Gedung Tinggi

"Ya udah kalau gitu gue tutup ya.” Justin langsung menutup telponnya tanpa mendengar jawaban dari vio. Sebenarnya di mana gadis itu berada?

“Ngomong sama siapa lo bilang ada pertemuan hari ini? Seingat gue nggak ada tuh.” Ujar kean yang mengetahui kalo justin bohong sama seseorang.

“Bukan siapa-siapa. Kita ke rumah sakit sekarang, gua mau ngambil resep obat mommy gue.” Ucap Justin mengajak teman-temannya. Mommy justin memang punya hipertensi jadi harus rutin minum obat yang dokter berikan.

Ketiga orang itu langsung mengambil motornya dan bergegas menuju rumah sakit.

Sekitar perjalanan sepuluh menit mereka akhirnya tiba di rumah sakit. Mereka berjalan menuju apotek rumah sakit. Saat mereka sudah berada di lobby rumah sakit, justin melihat remaja cantik yang sangat dikenalinya berjalan menuju parkiran. Itu adalah irent, orang yang dia khawatirkan sejak tadi.

‘Dia di rumah sakit? Ngapain? Apa jangan-jangan dia sakit? Atau temannya? Atau keluarganya?’ batin justin bertanya-tanya alasan gadis itu ada di rumah sakit.

Irent sudah mengambil motornya dan akan segera pergi.

“Kalian berdua ngambil resep obatnya ya di apotik. Sisa nunjukin resep ini. Langsung bawa aja ke rumah gue. Gue pergi duluan ada urusan penting.” Justin langsung memberikan resep obat kepada mereka berdua dan berlari tergesa-gesa menuju parkiran mengambil motonya.

“Tapi jezz lo mau ke mana ha? Jezz!” Kean teriak menanyakan kemana anak itu pergi .

“Udahlah, dia mungkin ada urusan urgent, kita ambil obat mommy nya jezz, bawa ke rumahnya, baru kita pulang. Nanti besok kita tanyain jezz kemana.” Jelas theon yang mengambil jalan tengah.

Kean mendengarkan saran theon dan mereka akhirnya mengambil obat itu.

*****

Justin mengikuti Irent dari belakang. Justin benar-benar penasaran kemana gadis itu sebenarnya ingin pergi. Irent berhenti tepat di gedung tinggi seratus lantai. Justin semakin heran karena gedung itu adalah perusahaan ayahnya. Justin terus membuntuti irent ingin tau sebenarnya kemana anak itu akan pergi.

Saat dia masuk, semua karyawan menyapanya dengan ramah seolah mereka memang tau siapa dia.

“Hai rent, mau ke sana lagi?” Tanya salah satu karyawan.

“Iya kak, lagi suntuk soalnya. Duluan ya kak.” Pamit irent pada karyawan itu.

“Iya hati-hati ya.”

Ada apa ini? Karyawan kelihatan sudah sangat kenal dengan irent. Tapi, dia tidak mengenalnya.

“Mau kesana” ke mana maksudnya. Tidak ingin terus bingung dengan apa yang terjadi dia malah bertanya ke karyawan yang tadi menyapa irent.

“Dia siapa?” Tanya justin to the point.

Karyawan itu langsung kaget karena direktur perusahaan besar ini bertanya tiba-tiba padanya.

“Se-selamat sore pak.” Sapa karyawan itu dengan gagap.

“Siapa tadi?” Tanya justin lagi.

“Yang mana pak?” Tanya karyawan itu tidak tau siapa yang di maksud justin.

“Yang tadi pake seragam sekolah.” Jawab justin.

“Dia mau ke mana?” tanya justin.

“Oh. dia itu irent pak. Dia itu pertama kali datang kesini sekitar tiga minggu yang lalu. Dia sering pergi ke outdoor gedung yang paling atas. Nggak tau ngapain pak.” Jawab karyawan itu gugup. Ini pertama kalinya direkturnya menanyakan seseorang. Biasanya dia tidak peduli siapa pun yang berlalu lalang di perusahaan ini.

“Presdir tau?” tanya justin.

“Iya, pak criosh tau. Dia itu anaknya pak hagwer CEO dari salah satu anak perusahaan kita,.” Jelas karyawan itu.

