pertengkaran papah dan anak

Justin juga menyalakan motornya. Mereka membelah jalanan malam menuju rumah Irent. Justin memastikan Irent masuk ke dalam rumahnya dan akhirnya pergi dari rumah itu.

Dalam perjalanan beberapa menit, Justin akhirnya sampai di rumahnya. Rumah itu benar-benar sangat besar bak istana, Justin memarkirkan motornya di dalam garasi besar rumahnya lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Saat tiba di dalam rumah, Justin melihat ayahnya sudah duduk di ruang tamu dengan kaki menyilang seakan sedang menunggunya.

“Dari mana saja kamu Justin?” tanya Pak Criosh melihat anaknya yang baru pulang.

“Habis keluar bareng Kean sama Theon tadi,” jawab Justin datar dan ingin melangkah pergi ke kamarnya. Tapi, langkahnya terpaksa harus ia hentikan karena ayahnya kembali menyerukan namanya.

“Tunggu Justin, Papah belum selesai ngomong. Kamu habis pergi balapan nggak jelas lagi itu kan?! Berapa kali papah bilang sama kamu. Berapa kali papah udah bilang sama kamu! Kamu stop melakukan perbuatan berandalan seperti itu lagi dan fokus saja sama bisnis kita!” Suara Pak Criosh meninggi memenuhi seluruh ruangan senyap itu.

“Pah. Sumpah, Justin lagi nggak mau berdebat Pah. Justin capek mau istirahat dulu, besok kita bicarakan,” ucap Justin dengan suara lelahnya ingin segera istirahat.

“Ada apa ini Pah? Ini sudah malam. Kenapa papah teriak-teriak?” tanya Ny. Anita yang adalah ibu Justin karena mendengar suara teriakan suaminya.

“Lihat My. Ini hasil didikan kamu sama anak. Terlalu manjain anak. Jam segini dia baru pulang dari balapan nggak jelas itu sama teman-temannya. Bukannya fokus dengan sekolah dan bisnis keluarga kita, dia malah habisin waktu sia-sia dengan gangster dan balapan bodohnya itu.” Kali ini Pak Criosh malah menyalahkan Ny. Anita yang baru saja memijakkan kakinya di ruangan itu.

“Jaga bicara papah! Kenapa papah selalu nyalahin Mommy sih? Aku yang salah keluar malam! Tetapi kenapa papah nyalahin Mommy?! Dan lagi, Jangan pernah bilang kalo balapan dan gangster Justin adalah hal yang sia-sia,” sahut Justin dengar suara meninggi tidak terima Mommynya dihina serta balapan dan gangsternya dianggap sia-sia.

“Sekarang kamu berani melawan papahmu Justin?!” Pak Criosh semakin marah karena Justin yang biasanya selalu menutup rapat-rapat mulutnya kini berani melawannya. Ny. Anita yang melihat pertengkaran itu berusaha melerai mereka berdua.

“Udah Pah. Nggak usah marahin Justin. Iya, Mommy yang salah. Dan kamu Justin, Jangan ngebantah omongan papah kamu, masuk kamar sekarang Nak.”

“Tapi My.”

“Nggak ada tapi-tapian Justin. Masuk kamar kamu sekarang!” perintah Ny. Anita kepada anak semata wayangnya itu. Justin dengan marah masuk ke dalam kamarnya.

“Aarrgh!” Teriakan Justin memenuhi seluruh ruangan gelap itu, emosinya sangat memuncak sekarang. Pemuda itu, mulai menghambur kamarnya menjadikan kamarnya bak rumah pecahan keramik. Pak Criosh juga sama. Dia memporak-porandakan ruang tamu tempat tadi dia dan Justin Bertengkar. Setelah puas, dia pun masuk ke kamarnya. Ny. Anita hanya bisa menangis melihat perbuatan putra dan suaminya itu yang mempunyai kepribadian yang sangat mirip dan ikut masuk ke kamar bersama suaminya.

Kamar Justin terlihat sangat kacau sekarang. Setelah puas menghamburkan kamarnya, pemuda tampan itu melangkah kakinya perlahan untuk masuk ke kamar mandi lalu mencuci mukanya dengan kasar. Dia menatap dirinya sendiri di cermin dan tertawa remeh melihat melihat dirinya sendiri, kondisinya sangat berantakan dengan mata memerah setelah menahan amarah selama berjam-jam. Tawa yang terdengar sangat menyeramkan dan menghina, tanpa berkata apapun dia kembali ke kasurnya dan tidur dengan kondisi kamar yang seperti gudang pecahan keramik.

