Tina Nazwa Maharani gadis cantik yang terlahir dikeluarga sederhana, ayahnya sudah meninggal dunia sejak ia masih dalam kandungan. Sepeninggal ayahnya, ibunya banting tulang mencari nafkah untuk keluarga. Nek ijah, neneknya yang bekerja sebagai pemandi jenazah, setiap ada orang yang meninggal Nek ijah yang akan mengurus pemandiannya. Setelah lulus sekolah, Tina ikut membantu nenek, terkadang juga membantu Ibunya yang bekerja di sawah.
Sebagai gadis desa yang seringkali berjemur dibawah terik matahari Tina memiliki kulit hitam manis, ia memiliki wajah manis dengan rambut panjang sepinggang bergelombang. Ia pernah mendapat julukan sebagai kembang desa Agrosari. Namun, saat umur enam belas tahun ia pernah diberitahu neneknya tentang makhluk mirip manusia yang bertahan hidup dengan minum darah manusia.
Makhluk itu terakhir kali dilihat oleh Nek ijah saat masih remaja, kala itu desa geger karena banyak warga yang mati secara misterius, lalu para pemuda desa mulai memburu makhluk tersebut dan makhluk itu berhasil ditangkap.
Tina yang masih berusia enam belas tahun mulai menceritakan kisah tersebut pada warga desa, ia antusias membagikan cerita yang suatu saat mungkin bisa jadi petunjuk jika makhluk itu datang lagi. Namun, sejak saat itu banyak orang yang mulai menjauhi Tina, mereka menganggapnya halu dan gila. Hanya sebagian kecil yang percaya, salah satu yang percaya dengan mitos tersebut adalah Melati, remaja desa yang memiliki reputasi tak begitu baik.
Melati tidak pernah melakukan kejahatan, hanya karena berteman dekat dengan Mahendra dan Sultan dia di cap sebagai perempuan gak benar. Banyak yang menggunjing nya, terlebih lagi remaja perempuan lainnya yang rata-rata menyukai Sultan dan Mahendra.
Sudah pukul sembilan malam, Tina baru selesai membereskan cucian piring serta menyetrika baju ibu dan neneknya. Ia masuk ke dalam kamarnya setelah mematikan lampu diruang tengah. ia menatap cukup lama pada lemari bajunya yang terbuka. Diletakkan telunjuknya didagu, sedang berpikir keras karena seingatnya lemari tadi sudah ditutup.
Matanya seketika membola, buku catatan yang ia temukan di gudang disimpan dalam lemari. dengan langkah lebar Tina berjalan kedekat lemari, tangannya tidak sabaran menjangkau isi lemari. Baju-baju berhamburan keluar, namun buku tersebut tidak ditemukan sama sekali.
Ada yang masuk kedalam kamarnya? siapa? Membiarkan pakaian berserakan dilantai, dia segera memeriksa jendela. Tidak terkunci, jendela yang terbuat dari papan tersebut dengan mudah dibuka. Bukannya tadi ia sudah mengunci jendela,
Tina membuka lebar jendela, netranya melihat tajam keluar, ia tidak melihat apapun selain kegelapan, bulan tidak muncul dilangit karena ditutup awan kelabu, langit sedang mendung, mungkin sebentar lagi akan turun hujan.
" Siapa yang mencuri bukunya? "monolog Tina. Ia menutup kembali jendela lalu melangkah gontai ke ranjang. ia merebahkan dirinya disana, buku itu ada hubungannya dengan orang misterius yang dilihat melati. Sekarang buku itu menghilang, itu artinya orang itu tahu kalau Tina menyimpan buku tersebut. Tapi siapa? Tina hanya memberitahu pada Melati, Sultan, Nia, dan Mahendra.
Hanya satu orang yang terpikir oleh Tina yang mampu melakukan nya. Siapa lagi kalau bukan Mahendra.
*
" Sudah kubilang aku tidak ada mencuri buku itu! " Kata Mahendra setengah berteriak, wajahnya memerah, urat-urat lehernya menonjol karena amarah. Lagipula siapa yang tidak marah pagi-pagi sekali ada yang datang ke rumahnya lalu menuduhnya sebagai pencuri. Dia menarik tangan Tina kasar menjauh dari rumahnya, mahendra baru melepaskan tangan Tina di tepi jalan yang agak jauh dari rumah.
