Bab 5

Didalam kamarnya yang temaram Melati membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut, sejak pulang dari rumah Tina ia langsung mengurung diri di kamar. Perasaan was-was masih menghantuinya, ia dilanda ketakutan hebat. Dewi yang jelas-jelas sudah meninggal hidup lagi, ia tak mengerti, tapi dari tatapannya melati paham bahwa Dewi yang sekarang bukan dewi yang sama. Ada yang berbeda dari gadis itu, apa memang seperti itu asal usul hantu penghisap darah?

Jangan-jangan cerita tentang hantu penghisap darah yang berasal dari mayat hidup memang benar adanya.

Malam ini hening sekali, hanya suara jarum jam yang terus bergerak yang menemani Melati yang tengah terjaga sendirian. Ia menghidupkan ponsel sebentar, memeriksa kontak kedua temannya. Sultan terakhir online satu jam lalu. Ia menghela nafas lega melihat tulisan online dibawah kontak Mahendra. Jarinya menekan tombol memanggil.

Berdering.....

Namun, Mahendra tidak menjawab teleponnya.

" Dia online, kenapa gak diangkat? "Monolog Melati.

Tek... tek... tekkk....

Suara jendela diketuk menggema didalam kamar persegi empat tersebut. Ada yang datang, namun, dia datang bukan dengan niat yang baik. Orang yang memiliki niat baik akan datang dari depan, dia akan mengetuk pintu rumah alih-alih mengetuk jendela kamar.

Deg....

Melati meletakkan ponsel diatas nakas kemudian menyembunyikan diri dalam selimut. Kedua tangannya terkepal sambil merapal doa dalam hati. Semoga hanya orang iseng. Tapi, pikiran melati tak bisa diajak berkompromi, otakanya terus membuat skenario bahwa yang datang adalah hantu, sosok mengerikan yang sering Tina ceritakan.

Ketukan pada jendela tidak berhenti, namun berubah menjadi tarikan kasar, seseorang berusaha membuka jendela dari luar. Ya tuhan... apa yang harus Melati lakukan? ia ketakutan. Tidak, ia tidak bisa terus bersembunyi didalam selimut atau siapapun yang berada diluar akan menemukan nya.

"Tapi, gimana kalau maling? " Melati berdiri ragu-ragu sejenak.

Jendela terus dipaksa terbuka dari luar. Melati melangkah perlahan, ia membuka sedikit tirai jendela. Matanya melotot melihat sosok yang tadi sore dilihat di makam Dewi sekarang sedang berdiri diluar jendela, wajah dan kepalanya ditutup kain hitam tipis, meski begitu wajahnya tidak bisa dilihat jelas.

Setelah mengetahui yang ada diluar bukan maling, Melati melangkah mundur, ia berjalan sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara. Diraihnya ponsel yang tergeletak diatas nakas lalu melangkah pelan kearah pintu, ia menarik gagang pintu sepelan mungkin.

"Huft... " Melati meletakkan kedua tangannya didepan dada, menekan ketakutan yang menderanya. Setelah agak tenang ia dengan cepat menggembok pintu kamar. Sial sekali, disaat seperti ini ia hanya sendirian dirumah, ibu dan adiknya menginap di desa sebelah. Setelah itu ia pergi ke kamar ibunya. Untuk beberapa saat melati hanya duduk dengan cemas diatas ranjang sembari memegang erat ponselnya.

Bagimana kalau sosok itu berhasil masuk?

Apa yang diinginkan nya dari melati?

Kenapa dia datang kesini tengah malam?

Melati berdiri, ia berpindah duduk didekat jendela kamar ibunya. Mengintip sebentar dan tidak ada siapapun diluar. Apa ia harus pergi dari rumah malam ini?

*

Sementara itu sosok itu berhasil membuka jendela. Dia dengan cekatan melompat kedalam kamar yang temaram. Tangannya menarik selimut dengan gerakan lembut.

"Sial." Dia mengumpat kesal saat mendapati tidak ada melati dibawah selimut. Dia melangkah lebar kearah pintu, tangannya menarik gagang pintu yang terkunci.

Beberapa kali kakinya menendang pintu dengan tidak sabaran. Tidak juga terbuka, dia gantian menabrakkan badannya. Hanya butuh beberapa kali percobaan sebelum akhirnya pintu tersebut terbuka lebar, ruang keluarga yang gelap menyambut kedatangannya. dia mendongak keatas, hidungnya kembang kempis seperti tengah membaui sesuatu. Lalu, dia terkekeh pelan , dengan cepat melangkah kearah kamar ibu melati.

