Bab 12

Katanya manusia itu kuat, katanya manusia itu istimewa, pemilik alam semesta menciptakan manusia untuk menjadi khalifah dibumi. Lalu, makhluk bernama manusia itu sangat setuju dengan analogi tersebut, mereka pongah, mereka menjadi sombong karena merasa derajat paling tinggi dibumi.

Sedikit cerita tentang Syerlon Abbadon, makhluk kebangkitan abad pertengahan yang amat terkenal akan kejahatan dan kebengisan nya. Dia dijuluki sebagai raja kemaksiatan, dia men-validasi dirinya sendiri sebagai entitas tertinggi melampaui Tuhan.

Ya... Tidak ada kebenaran tentang cerita yang sudah berlalu ratusan tahun itu, manusia modern tidak lagi mempercayai keberadaan nya. Namun, di bagian bumi yang tidak terlalu mendapat perhatian dari peradaban manusia, hidup satu makhluk bernama Gedeon Heolstor, yang memiliki arti penghancur dari kegelapan. Tentu saja itu bukan nama aslinya, ia sepenuhnya menyembunyikan identitasnya, menyembunyikan jati dirinya yang sebenarnya. Entah manusia atau bukan, tidak ada yang tahu siapa dia sebenarnya.

Gedeon memakai pakaian serba hitam kebanggaan kaum mereka, ia juga mengenakan selembar kain tipis untuk menutupi kepala hingga hidungnya. Hari sudah sepenuhnya gelap, namun matanya yang berwarna merah darah dapat melihat dengan jelas dua anak manusia yang berlari meninggalkan lembah marina Flores (nama lembah yang ada di barat desa Agrosari).

"Lilith! " Suaranya bergema seantero lembah, tidak menunggu lama seseorang yang ia panggil sudah berdiri dibelakangnya.

" Aku butuh darah malam ini. Katakan siapa yang akan kau persembahkan? "Tanyanya arogan.

" Ada tuan. Gadis yang berteman dekat dengan Dewi, Lilis namanya, dia masih muda pasti darahnya masih manis." Jawab Lilith sedikit membungkuk, memberikan hormat terhadap sosok tinggi didepannya. Lilith memberikan informasi tentang Lilis, seperti rumah yang ditempati dan kebiasaan tidurnya.

" Bagaimana dengan anak baru itu? "

"Aku masih mengawasi sambil menyelidiki nya, tuan. "

" Bagus. Pastikan tidak ada keturunan Vannera yang tersisa dibumi!" perintahnya, suaranya menjadi semakain berat yang menandakan ada dendam yang mendalam antara dirinya dengan orang yang baru saja ia tanyakan.

" Setelah Aku pergi segera temui dewi, katakan padanya untuk menemukan benda itu secepatnya.! " Setelah memberi perintah Gedeon dengan cepat meninggalkan tempat itu.

Lilith pergi kearah yang berlawanan, dia tidak kesulitan sama sekali berjalan tanpa penerangan. Dia terus berjalan melewati pepohonan yang menjulang tinggi, ia baru berhenti setelah melihat pintu goa yang terlihat gelap. Segera, Lilith masuk kedalam menyusuri lorong goa yang bercabang-cabang. Ditengah goa berdiri sebuah patung besar, lalu di sekelilingnya terdapat empat buah lorong yang memiliki arah berbeda. Lilith pergi kebelakang patung dan masuk kedalam lorong terakhir.

Setelah keluar dari lorong sebuah tempat yang mirip dengan desa Agrosari muncul dalam penglihatannya. Tidak ada Cahaya sama sekali, tempat itu sepenuhnya gelap, barangkali warganya tidak suka dengan cahaya.

Ada banyak bangunan yang terbuat dari batu disana, Lilith masuk kedalam rumah batu yang paling dekat dengan pintu lorong.

"Dewi!"

"Dewi! "

Panggilnya dua kali, ia duduk sejenak diatas batu datar yang digunakan sebagai kursi.

"Lilith, ada apa? " Dewi muncul dihadapan nya, wajah perempuan itu masih pucat, bekas gigitan dilehernya masih belum hilang sepenuhnya.

"Tuan Gideon ingin kau menemukan benda itu secepatnya. Dia akan sangat marah kalau kau tidak menuruti perintahnya, " Kata Lilith.

"Aku tahu, tapi, aku sudah memeriksa seluruh area sekolah. Benda itu tidak kutemukan," Dewi mendesah lelah, ia tertunduk lesu, " Barangkali benda itu sudah tidak disimpan disana. "

" Apa yang kau katakan? Jangan sampai ada yang mendengarmu, kau tidak boleh meragukan tuan." peringat Lilith.