" Aku hanya menceritakan tentang buku itu pada kalian dan diantara kalian semua hanya kamu yang membenciku. kamu sengaja kan melakukannya agar mereka juga ikut tidak mempercayai ku, lalu mengolok-olok ku seperti yang dilakukan olehmu dan warga lainnya!!" Bentak Tina, suaranya bergetar menahan tangis.
" Astaga! " Mahendra mengacak rambutnya yang sudah acak-acakan. Dia memegang bahu Tina lembut, "Dengar, Tina, aku tidak mencuri apapun. Aku tidak pernah menginjakkan kaki dirumahmu apalagi sampai menyelinap ke kamarmu. " Ucapnya mencoba menjelaskan.
" BERHENTI BERBOHONG MAHEN! AKU TAHU KAU YANG MENGAMBILNYA! "Pekik Tina, ia tidak pernah semarah hari ini selama bersiteru dengan mahendra. Kali ini benar-benar kehilangan kesabarannya.
" kak Tina, mahendra, ada apa? "Melati datang bersama Sultan, mereka sudah memakai seragam sekolah, tentu saja keduanya kaget melihat Tina dan mahendra sedang bertengkar hebat ditepi jalan.
" Lho, hen, kamu nggak sekolah? "tanya melati turun dari atas motor Sultan, padahal tadi ia akan mengajak pria itu berangkat bersama.
Mahendra melirik jam yang melingkar di tangan kirinya, sudah pukul setengah tujuh memang sudah waktunya berangkat sekolah.
"Kak Tina kenapa nangis?" Tanya melati, ia mendekati Tina dan mengusap pelan bahunya berusaha menenangkan walaupun tidak tahu apa permasalahan mereka kali ini.
" Bukunya hilang, mel, buku yang aku temukan di gudang lenyap." Jawab Tina setelah agak tenang, " aku hanya menceritakan buku itu pada kalian, siapa lagi yang akan mencurinya selain Mahen."
"Hen, kami-"
"Astaga! berapa kali aku harus mengatakannya? aku tidak mencurinya. " Mahendra menggeram sambil mengepalkan tangannya lalu menuju udara, dia tidak mungkin memukul Tina yang notabene nya seorang perempuan.
" Gini aja deh, sekarang masih pagi, gak enak juga dilihat orang. Nanti setelah pulang sekolah kita berkumpul didekat balai desa, kita bisa mendiskusikan nya dan mencari tahu siapa orang yang mencuri nya dengan kepala dingin. sekarang kan kalian berdua sama-sama emosi sebaiknya tenangin diri kalian dulu." Kata Sultan panjang lebar.
Tina mendelik sinis pada mahendra sebelum pergi yang dibalas oleh pria itu dengan tatapan tajam penuh kebencian.
"Hen, sabar aja, namanya juga perempuan. " Ledek Sultan lalu tertawa renyah melihat wajah kusut temannya.
" Udahlah, izinan hari ini dong, mel. " Kata Mahendra.
"males, ah. "
"Ayolah, mel. Aku belum tidur sama sekali. "
"Iya deh. lagian siapa suruh begadang sampai pagi. " Kata Melati jengah.
Setelah itu Melati dan Sultan berangkat sekolah tentu saja tanpa mahendra.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sejak tadi menyimak pertengkaran tersebut. Orang tersebut berdiri disudut rumah Mahendra. Dari sana dia bisa mendengar dengan jelas apa yang dibicarakan, dia sudah ada disana sejak Tina datang.
"Apa si bodoh itu yang mencuri bukunya, " gumamnya tanpa mengalihkan pandangan dari mahendra yang duduk termenung diteras rumah. Dia menjilat bibirnya yang kering beberapa kali, " sudahlah, aku akan mengawasinya dulu. "
Lalu, dia dengan cepat meninggalkan pekarangan rumah mahendra, dia berjalan santai kearah barat desa.
...***...
Jangan lupa vote, komen dan subscribe yaa☺
Follow juga ig @aca_0325
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Husein
masa iya sih bukan Mahendra 🤔
apa tebakan ku salah ya hmm..
2024-07-08
0