Bab 10

Setelah seharian disibukkan dengan pembelajaran disekolah, sore hari Melati dan kedua temannya berkumpul di balai desa. Disana juga sudah ada Tina dan Nia yang sudah datang terlebih dahulu. Mereka duduk melingkar dalam pondokan balai desa.

Sore itu matahari masih bersinar sangat terik, Melati membagikan es krim yang ia beli di abang-abang penjual keliling, setelah itu ia duduk disebelah Tina.

" Aku sudah mencari buku itu ke seluruh penjuru rumah. Bukunya beneran hilang," kata Tina seraya melirik tajam pada Mahendra sebagai bentuk tuduhan dan ia sangat yakin pria itu yang sudah mengambilnya.

" Aku mau meluruskan satu hal, " Mahendra menatap sinis pada Tina, " Aku sangat membencimu, dan kamu harus ingat aku tidak akan pernah menginjakkan kaki dirumah orang yang ku benci. "

Melati menghela nafas panjang, memang sangat melelahkan jika harus mendengar Tina dan Mahendra saling sindir setiap kali bertemu bahkan kerap kali mereka cekcok hanya karena hal sepele. Keduanya saling mencari keburukan satu sama lain untuk kemudian dijadikan bahan memulai keributan.

" Kalian berdua bisa berhenti gak sih? Kita kan sudah sepakat mau kerjasama mencari tahu siapa orang misterius itu, tapi, setiap kali kita berkumpul sebagian besar waktu dihabiskan untuk pertengkaran kalian berdua. " Beber Melati memberitahu keluhannya terhadap mereka berdua sebelum keduanya makin sengit.

" Sekarang aku tanya sebenarnya apa sih permasalahan kalian berdua? Kenapa gak di selesaikan saja, gak capek apa tiap ketemu ribut terus, " lanjut Melati memberi saran yang masuk akal. Lagipula tidak salahnya menyelesaikan masalah diantara mereka.

Tina diam, wajahnya yang sedari tadi tegang perlahan mengendur, ekspresi nya berubah datar. Dia membungkam mulutnya, netranya bergulir kearah manapun asal tidak menatap semua orang yang duduk disana.

Sementara itu Mahendra juga enggan menjawab, dia tak lagi menatap sinis padaTina.

" Sudahlah. Biarkan saja, mel, mungkin memang ada masalah diantara mereka yang belum bisa diatasi. " Ucap Sultan.

"Tidak apa-apa kak Tina, kita masih bisa mencari bukunya kok. " Nia menghibur dengan usaha payahnya. Semoga saja suasana canggung diantara mereka mulai mencair.

" Ada yang tahu nggak sama Alisa? Anak baru di SMA 1, dia juga pindah ke desa kita. " Melati mulai menceritakan tentang siswi baru bernama Alisa yang meninggalkan kesan janggal baginya.

" Aku kenal kak, dia tinggal disebelah rumah bang Asep." Celetuk Nia. Seperti biasa Nia memang bisa diandalkan untuk setia berita terbaru yang ada didesa Agrosari.

"Dia kenapa, mel? " Tanya Tina.

" Dia agak aneh kak, dilehernya ada bekas gigitan warna ungu kehitaman. Apa dia juga mayat yang dibangkitkan? "

Ada sedikit keterkejutan dikedua mata Tina mendengar cerita itu, namun hanya sesaat sebelum kembali tenang seperti riak danau.

" Bisa saja dia memang seperti yang kau pikirkan. Tapi, belum ada bukti valid, jika hanya sebatas bekas gigitan samar tidak cukup membuktikan." Kata Tina.

" Rumahmu paling dekat dengan rumah anak baru itu berarti kau bisa menyelidiki nya sendirian, mel? " Tanya Tina.

Melati mengangguk.

Lalu, cerita tentang anak baru dibiarkan berlalu begitu saja. Sekarang kelima orang itu memfokuskan diskusi tentang Dewi, remaja yang dibangkitkan dari peristirahatan terakhirnya oleh orang misterius yang belum diketahui identitasnya.

" Aku yakin orang itu memang hantu penghisap darah. Dia membangkitkan Dewi untuk suatu hal." Kata Tina memberikan pendapat, sedari tadi ia berpikir keras mengenai pembangkitan Jenazah yang dahulu sekali sempat ia dengar kisahnya.

" Lilis teman dekat Dewi, kita bisa menanyakan tentang Dewi padanya. " Ujar Mahendra yang sejak tadi hanya menyimak.