Gedeon yang mengatakan benda yang mereka cari ada di sekolah lama Dewi, meragukan orang itu adalah bencana. Dia dapat menyiksa siapapun yang mengundang kemarahannya. Sebab itu Lilith langsung memberi peringatan supaya Dewi lebih berhati-hati lagi dalam bicara.

" Aku sudah mencarinya, tapi, tidak kutemukan dimanapun. "

"Cari kembali. Kau harus menemukannya. "

Dewi mengangguk kaku, setelah Lilith pergi tak membuatnya ingin beranjak dari duduknya. Ia menghela nafas lalu menghembuskan nya secara perlahan, tangannya secara spontan mengelus perut ratanya.

*

Pagi itu Desa Agrosari kembali berduka, tadi pagi saat matahari baru saja terbit terdengar pengumuman duka dari mesjid. Warga berbondong-bondong pergi melayat kerumah Lilis. Bendera hitam di kibarkan didepan rumahnya sebagai tanda bahwa keluarga itu tengah berduka.

Diantara orang-orang yang melayat ada melati yang sengaja bolos sekolah, ia sedari tadi mengekori Tina yang sibuk menyiapkan peralatan dan perlengkapan mandi jenazah.

" Aku boleh ikut memandikan nya nggak, kak?" tanya Melati.

" Nggak boleh, mel." Jawab Tina singkat seraya berlalu ke belakang.

Melati mencebikkan bibirnya, tidak mendapat akses pergi ke belakang ia memilih mendekati Mahendra yang baru datang.

"Kamu nggak sekolah? " Tanyanya tidak penting, hanya sekedar basa-basi.

" Enggak dong, mel, kalau aku sekolah nggak mungkin ada disini sekarang. " Jawab Mahendra.

" Tumben banget bangun pagi? biasanya juga kesiangan, "

" Aku malahan belum tidur sama sekali. " jelas Mahendra seraya mengusap lehernya yang terasa ngilu.

" Lehermu kenapa? Kamu berantem sama siapa tadi malam? " Tanya Melati, ia berjinjit agar bisa mengusap leher Mahendra yang memerah. Ia menatap temannya itu khawatir, "Ini bekas di cekik kan? "

"Enggak, siapa coba yang berani sama aku. " Kelakar Mahendra. Namun Melati tidak tertawa sama sekali, perempuan itu tentu sepenuhnya mengetahui Mahendra sedang mengalihkan topik. Ia tidak mendesak pria itu untuk memberitahu apa yang terjadi, Melati hanya mengoleskan salep pereda nyeri disana. Ia memang selalu membawa salep yang kata kakeknya sangat ajaib, bisa menyembuhkan luka hanya dalam beberapa hari.

" Jangan kebanyakan berantem. " Kata Melati mengingatkan, ia sudah selesai dengan kegiatannya. Gadis itu tersenyum singkat kemudian pergi kearah kelompok ibu-ibu yang melayat sambil bergosip.

" Eh, Jangan-jangan desa kita kena kutukan, "

" Kutukan apa sih? Selama ini orang-orang disini nggak pernah aneh-aneh. "

" Hantu yang sering diceritakan itu yang membuat gadis-gadis desa meninggal, "

" Ah, ngga mungkin. Selama ini saya nggak pernah lihat hantu, "

" Tapi, kalau saya percaya sih. Sejarah desa ngga mungkin dilupakan begitu saja, "

Alis Melati terangkat sebelah mendengar obrolan ibu-ibu itu, khususnya tentang sejarah yang sempat di singgung oleh ibu paling tua yang ada disana. Memangnya ada apa dengan sejarah desa Agrosari?

Melati ingin mendengar lebih lanjut, tetapi, ibu-ibu tersebut sudah bubar dan sepertinya akan pulang kerumah mereka. Lagi pula memang kebanyakan orang hanya melayat sebentar, kemudian pergi, dan melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda.

Siklus kehidupan memang begitu, kita hidup sebentar, menciptakan beberapa kenangan bersama orang-orang yang dikasihi, lalu meninggal, mereka yang ditinggalkan hanya bersedih sebentar untuk kemudian kembali melanjutkan hidup.

...***...

Jangan lupa vote, komen dan subscribe yaa😀

follow juga ig @aca_0325

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀

☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀

nah kan, fiks! mahen ada hubungan dgn para pucat

2024-07-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!