‘dia CEO anak perusahaan ini? Dan kean tidak menuliskannya di datanya?’ pikir justin

Justin tidak ingin berlama-lama di situ dan langsung menyusul irent di outdoor perusahaan. Justin menaiki lift khusus presdir agar bisa langsung naik ke lantai seratus.

Saat tiba di lantai seratus justin langsung berjalan ke tangga menuju outdoor perusahaan.

Di sana dia bisa melihat irernt sedang duduk dengan kaki gelantungan di ujung outdoor. Salah gerak sedikit saja, justin pastikan dia akan langsung jatuh dari gedung seratus lantai itu.

Justin cukup takjub dia kelihatan tidak takut sama sekali. Outdoor ini juga kelihatan bersih dan ada taman di sini, dia cukup kaget karena dia tidak tau ternyata seperti ini outdoor perusahaan ini. Justin perlahan mendekati irent yang ada di ujung outdor.

“Irent?” Justin pura-pura memanggil irent seolah dia tidak tau kalau irent ada di sini.

Irent langsung berbalik mendengar ada yang memanggilnya. Dia kaget kenapa justin ada di sini. Dia langsung berdiri dari duduknya dengan raut wajah bingung.

‘Justin? Di sini? Apa yang dia lakukan?’ Batin irent bertanya-tanya.

“Justin? Lo ngapain di sini?” tanya irent bingung

“Seharusnya gue dong yang nanya lo ngapain di sini. Inikan perusahaan gue." Ucap justin. Justin tidak pernah berbohong seperti ini sebelumnya. Entah apa yang terjadi pada dirinya.

“Oh ini perusahaan lo? Lo anaknya pak criosh?” tanya irent lagi.

“Iya, gue anaknya pak criosh. Nama belakang gue criosh lencester.” Jelas justin.

Irent baru ingat nama belakang justin adalah criosh lencester. Bisa-bisanya dia melupakan hal sepenting ini. Pak criosh adalah presdir dari perusahaan utama dengan kata lain bos ayahnya. Dan justin adalah anaknya?.

“Oh gitu. Sorry saya nggak tau. Maaf banget kalo selama ini saya nggak sopan sama anda. Tapi saya harus tanya apa yang anda lakukan di sini.” Tanya irent berusaha bersikap sopan dan formal. Justin adalah anak bos ayahnya. Kalau dia bersikap tidak sopan, dia takut ayahnya akan mendapatkan masalah.

‘Saya? Anda? Astaga!’

“nggak usah terlalu formal kali. Gue tetep justin kok. Gue ke sini pengen nyari udara segar aja. Lo? Ngapain lo di sini?” Justin menjawab sekaligus mengulang pertanyaannya.

“Gue di sini karena ini gedung tinggi. Dan pak criosh juga ngizinin gue buat ke sini kapan pun.” Jawab irent sejujurnya.

Irent kembali menyelonjorkan kakinya di ujung gedung seratus lantai itu. Justin juga yang tak takut ketinggian ikut menyelonjorkan kakinya di ujung outdoor gedung itu.

“Gedung tinggi? Kenapa memang dengan gedung tinggi?’ Tanya justin lagi.

“Lo liat view dari atas sini? Cantik banget kan. Gue suka pergi ke gedung tinggi karena ingin ngeliat view nya dan gue juga bisa ngeliat langit tanpa harus terhalang dengan gedung lain dan tanpa ada suara berisik kehidupan. Di tambah lagi outdoor di sini langsung menghadap laut, paket complete banget. Beban gue serasa lepas semua. Dulu juga gue suka di outdoor kantor ayah gue waktu masih di Palembang. Tapi viewnya nggak secantik ini.” Jelas irent mengapa dia suka pergi ke gedung tinggi. Dia menjelaskannya dengan sangat antusias.

