Bab 15

"Kalian tidak pulang? "

Melati terlonjak kaget, ia tidak menyangka akan bertemu gadis itu disidi. Pada anak tangga pondokan Alisa berdiri sembari menenteng payung hitam di tangan kanannya. Melati merasa aneh tiba-tiba saja Alisa datang tanpa disadari.

" Dia anak baru itu kan, kak? " Nia berbisik di sebelah Melati.

Mahendra menatap tajam pada Alisa yang tidak bergerak sama sekali, dia masih berdiri disana, apa dia tidak merasa dingin?

" Kami sedang menunggu hujan reda, " Asep menyahut memecah keheningan.

" Menurutku hujan tak akan reda hingga tengah malam, kenapa tidak pulang saja atau mau bermalam disini? "

" Udah kayak peramal cuaca aja, " Celetuk Mahendra.

Gadis berwajah pucat itu menatap sekilas, ia membawa langkah kakinya kedalam pondokan, " Mau pulang bersama? "Tawarnya pada Melati, mereka sekarang berhadap-hadapan.

" Enggak, aku mau nunggu hujan reda aja."

" Aku tidak suka berhutang budi. Kau menolongku kemarin, mari kuantar pulang! "Kata Alisa membuat Melati bingung, ia kemarin hanya menawarkan bantuan untuk mengantarkan Alisa ke UKS tetapi gadis itu menolaknya. Melati tidak menolongnya sama sekali jadi tidak ada hutang budi yang perlu dibayar.

" Kau keberatan ku antar pakai payung? "tanyanya lagi sembari menggoyang kan tangkai payung.

" Bukan begitu, " Melati menggeleng cepat.

" Berarti setuju pulang bersama? "

" Heh, kalau dia nggak mau jangan di paksa. lagian kamu siapa sih? sok akrab banget, " ketus mahendra langsung mendorong lembut melati agar menjauh dari Alisa.

" Aku Alisa, tetangga baru melati. Aku tidak memaksa, hanya menawarkan bantuan. " jawab Alisa datar.

" Ya sudah, lagi pula kami memang tetangga. Aku akan pulang sama Alisa, " Kata Melati.

"Mel, "

" Kenapa, hen? "

Mahendra menggeleng meskipun ingin sekali menahan melati supaya tidak pulang bersama Alisa. Ia tidak suka anak baru itu mendekati Melati.

" Ayo, mel. " Alisa menatap sebentar pada lantai yang ia pijak, matanya yang tajam seakan bisa menembus lantai papan itu hingga membuat makhluk yang berdiam diri dibawahnya merasa terintimidasi.

" Sial, aku tidak bisa menunggu lebih lama. Sepertinya aku harus mencari di tempat lain," Gumamnya, lalu sosok serba hitam itu secepatnya pergi, ia berlari melewati kuburan kemudian menghilang diantara rimbunnya pepohonan.

Hujan masih sangat deras, melati memilih pulang bersama Alisa. Ia berjalan canggung di sebelah Alisa sembari memperhatikan air yang menggenang di jalan berlubang yang mereka lewati.

"Kamu pindahan dari kota mana? " Tanya Melati yang tak tahan dengan keterdiaman itu.

" Kota yang jauh sekali,"

Alis melati mengerut, jawaban ambigu yang ia dapatkan membuat nya semakin penasaran dengan latar belakang Alisa. Tentangnya yang tiba-tiba pindah ke rumah yang sudah lama kosong, bekas aneh dilehernya sudah tidak terlihat lagi. Kalau tanda lahir tidak akan hilang begitu saja, sayangnya sekarang Melati tidak bisa melihat dengan jelas sebab leher Alisa tertutup rambut panjangnya yang tergerai.

" Kenapa? "Alisa tiba-tiba menoleh.

"Eng-enggak. Kamu blasteran Eropa ya? "

" Tidak, keluarga kami memang memiliki mata emerald dan kulit putih pucat. " Alisa menekankan nada suaranya pada kata pucat, ia tidak lagi melihat pada melati, ia memandang lurus ke depan.

" Ayahmu bekerja dimana? "

" Kau sedang menginterogasiku? "

Melati menggeleng.