*****

Justin terbangun sekitar pukul enam lewat sedikit. Dia meregangkan tubuhnya dan langsung mengambil ponselnya yang berada di atas nakas di samping tempat tidur.

Justin memberitahukan pada kedua sahabatnya kalau dia tidak akan ke sekolah hari ini. Kean sempat bertanya alasannya, tapi Justin sama sekali tidak ingin menjawab dan kembali menaruh ponselnya. Dia berencana akan di tempat tidur seharian ini tanpa melakukan apa-apa.

Sedangkan di tempat lain yaitu SMA Kebangsaan, Theon dan Kean bertanya-tanya mengapa Justin tak sekolah hari ini. Tak biasanya Justin seperti ini.

“Menurut lo kenapa Justin nggak sekolah hari ini?” tanya Kean pada Theon sambil mengisap cerutu mereka perlahan.

“Palingan lagi beramtem sama papahnya. Lo tahu sendiri kan Uncle Criosh kaya gimana. Dia nggak suka banget Justin ikut balapan,” jawab Theon yang sudah menduga hal ini akan terjadi.

Kala itu tak ada guru di kelas. Tapi sebenarnya, walau pun ada guru di ruangan itu mereka tetap tanpa sopan-santun menikmati barang mematikan itu. Tidak ada hormatnya sama-sekali memang.

“Kita ke kelas Irent yuk. Justin nggak mungkin nggak ngejawab kalo Irent yang nanyain,” saran Kean.

“Let’s go.” Tanpa menunggu lagi, mereka berdua pun berlalu dari kelas itu menuju kelas sebelas unggul.

*****

Di Kelas Sebelas Unggul.

Seperti biasa Irent sibuk dengan bukunya dan earpods yang senantiasa bertengger di telinganya, sedangkan kedua sahabatnya itu tengah berbincang mengenai camping mereka.

“Sumpah ya kemah kemarin tuh seru banget. Kita ngelakuin hal-hal yang menyenangkan banget. Tapi, gue sempat khawatir sama kondisi kak Justin. Dari pertama datang dia udah keliatan pucat banget tahu,” cerocos Vio terus berbicara.

“Ya emang seru. Pekan alam itu event yang paling ditunggu-tunggu tiap tahun. Dan soal Kak Justin, ini pertama kalinya dia sakit saat ngikutin pekan alam. Biasanya dia itu jadi panitia. Mungkin tahun ini dia nggak jadi panitia karena emang lagi sakit,” jelas Ara yang tahu betul apa saja yang selalu terjadi di sekolah besar itu.

“Really? Rent gue mau nanya Kak Justin beneran pingsan?” tanya Vio pada Kakaknya itu.

“Iya. Dia sempat pingsan tapi nggak lama, dia sadar lagi,” jawab Irent yang memang saat itu bersama Justin.

“Lagi ngomongin siapa nih?” Saat ketiga remaja cantik itu asik berbincang, Theon dan Kean dengan tiba-tiba muncul dari luar pintu dua badan itu. Irent tidak menjawab dan kembali fokus pada bukunya.

“Itu Kak, kita lagi ngebahas camping kemarin. Sama aku nanya ke Irent kak Justin beneran pingsan atau nggak.” Vio yang menjawab semua pertanyaan kedua pemuda itu melihat kakaknya yang sepertinya tidak ingin berbicara sama sekali.

“Terus Irentnnya jawab apa?” Kali ini Kean yang bertanya.

“Irent jawab Kak Justin emang pingsan tapi nggak lama.” Jawab Vio lagi.

“Gitu.” Kean dan Theon hanya mangut-mangut mengerti mendengar jawaban Vio.

“Btw Kak Justin mana? Kok kalian datang hanya berdua?” Kali ini Ara yang bertanya karena sedari tadi tidak melihat batang hidung Justin sama sekali.

