Sudah lewat jam sebelas malam namun mata melati masih terjaga, ia belum bisa tidur, berkali-kali ia berpindah posisi dari kiri ke kanan dan berharap bisa tidur lelap.
"Duh.... kok jadi kepikiran sama isi kotak itu ya, " Melati mengubah posisi menjadi duduk, ia meraih selimut dan melilit ke badannya, hujan memang sudah reda tetapi udara masih sangat dingin.
Ia mengambil kotak yang diberikan Alisa dari dalam lemari lalu dibawa keatas ranjang. Dipandangi kotak paket tersebut cukup lama, perlahan tangannya mulai membuka plastik dan kertas karton yang melapisi kotak. Didalam kotak tersebut ternyata ada buku bersampul hitam.
EKSPEDISI 50
Tentu saja Melati sangat kaget. Kenyataan bahwa buku tersebut ada lagi cukup mengejutkan, tapi darimana Alisa mendapatkannya? kenapa gadis itu memberikan pada melati? Aneh, ini semakin aneh.
Selain buku ternyata didalamnya ada satu kotak perhiasan yang biasa digunakan untuk menyimpan cincin.
Cincin ini tidak boleh dikeluarkan kecuali saat malam penyambutan dan pertumpahan.
Ada secarik kertas yang dipasang terlilit disana. Melati membaca tulisannya lagi, namun, ia masih tidak mengerti.
kenapa tidak boleh dikeluarkan?
Malam penyambutan?
malam apa itu?
dan,
apa maksudnya malam pertumpahan?
Dari banyaknya pertanyaan, melati lebih ingin tahu kenapa Alisa memberikan kotak aneh itu pada Melati? Ah, barangkali ada jawabannya dalam buku ini, pikir melati, lantas membuka buku tersebut.
Halaman 1
Hari sebelum keberangkatan
Namaku Famela Aryani, kata mereka aku adalah orang gila. Aku hanya tertawa saat semua orang menjauh dan mengira aku gila, tapi beberapa minggu lalu mereka akhirnya mengetahui bahwa yang aku katakan adalah kebenaran.
Tulisan dalam buku itu sangat berbeda dengan buku yang Melati baca sebelumnya. Buku yang ini ditulis normal, tulisannya rapi dan dapat dibaca tanpa menggunakan kaca pembesar. Buku ini milik wanita bernama Famela, mungkin dia dulunya adalah salah satu warga desa Agrosari. Selain perkenalan diri, isi di halaman pertama hampir sama. Pria bernama Diman dikatakan menghilang setelah berlari tengah malam kearah lembah.
Halaman 2
Kepala adat adalah orang yang menjijikkan, dia binatang buas, aku membencinya seumur hidupku.
Dibawahnya Famela membuat sketsa pria paruh baya memakai baju jubah berwarna biru dan ikat kepala berwana senada. Wajahnya dibuat sangat buruk dengan mata yang aneh. Melati tidak bisa menggambarkan bagaimana tepatnya mata orang itu, yang jelas ia bisa melihat kepala adat bukanlah orang baik, entahlah, itu hanya pendapat melati saja.
Melati ingat cerita ibunya bahwa zaman dulu didesa mereka memang ada kepala adat, orang yang paling dihormati. Namun, seiring berjalannya waktu jabatan itu dihilangkan bersama beberapa adat didesa mereka. Melati tidak pernah tahu adat apa yang dihilangkan, ia beberapa kali menanyakan pada ibu tetapi sang ibu juga tidak tahu.
Orang seperti apa yang jadi kepala adat kala itu hingga Famela menggambarkan nya demikian buruk.
Halaman 3
Diman menghilang, aku dan pria yang tidak pernah ku ketahui namanya akan berangkat hari ini untuk ekspedisi penting yang bisa menyelamatkan banyak orang. Dia belum memberitahu namanya, jadi ku panggil saja dia Bloody, nama yang agak ngeri tapi aku puas karena dia orang yang sombong dan dingin.
Aku yakin Diman masih hidup di suatu tempat dan tebakanku benar karena pagi ini orang yang kulihat di ujung padang rumput sangat mirip dengannya.
Dari yang Melati baca Famela dan Bloody tidak akrab sebelum nya, ini cukup membuktikan bahwa selama ini wanita itu hidup sendirian dan jarang bergaul dengan warga sekitar.