Rumah mereka sudah terlihat, namun melati masih belum mendapatkan informasi penting tentang Alisa.

" Bukankah minum segelas teh hijau dan makan satu porsi mie diberi topping bawang putih akan terasa sangat nikmat? " Alisa bertanya saat mereka sudah sampai di depan rumah Melati.

"Ya? " Melati tidak mengerti apa yang dimaksud Alisa, apa gadis itu hendak mengajaknya makan mie dan minum teh? Atau pertanyaan itu hanya sekedar salam perpisahan yang aneh?

"Maksudku, bagiamana kalau mampir kerumahku."

Melati mengangguk lalu mengikuti Alisa.

" Al, menurutku kau tidak terlalu pintar bersosialisasi," kata Melati, cara Alisa mengajaknya benar-benar aneh, dan ia baru pertama kalinya bertemu orang yang seaneh Alisa.

"Kau benar. Bersosialisasi bukanlah keahlianku. Mungkin kau mau mengajariku? " Alisa mengeluarkan kunci dari dalam saku jeans hitam nya, lalu membuka pintu dengan cekatan.

" Selamat datang, Melati. Kau bisa duduk disana, " Alisa menunjuk sofa berwarna hitam yang ada di ruang tamu, " Sementara aku akan memasak mie dan segelas teh. Tak akan lama, "lanjutnya kemudian pergi kedapur setelah meletakkan payung dibelakang pintu.

Melati tidak langsung duduk, ia berjalan mengelilingi ruang tamu memperhatikan setiap detailnya. Dibelakang sofa tunggal ada lukisan yang dipasang menempel, pria dewasa memakai jas hitam digambarkan dengan sempurna, dia memiliki warna mata yang sama dengan Alisa. disamping pria itu berdiri seorang gadis kecil kira-kira berusia sepuluh tahun. Melati yakin pria itu adalah Ayah Alisa.

Selain lukisan itu tidak ada hal lain yang bisa dilihat, melati duduk tenang diatas sofa menunggu Alisa yang katanya hanya menyiapkan makanan.

Lima menit kemudian Alisa datang membawa nampan, dua porsi mie instan dan dua gelas teh diletakkan diatas meja.

" Semoga suka. " Kata Alisa memberikan satu porsi pada Melati.

"Aku kurang suka bawang putih, " Ucap Melati saat melihat ada tiga bawang putih mentah diatas mie yang masih mengepul.

" Cobalah. Bawang putih dengan mie adalah gabungan yang sempurna. "

Mau tak mau Melati memakan mie beserta bawang putih tersebut, ia sesekali melirik Alisa, tenang adalah kata yang cukup akurat untuk menggambarkannya. Saat memperhatikan lebih jeli penampilan Alisa yang memakai pakaian serba hitam, Melati baru ingat dengan perempuan yang ia lihat tadi. Apa dia yang tadi dilihat melati keluar dari area kuburan? Tapi, kan, perempuan itu sudah pergi dan tak mungkin singgah di pondokan.

Setelah selesai makan, Melati segera pamit pulang kalau tidak ibunya akan mengomel karena ia pulang malam.

" Sebentar, " Alisa pergi ke kamar nya lalu kembali ke ruang tamu sambil membawa kotak paket.

"Untukmu. Barangkali suatu hari nanti kau butuh itu, " Alisa menyodorkan kotak tersebut ke pangkuan Melati.

" Terimakasih, "Ucap Melati. Ia pergi dari rumah itu sambil terus bertanya-tanya apa isi kotak itu. Alisa meminjamkan nya payung supaya tidak kehujanan, meskipun rumah mereka dekat namun karena hujan sangat deras ia harus memakai payung.

Setelah diperhatikan lagi ada tulisan diatas kotak; Baca dan sembunyikan.

Melati hanya bisa mendesah lelah, tidak mengerti dengan kata-kata tersebut ia langsung saja menyimpan kotak tersebut dalam lemari. Rencananya nanti malam setelah semua orang tertidur ia akan membukanya.

...***...

Jangan lupa vote, komen dan subscribe yaa😃

follow IG @aca_0325

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀

☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀

woah! apa jangan" itu bukan ekspedisi 50 selain yg di bakar sama temen melati

2024-07-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!