Episodes
1 Masa Lalu
2 Part 2
3 part 3
4 Part 4
5 Pertemuan di kantin
6 Balapan 2
7 Liontin Irent
8 Tiga Pilar SMA Kebangsaan
9 Gedung Tinggi
10 Rahasia Rumor Pembunuhan
11 Pengumuman Pekan Alam
12 Justin Sakit?
13 Tour Hutan
14 Lo Ceroboh Banget Sih
15 Vio Khawatir
16 Batu, Gunting, Kertas
17 Mukanya Jangan ditekuk Gitu
18 Gerakan Agresif
19 Damai?
20 pertengkaran papah dan anak
21 Tekanan pemaksaan
22 Pertemuan kembali di rooftop
23 Taman hijau
24 Kalian jalan bareng?
25 Vio dan Justin
26 Persiapan Justin
27 Lo ngeprank ya?
28 Pengakuan kembali
29 Gimana?
30 Penenang baru
31 Meyakinkan Papah Criosh
32 Jaga Justin baik-baik ya
33 Kamu pintar memilih pasangan
34 Kamu suka sama Justin?
35 Pagi-pagi sekali
36 Gimana kalau gue ninggalin lo?
37 Gara-gara lo kali Jezz
38 Benar-benar menjauh dari Justin
39 Bertemu lagi di parkiran
40 Amukan hebat Justin
41 Tenanglah sayang
42 Let's break up
43 Perubahan drastis Justin
44 Jangan ikut campur
45 Lo mau nggak jadi cewe gue?
46 Kanker liver Irent
47 Kencan Vio
48 Cairan kotor dini hari
49 Anak mencar di Jakarta
50 Time zone
51 Lo nggak mau ngasih tahu apa pun ke gue?
52 Kehidupan menyakitkan
53 Amarah Justin
54 Menerima undangan Justin
55 Balapan setelah sekian lama
56 Wajah tentram dan damai
57 Irent pingsan
58 Ke rumah sakit
59 Pertengkaran Justin dan Kevin
60 Penyakitnya kambuh?
61 Penyakit jantung Viona
62 Di mana Vio?
63 Diam seribu bahasa
64 Keputusan tetap Irent
65 Permintaan maaf Irent
66 Alisa Laurent Putri Justin (End)
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Masa Lalu
2
Part 2
3
part 3
4
Part 4
5
Pertemuan di kantin
6
Balapan 2
7
Liontin Irent
8
Tiga Pilar SMA Kebangsaan
9
Gedung Tinggi
10
Rahasia Rumor Pembunuhan
11
Pengumuman Pekan Alam
12
Justin Sakit?
13
Tour Hutan
14
Lo Ceroboh Banget Sih
15
Vio Khawatir
16
Batu, Gunting, Kertas
17
Mukanya Jangan ditekuk Gitu
18
Gerakan Agresif
19
Damai?
20
pertengkaran papah dan anak
21
Tekanan pemaksaan
22
Pertemuan kembali di rooftop
23
Taman hijau
24
Kalian jalan bareng?
25
Vio dan Justin
26
Persiapan Justin
27
Lo ngeprank ya?
28
Pengakuan kembali
29
Gimana?
30
Penenang baru
31
Meyakinkan Papah Criosh
32
Jaga Justin baik-baik ya
33
Kamu pintar memilih pasangan
34
Kamu suka sama Justin?
35
Pagi-pagi sekali
36
Gimana kalau gue ninggalin lo?
37
Gara-gara lo kali Jezz
38
Benar-benar menjauh dari Justin
39
Bertemu lagi di parkiran
40
Amukan hebat Justin
41
Tenanglah sayang
42
Let's break up
43
Perubahan drastis Justin
44
Jangan ikut campur
45
Lo mau nggak jadi cewe gue?
46
Kanker liver Irent
47
Kencan Vio
48
Cairan kotor dini hari
49
Anak mencar di Jakarta
50
Time zone
51
Lo nggak mau ngasih tahu apa pun ke gue?
52
Kehidupan menyakitkan
53
Amarah Justin
54
Menerima undangan Justin
55
Balapan setelah sekian lama
56
Wajah tentram dan damai
57
Irent pingsan
58
Ke rumah sakit
59
Pertengkaran Justin dan Kevin
60
Penyakitnya kambuh?
61
Penyakit jantung Viona
62
Di mana Vio?
63
Diam seribu bahasa
64
Keputusan tetap Irent
65
Permintaan maaf Irent
66
Alisa Laurent Putri Justin (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!