" kita bagi tugas saja. Aku dan Tina akan menyelidiki Dewi, apakah ada yang janggal sebelum kematiannya atau tidak. Kalian bertiga bisa mencari tahu tentang keluarga Alisa untuk memastikan dia beneran manusia atau bukan. " Sultan langsung mengambil keputusan yang sederhana. Tidak ada yang membantah, mereka setuju dengan ide tersebut.

*

Alisa Selena Vannera perempuan cantik berkulit putih pucat, ia memiliki bola mata emerald yang tidak umum untuk penduduk asli Pribumi. Alisa memiliki bola mata yang sama dengan Ayahnya, Wilson Vannera. Ia hanya tinggal berdua dengan ayahnya karena ibunya sudah lama meninggal.

Melati sedang duduk di teras depan rumah Asep, pandangan nya tidak lepas dari rumah berwarna abu-abu yang tepat berada disamping, rumah milik keluarga Alisa. Ia sudah duduk disana sejak setengah jam lalu, tetapi orang yang ia tunggu tidak terlihat sama sekali.

"Bang Asep kemana, bi? " Tanya Melati saat kakak ibunya itu keluar dari dalam.

" ke kantor wali tadi, mel." Jawab Bi Halimah.

" Bibi mau kemana?"

" Ke warung sebentar. Tolong jagain dulu rumah ya, mel." Kata Bi Halimah lalu pergi meninggalkan Melati sendirian.

Kesempatan.

Ini saatnya Melati menyelinap kedalam kamar Asep dan mengambil buku Ekspedisi 50. Ia pulang sebentar ke rumahnya untuk mengambil kaca pembesar.

Melati menutup pintu depan lalu ia secepatnya masuk kedalam kamar Asep. Ia mengintip sebentar, setelah memastikan aman ia membuka laci dengan cekatan. Ia mengambil buku catatan yang tempo hari membuatnya sangat penasaran.

Namun, dibawah buku tersebut ternyata ada lagi buku catatan dengan judul yang sama tetapi dengan sampul yang berbeda. Kenapa sekarang ada dua buku?

"Jangan-jangan.... " Melati menutup mulutnya sebentar, Jangan-jangan Asep adalah orang yang mencuri buku yang ditemukan Tina.

Melati masih ingat kemarin hanya ada satu buku, tapi sekarang sudah ada dua. Tapi untuk saat ini perihal orang yang mencuri buku tidak terlalu penting. Yang harus melati lakukan adalah membaca isi buku tersebut sebelum Bi Halimah atau Asep pulang.

Catatan sebelum keberangkatan

Saya, Dirman dan Famela diberi amanah yang amat besar oleh tetua desa. Untuk menyelamatkan desa dari kehancuran Saya dan kedua rekan harus melakukan Ekspedisi 50.

Desa-desa mulai hancur, mereka mulai menyerang dan mengambil banyak kehidupan.

Kita tahu ini bukanlah pembantaian sepihak, tetapi perang dua kubu yang saling berseberangan.

Semakin Melati membaca tulisan yang ada didalam buku tersebut semakin ia tidak mengerti. Catatan tersebut ditulis secara acak, sepertinya penulisnya sedang terburu-buru atau tengah dikejar sesuatu.

Melati mengulang kembali membaca tulisan pada satu halaman yang isinya cukup mengejutkan,

Malam ini sebelum berangkat melaksanakan tugas, tetua desa dan kepala adat mengadakan pesta besar-besaran, kata mereka supaya tugas kami bisa berhasil. Pesta pora dan hiburan yang disuguhkan memang menggugah selera, rekan saya Dirman lupa diri, dia berlari ke tengah lembah dan mungkin tak akan pernah lagi kembali.

Aneh sekali isi catatannya, Melati sepenuhnya tidak mengerti maksud tulisan tersebut. Ia menutup buku dengan cepat saat mendengar suara motor berhenti didepan. Pasti Asep yang baru pulang.

Melati masih penasaran dengan isi buku tersebut, tapi kalau ia mengambil buku itu sekarang Asep pasti akan curiga. Dengan terpaksa Melati kembali menyimpan buku tersebut dalam laci kemudian keluar dari kamar Asep dan dengan cepat menyalakan televisi di ruang keluarga.

...***...

Jangan lupa vote, komen dan subscribe yaa😀

follow juga ig @aca_0325

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀

☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀

iyakah asep yg ngambil? gak mungkin deh, bisa jadi para pucat yg taruh buku itu disana

2024-07-14

0

Husein

Husein

lanjut kak oThor..

2024-07-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!