Halaman 4
Ekspedisi 50 sebenarnya adalah perjalanan negosiasi ke kampung Devusa, sebuah pemukiman milik manusia kebangkitan. Namun, kepala adat yang licik meminta bloody untuk menghancurkan dan membinasakan semua makhluk itu. Aku hanya berharap negosiasi berjalan dengan lancar tanpa ada pihak yang terluka sehingga tidak ada lagi perang dan pertumpahan darah.
Melati berhenti sejenak, kenapa Famela tidak mau menghancurkan makhluk itu? bukankah bagus kalau makhluk itu binasa sehingga tidak ada lagi yang di hisap darahnya oleh mereka.
Meoww!!!
Melati terlonjak kaget saat mendengar suara kucingnya di luar, Miko mengeluarkan suara keras dari arah halaman belakang.
" Apa mereka berantem lagi? " Melati menyimpan buku kembali dalam lemari kemudian keluar dari kamarnya untuk melihat kucingnya yang sering berantem dengan kucing milik asep. Pasti kucing itu ada dihalaman belakang, biasanya mereka sering berantem disana.
Gadis itu berjalan kearah dapur kemudian membuka pintu belakang, ia memeluk tangannya menghalau udara nan amat dingin.
"Miko!!" Panggilnya sembari menyenteri area belakang rumah.
"Miko! Masuk yuk! " Ia berjalan keluar, memekik kecil saat kakinya menginjak tanah yang masih basah.
"Miko! "
Biasanya kucing bercorak mujaer miliknya itu akan langsung datang jika Melati yang memanggil, namun kali ini kucing itu tidak terlihat sama sekali. Apa dia mengejar kucing Asep sampai kedalam rumah pria itu?
Krak...
Krak....
Terdengar bunyi patahan ranting dibelakang pohon mangga, melati mendekati pohon yang sudah mulai berbunga itu,
Krak...
Ia berpikir keras. Rasa-rasanya ia pernah mendengar suara itu sebelumnya, ia memutar mata mencoba mengingat.
" Aku ingat. Sore itu sebelum anak si Miko menghilang aku juga mendengar suara ranting patah di belakang pohon. Jangan-jangan.... "
Tidak. Miko tidak boleh hilang.
"MIKO!! " Melati menghambur ke belakang pohon mangga.
Namun, ia tak menjumpai kucingnya disana. Yang ada hanya daun kering yang sudah menumpuk, mata melati menyipit, ia melihat sesuatu. Segera ia jongkok didekat batang mangga.
"Darah, " Desisnya meneliti lagi ceceran warna merah yang tidak terlalu banyak.
Meow...
Kucing yang sedari tadi dicari muncul, miko mengusapkan kepalanya pada kaki Melati.
" Ya, ampun, miko apa yang kau lakukan tengah malam begini? " Melati mengangkat tubuh miko lalu memeluknya sayang, ia sudah menjaga miko sejak kucing itu masih berumur tiga bulan. Miko sudah seperti anak bagi melati.
Meow..
Mata bulat miko menatap sendu, kucing itu terus mengeong sedih.
"Hei, kamu kenapa? " Tanya Melati sembari masuk kembali kedalam rumah. Miko terus melihat kearah pohon mangga,
" Ada apa? " Melati berhenti di depan pintu, ia mengikuti arah pandang miko. Kenapa kucingnya terus melihat kesana? Lalu, saat ia masih bingung satu tangan muncul dari sebelah kiri, tangan pucat itu menarik lehernya keras hingga ia terjatuh diteras. Dingin. Ponsel nya terlempar jatuh diatas tanah becek. Punggungnya yang menghantam teras terasa nyeri dan sakit. Ia mendongak, matanya membola kala melihat satu sosok hitam berdiri sembari menyeringai.
"Si-siapa? " Cicit melati sambil memeluk Miko erat agar kucing itu tidak kabur.
" Makanan enak." Sosok itu menjulurkan lidahnya membasahi kedua bibirnya.
Sial. Sosok itu mirip dengan orang misterius yang ada di makam dewi tempo hari. Melati harus segera kabur atau ia akan dibunuh oleh makhluk itu.
...***...
Jangan lupa vote, komen dan subscribe ya😀
follow IG @aca_0325
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀
aih melati, udh tau bahaya klo sendiri bukannya langsung masuk rumah, eh malah berdiri di pintu lagi
2024-07-17
0