, yang menandakan dia bukan manusia adalah tanda bulat warna hitam yang ada ditelapak kakinya. "Tina mulai menjelaskan bagaimana bentuk hantu penghisap darah yang ia ketahui,
Melati mencubit pelan pinggang Mahendra yang hendak menyahut. Ia harus mengantisipasi agar tidak terjadi pertengkaran lainnya disini.
"Mereka bertahan hidup dengan minum darah manusia. " Lanjut Tina .
" Berarti hampir sama dengan Vampir?" Ucap Sultan.
" Daripada menyamakan dengan Vampir, mereka lebih tepat dikatakan sebagai mayat hidup." Jawab Tina.
Nia menoleh sebentar kebelakang, ia tiba-tiba saja merinding, terlebih lagi hari sudah rembang petang.
" Apa orang yang dilihat melati hantu penghisap darah? Tanya Mahendra dengan nada ketus.
" Saya tidak tahu, kan bukan saya yang lihat."Tina menjawab tak kalah ketus.
"Dasar halu, "
" Kau-"
"Ehh... udah dong. Kalian jangan bertengkar dulu," lerai Melati.
Suasana kembali canggung, semua orang menyibukkan diri dengan pikiran masing-masing.
Melati melemparkan pandangan jauh ke depan, dari gazebo ini ia bisa melihat hamparan padi milik keluarga Nia. Pikiran nya melayang pada dua jam lalu, buku yang ia lihat sebentar dilaci Asep membuat Melati begitu penasaran. Ciri-ciri orang yang ada dalam sketsa sangat mirip dengan orang yang dilihatnya, sayang sekali tulisan dalam buku itu tidak bisa dibaca.
"Mikirin apa sih, mel?" Tegur Tina
"Bukan apa-apa, kak." Jawab Melati.
"Jangan terlalu dipikirkan, lagian udah satu minggu ini aman-aman aja, kak." Hibur Nia sambil memainkan ponsel, dia sedang mencari lagu yang cocok didengarkan sekarang.
"Ada gak sih yang pernah dengar tentang Ekspedisi 50?" Tanya Melati.
"Apaan tuh, mel? " Mahendra balik bertanya, sementara Sultan dan Nia kompak menggeleng.
"Kamu juga tahu tentang ekspedisi 50? " Kaget Tina, buku catatan usang yang ia temukan digudang masih ia simpan, Tina memang ada rencana untuk mencari tahu apa yang tertulis disana.
"Lho, kak Tina tahu?" Melati menghadap sepenuhnya pada Tina berharap gadis itu segera menjelaskan tentang isi buku yang sangat membuat nya penasaran.
" Emang ekspedisi 50 apaan, mel?" Mahendra kembali bertanya, pupil matanya sedikit membesar, dia juga ikut menatap Tina.
" Aku juga enggak tahu, mel. Seminggu lalu aku menemukan buku usang di gudang, di sampulnya tertulis Ekspedisi 50." Tina menghela nafas panjang lalu melanjutkan, " Isinya tidak bisa dibaca."
"Lho, kenapa? Ditulis dalam bahasa asing ya?" Tanya Sultan.
Tina dan melati kompak menggeleng. " tulisannya sangat kecil, kepalaku pusing setelah mencoba membacanya "Jawab Melati.
" Kak Tina bawa bukunya? " Tanya Nia.
" Sultan, Hendra, kalian nggak ke balai desa? seluruh pemuda desa diminta berkumpul disana." Asep datang menginterupsi percakapan mereka.
" Sekarang bang?"
"Ya, sekarang dong, hen. Yok, sama saya aja. " Ajak Asep sembari menepuk jok motornya.
" Kita sambung besok ya guys,"Sultan dan Mahendra pamit dan segera naik motor Asep.
"Jadi, kak Tina bawa bukunya gak? " Nia mengulangi pertanyaan nya setelah Asep pergi.
Tina menggeleng.
Melati meminta keduanya untuk lebih mendekat kemudian berkata dengan suara pelan, " Dihalaman belakang ada peta dan sketsa seseorang. Orang dalam sketsa mirip sekali dengan orang yang aku lihat di kuburan Dewi. "Jelas Melati.
"Serius?" Tina dan Nia melebarkan mata kaget. Fakta bahwa catatan itu berisi sesuatu yang penting membuat ketiganya menoleh sekitar, takut ada yang mendengar pembicaraan mereka.
" Dia laki-laki atau perempuan?"Tanya Nia.
"Belum tahu. Kepala hingga hidungnya ditutupi sehelai kain hitam tipis," Jawab Tina.
" kak, besok kita harus berkumpul lagi disini. Aku akan mencoba membawa kaca pembesar yang ada di lab sekolah, kita bisa menggunakannya untuk mencari tahu isi buku tersebut. " Kata Melati dengan ide gilanya.
Tina mengangguk, sementara Nia langsung mengajukan diri untuk ikut mencuri kaca pembesar di sekolah, lebih tepatnya meminjam tanpa izin. Karena sebentar lagi Maghrib Tina dan Melati juga pamit pulang.
...***...
Jangan lupa vote, komen dan subscribe ya😉
Follow IG @aca_0325
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Husein
waa makin penasaran...
apakah Asep tau sesuatu, ataukah Asep bagian dr mereka?
2024-07-07
0