Bab 17

Melati beringsut ke belakang hingga punggungnya menyentuh dinding. Sambil menahan sakit ia berdiri, sekarang sosok itu terkekeh seram. Sementara sosok itu masih berdiri diam, melati dengan cepat masuk kedalam rumah.

Brak..

Ia berhasil menutup pintu dengan dentuman keras. Melati mengunci pintu lalu mengintip keluar lewat kaca jendela.

Tak... tak.... tak...

Sosok itu beralih mengetuk keras kaca jendela, entah sedang menakuti melati atau dia tengah berusaha untuk masuk kedalam rumah.

"Mel, kamu ngapain ribut-ribut tengah malam? " Ibu muncul dari ruang keluarga dengan muka bantal khas orang bangun tidur.

"Anu... bu, Mencari miko, hehehe. " Jawab Melati, wajah paniknya masih kentara. Dilepaskan miko yang sedari tadi ia peluk, kucing itu langsung ngacir kearah ruang keluarga mungkin hendak mengecek anaknya yang biasa tidur diatas sofa. Miko memiliki tiga anak, anaknya hilang satu dan sekarang hanya tinggal dua.

"Nggak perlu se-ribut itu, mel, sampai suara pintunya keras banget." Omel ibu, lalu wanita paruh baya itu kembali ke kamarnya untuk kembali tidur.

"Huft, syukur lah orang itu sudah pergi. " Melati menghela nafas lega ketika mengintip keluar ia tidak lagi melihat sosok itu.

"Sebenarnya dia siapa sih? Apa yang dia lakukan disini? "Melati memilih duduk diatas kursi yang ada dekat kompor, " Jangan-jangan dia beneran hantu penghisap darah lagi, "

Melati masih terus mengira-ngira tentang Siapakah sosok serba hitam misterius yang ia lihat. Terhitung sudah tiga kali ia melihatnya, pertama di makam dewi, kedua malam hari hendak membuka paksa jendela kamar melati dan hari ini ia kembali bertemu sosok itu yang hampir mencelakai nya.

Ringisan kecil keluar dari mulut melati saat tangannya menyentuh lehernya yang tadi ditarik kuat, tadi karena ia sangat ketakutan sakitnya tidak begitu terasa. Namun, sekarang sakit di lehernya mulai berdenyut-denyut.

Setengah jam lebih duduk di dapur, melati kembali kedalam kamarnya. Ia mulai memejamkan mata dan berharap segera tertidur, besok pagi ia harus sekolah. Ya, walau sebenarnya melati termasuk anak yang malas belajar, ia tidak suka belajar terlebih lagi pelajaran matematika yang menurutnya memusingkan. Namun, meski begitu ia jarang sekali bolos, kemarin ia sengaja tidak sekolah karena ingin tahu penyebab kematian lilis.

Hanya saja setelah perdebatan tadi siang, melati tidak bisa lagi mengharapkan Mahendra ataupun Tina untuk mencari tahu tentang orang misterius itu. Toh, mereka berdua juga setuju membakar buku ekspedisi 50 bersama asep. Artinya, Tina tahu sesuatu dan berusaha menyembunyikan dari Melati.

Namun, yang tidak Melati mengerti adalah kenapa Tina dan Mahendra untuk pertama kalinya berada di pihak yang sama. Biasanya mereka selalu bertentangan. Sepertinya memang ada yang mereka ketahui dan tak ingin membaginya dengan melati.

*

Matahari bersinar sangat terik siang itu, Melati baru saja selesai pelajaran olahraga, ia nongkrong di kantin bersama teman-teman sekelasnya sembari menunggu bel pulang berbunyi.

" Aku pergi dulu ya, "Pamit melati kala melihat Sultan memasuki kantin sendirian, ia tidak melihat mahendra sama sekali. Palingan pria itu kalau tidak bolos ya tidur dikelas, mahendra memang terkenal sebagai murid bandel. Sangat berbeda dengan Sultan yang merupakan siswa teladan.

"Hai, tan, " Sapa Melati seraya mengikuti Sultan ke dekat lemari pendingin.

"Hai, mel, " Balas Sultan, ia mengajak melati duduk di sudut kantin setelah membayar minuman kaleng yang ia ambil.

" Udah dua hari kita nggak ngumpul ya," ujar Sultan seraya menyeruput minuman rasa buah yang ia pegang menggunakan tangan kanan.