Episodes
1 Masa Lalu
2 Part 2
3 part 3
4 Part 4
5 Pertemuan di kantin
6 Balapan 2
7 Liontin Irent
8 Tiga Pilar SMA Kebangsaan
9 Gedung Tinggi
10 Rahasia Rumor Pembunuhan
11 Pengumuman Pekan Alam
12 Justin Sakit?
13 Tour Hutan
14 Lo Ceroboh Banget Sih
15 Vio Khawatir
16 Batu, Gunting, Kertas
17 Mukanya Jangan ditekuk Gitu
18 Gerakan Agresif
19 Damai?
20 pertengkaran papah dan anak
21 Tekanan pemaksaan
22 Pertemuan kembali di rooftop
23 Taman hijau
24 Kalian jalan bareng?
25 Vio dan Justin
26 Persiapan Justin
27 Lo ngeprank ya?
28 Pengakuan kembali
29 Gimana?
30 Penenang baru
31 Meyakinkan Papah Criosh
32 Jaga Justin baik-baik ya
33 Kamu pintar memilih pasangan
34 Kamu suka sama Justin?
35 Pagi-pagi sekali
36 Gimana kalau gue ninggalin lo?
37 Gara-gara lo kali Jezz
38 Benar-benar menjauh dari Justin
39 Bertemu lagi di parkiran
40 Amukan hebat Justin
41 Tenanglah sayang
42 Let's break up
43 Perubahan drastis Justin
44 Jangan ikut campur
45 Lo mau nggak jadi cewe gue?
46 Kanker liver Irent
47 Kencan Vio
48 Cairan kotor dini hari
49 Anak mencar di Jakarta
50 Time zone
51 Lo nggak mau ngasih tahu apa pun ke gue?
52 Kehidupan menyakitkan
53 Amarah Justin
54 Menerima undangan Justin
55 Balapan setelah sekian lama
56 Wajah tentram dan damai
57 Irent pingsan
58 Ke rumah sakit
59 Pertengkaran Justin dan Kevin
60 Penyakitnya kambuh?
61 Penyakit jantung Viona
62 Di mana Vio?
63 Diam seribu bahasa
64 Keputusan tetap Irent
65 Permintaan maaf Irent
66 Alisa Laurent Putri Justin (End)
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Masa Lalu
2
Part 2
3
part 3
4
Part 4
5
Pertemuan di kantin
6
Balapan 2
7
Liontin Irent
8
Tiga Pilar SMA Kebangsaan
9
Gedung Tinggi
10
Rahasia Rumor Pembunuhan
11
Pengumuman Pekan Alam
12
Justin Sakit?
13
Tour Hutan
14
Lo Ceroboh Banget Sih
15
Vio Khawatir
16
Batu, Gunting, Kertas
17
Mukanya Jangan ditekuk Gitu
18
Gerakan Agresif
19
Damai?
20
pertengkaran papah dan anak
21
Tekanan pemaksaan
22
Pertemuan kembali di rooftop
23
Taman hijau
24
Kalian jalan bareng?
25
Vio dan Justin
26
Persiapan Justin
27
Lo ngeprank ya?
28
Pengakuan kembali
29
Gimana?
30
Penenang baru
31
Meyakinkan Papah Criosh
32
Jaga Justin baik-baik ya
33
Kamu pintar memilih pasangan
34
Kamu suka sama Justin?
35
Pagi-pagi sekali
36
Gimana kalau gue ninggalin lo?
37
Gara-gara lo kali Jezz
38
Benar-benar menjauh dari Justin
39
Bertemu lagi di parkiran
40
Amukan hebat Justin
41
Tenanglah sayang
42
Let's break up
43
Perubahan drastis Justin
44
Jangan ikut campur
45
Lo mau nggak jadi cewe gue?
46
Kanker liver Irent
47
Kencan Vio
48
Cairan kotor dini hari
49
Anak mencar di Jakarta
50
Time zone
51
Lo nggak mau ngasih tahu apa pun ke gue?
52
Kehidupan menyakitkan
53
Amarah Justin
54
Menerima undangan Justin
55
Balapan setelah sekian lama
56
Wajah tentram dan damai
57
Irent pingsan
58
Ke rumah sakit
59
Pertengkaran Justin dan Kevin
60
Penyakitnya kambuh?
61
Penyakit jantung Viona
62
Di mana Vio?
63
Diam seribu bahasa
64
Keputusan tetap Irent
65
Permintaan maaf Irent
66
Alisa Laurent Putri Justin (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!