"Dasar ceroboh. " Ejeknya mendapati pintu tersebut tidak terkunci. Dia dengan santai masuk kedalam, tetapi, lagi-lagi dia tidak menemukan siapapun.

"Apa aku salah? Dia tidak pulang kerumah? " Dia mengerutkan dahi, kembali mendongakkan kepala, "Tapi, aroma tubuhnya masih baru. Apa dia baru saja pergi? "

Sosok itu membuka jendela ganda tersebut, matanya menatap jauh kedepan-kedalam kegelapan seolah dia bisa melihat sesuatu didalamnya. Angin bertiup kencang membuat kain tipis yang menutupi wajah dan kepalanya meliuk-liuk, namun, tidak sampai menjatuhkan nya.

*

Melati mengambil keputusan untuk keluar dari rumah. Ia berlari melewati beberapa rumah warga, ia hanya memakai baju tidur yang tidak terlalu tebal, udara dingin membuatnya menggigil. Ia baru berhenti berlari setelah sampai dirumah Sultan, ia merasa bersyukur jarak rumah mereka tidak terlalu jauh.

"Tan! Sultan! " Melati memukul agak keras jendela kamar Sultan.

"Tan! " Panggil Melati sambil sesekali menoleh kebelakang.

Jendela dibuka sedikit, "Eh.. Mel, ngapain kesini tengah malam? " tanya Sultan dengan suara serak khas bangun tidur. Jarak kamarnya dengan kamar orang tuanya lumayan jauh jadi mereka tidak akan mendengar suara ribut yang ditimbulkan melati.

"Biarin aku masuk dulu, pliss!! " Kata Melati memohon.

" Mau ngapain? " Meski bingung Sultan tetap membiarkan melati masuk. Dibiarkan saja gadis itu mengambil selimutnya, lalu mengajaknya duduk di lantai yang beralas karpet.

" Kamu kenapa? "Tanya Sultan pelan.

"Orang itu datang ke rumah ku. Dia mencariku, tan. Aku takut sekali, " Jawab Melati dengan suara bergetar. Sebisa mungkin ia menahan tangis. Sultan akan meledaknya habis-habisan jika melihatnya menangis. Walaupun sebenarnya ia sungguh sangat takut.

"Maksudmu orang yang kita lihat sore tadi? " Sultan langsung paham siapa yang dimaksud oleh melati. Dan ketika melihat temannya itu mengangguk, Sultan mulai bertanya-tanya untuk apa sosok itu mendatangi melati?

"Apa yang harus kita lakukan? Dia pasti akan terus memburu kita. "

" Mel, tenang, kita cari jalan keluar nya sama-sama," Sultan berusaha menenangkan melati.

" Dia pasti hantu itu yang sering diceritakan kak Tina, "Gumam Melati.

"Tapi, kakinya menyentuh tanah, Mel. "

" kak Tina juga bilang kan kalau dia bukan makhluk halus. "

" Kalau dia beneran hantu penghisap darah kenapa dia mengambil mayat Dewi? Dia seharusnya hanya butuh darahkan? "

" kita harus bertemu kak Tina, aku harus menanyakannya. Kalau dia beneran hantu penghisap darah, kita harus menangkapnya. " Kata Melati menggebu-gebu.

"Sudah nggak takut lagi? " Tanya Sultan setengah bercanda.

" Diam deh, tan. Gak usah ngeledek aku, kamu juga takut kan?"

Sultan hanya tertawa melihat kekesalan temannya.

"Aku tidur disini ya, tan. "

" Tidur aja." Sultan mengangguk tak acuh, " Asalkan besok pagi sebelum orang tua ku bangun kamu harus pergi. "

Melati mengangguk setuju. Ia tidur di ranjang sementara Sultan memilih tidur di lantai. Sultan tidak merasa terganggu sama sekali, melati seringkali berperilaku seperti pria jadi ia sudah menganggap gadis itu seperti teman prianya. Setelah memastikan melati tertidur, Sultan juga ikut memejamkan mata setelah menghidupkan alarm. Bisa panjang urusannya kalau mereka bangun kesiangan.

...***...

Jangan lupa vote, komen dan Subscribe ya☺

Follow juga ig @aca_0325

Terpopuler

Comments

Husein

Husein

seremm ih dikejar saat sendiri di rumah pas malam, keren melati kepikiran pergi, ga takut dikejar..

2024-07-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!