"Pasti kamu belum tahu ya apa yang terjadi? "

"Memangnya ada sesuatu yang terjadi? Aku pikir kita nggak ngumpul lagi karena lilis baru meninggal, "

" Tina, Mahendra dan Nia nggak akan mau menyelidiki orang misterius itu. "Jelas Melati, mengingat bagaimana mereka memutuskan untuk membakar buku tersebut tanpa melibatkannya masih membuat melati kesal.

"Lho, kenapa?" tanya Sultan keheranan.

" Mahendra tidak pernah percaya dengan cerita kita, dia nggak percaya sama orang misterius yang tempo hari kita lihat. Kamu tahu, buku ekspedisi 50 yang ditemukan kak Tina ternyata di curi bang Asep. Kata mereka buku itu sudah dibakar. " Kata Melati tersenyum getir. Ia tahu Mahendra terlalu logis untuk ceritanya yang tidak masuk akal, bagaimana mungkin pria itu percaya Dewi keluar dari liang kubur lalu mengejar mereka selayaknya manusia.

" Terus apa yang akan kita lakukan? " Mahendra menghela nafas, diletakkan minumanya diatas meja lalu menatap intens ke depan.

" Kita harus tetap mencari tahu orang itu, tan. Aku ngerasa nggak aman. Bahkan tadi malam dia datang lagi kerumahku dan-" Melati menghentikan ucapannya, ia menunduk, bahunya bergetar. Melati menangis.

Sultan berpindah ke samping Melati, " Jangan nangis, mel. Aku akan bantu kamu, lagi pula orang itu tahu kalau kita berdua yang melihatnya. Dia pasti juga mengincarku. "Kata Sultan memberi usapan lembut di punggung Melati.

Melati lantas juga menceritakan tentang Alisa yang juga tak kalah misterius. Gadis seolah memiliki tembok tinggi yang dapat menghalangi siapapun untuk mencari tahu tentangnya.

Tentang buku ekspedisi 50 dan cincin aneh yang diberikan Alisa tidak Melati diceritakan. Ia akan menyimpan benda itu sendirian seperti amanat yang tertera pada secarik kertas.

*

Saat semua siswa dan guru sudah pulang ke rumah masing-masing, Dewi menyelinap masuk kedalam ruang kepala sekolah. Matanya bergerilya ke seluruh penjuru ruangan, meja, lemari, tumpukan buku serta beberapa berkas tak luput dari pandangan nya.

Ia melangkah lebar kearah lemari, tangannya mengeluarkan semua isi lemari. Ia memeriksa satu persatu, namun, benda yang ia cari tidak ditemukan. Dewi beralih mengacak-acak isi laci dan lagi ia tidak menemukan apapun.

" Sial... Dimana benda itu disimpan, " Dengus Dewi lalu melompat keluar melalui jendela.

Alisa yang berdiri tepat dibawah jendela sedikit menggeser kaki, Dewi mendarat dengan sempurna di hadapannya. Mata tajam Alisa menelisik sekujur tubuh Dewi, tak lupa memberi tatapan intimidasi yang membuat orang lain bergetar.

" Kenapa menatapku begitu?" Tanya Dewi tidak suka.

" Ada darah di bahu kananmu, " Kata Alisa menujuk bahu Dewi menggunakan lirikan mata.

Dewi mengusap kasar bahunya, lalu pergi secepatnya dari sana setelah mendelik sinis.

Tanpa disadari Alisa mengikuti dari belakang, meski dia hanya berjalan santai namun Dewi tak pernah lepas dari jangkauannya. Gadis itu memeluk erat buku paket yang ia pinjam dari perpustakaan tadi siang. Senyum tipis terbit diwajahnya kala melihat Dewi memasuki lab sekolah. Segera Alisa menyusul kesana.

"Ayo kita ikuti mereka, " Kata Melati yang sedari tadi mengamati pergerakan melati dan Alisa. Ia dan Sultan sengaja bersembunyi diatas pohon mangga yang ada di taman belakang, dari sana bisa melihat pekarangan sekolah dengan jelas.

" Ayo! " Sultan turun lebih dahulu lalu mengulurkan tangannya pada Melati. Setelah itu keduanya dengan cepat pergi ke lab demi mengetahui ada apa antara Alisa dan Dewi. Mereka sudah mengetahui siapa Dewi, namun Alisa masih menjadi tanda tanya yang harus dicari tahu secepatnya.

...***...

Jangan lupa vote dan komen yaa😀

follow IG @aca_0325

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀

☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀

susah mengetahui alisa nya mel, dia itu misterius ahaha

2024-07-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!