“Okey. Ya udah kalo gitu kami ke tenda dulu.” Irent dan teman-temannya pun kembali ke tenda mereka. Setelah kejadian itu malam kembali tenang.
*****
Fajar memancarkan sinarnya dari ufuk timur sampai ke hutan tempat camping SMA Kebangsaan.
Jam sudah menunjukkan pukul lima tiga puluh pagi. Suasana pagi masih sejuk dan dipenuhi embun sisa semalam. Irent bangun pagi sekali dan keluar dari tendanya untuk menghirup udara hutan yang sejuk. Suasana masih sunyi dan tenang. Dia mencuci muka dan menyikat giginya lalu mulai menyiapkan sarapan. Setelah selesai membuat sarapan dia mengambil bukunya dan memasang aerpods. Jadwalnya tidak padat hari ini. Mereka hanya akan olahraga pagi ini lalu istirahat sampai malam. Dan saat malam akan ada acara api unggun.
Sekitar beberapa menit, irent akhirnya selesai dengan bukunya. Dia membangunkan vio dan ara untuk sarapan, karna sebentar lagi olahraga pagi akan dimulai. Dengan malas kedua gadis itu bangun, mencuci wajahnya lalu sarapan bersama.
Setelah itu mereka mengganti pakaian mereka untuk berolahraga dan berkumpul di tempat yang sudah ditentukan. Mereka melakukan pemanasan terlebih dahulu, lalu mulai jogging memutari seluruh tenda di lanjutkan dengan beberapa senam dan akhirnya mereka kembali ke tenda masing-masing. Suasana kembali tenang hingga malam api unggun.
Terdengar suara panitia yang memberikan intruksi mengenai malam api unggun.
“Baiklah adik-adik dan teman-teman sekalian, diharapkan berkumpul di tengah lapangan. Hanya dua orang yang mengikuti acara api unggun, dan satu orang lainnya ditugaskan untuk menjaga tenda. Setiap siswa diwajibkan untuk membawa satu lilin. sekian informasi dari kami dan selamat malam.”
Pengumuman itu didengar oleh semua siswa. Mereka mulai bergerak untuk berkumpul di lapangan.
“Jadi, siapa yang mau jaga tenda guys?” Vio bertanya siapa yang akan menjaga tenda. “Kenapa nggak kamu aja yang jaga tenda?” Tanya ara pada vio.
“Ya kali gitu kan ya. Event api unggun yang aku tunggu-tunggu banget dari pertama camping, masa aku nggak ikut.” Protes vio. Dia tidak mau menjadi orang yang menjaga tenda.
“Udah stop guys. Kalian berdua pergi aja. Biar gue yang jaga tenda.” Irent menengahi mereka berdua dan memberitahukan kalau dia yang akan menjaga tenda dan mereka bisa pergi.
“Ya udah kalo gitu. Irent yang bakal jaga tenda. Kalo gitu, kita pergi ya rent.” Ara dan vio mengambil lilin yang sudah mereka siapkan dan pergi menuju ke lapangan.
Sekarang tersisa irent di tenda itu. Suasana grasak-grusuk di sekitar tenda karena sebentar lagi malam api unggun akan dimulai. Irent mengambil aerpods dan bukunya untuk mengisi waktunya di tenda.
Sementara itu di tenda justin.
“Lo jaga tenda aja jezz. Soalnya kondisi lo juga lagi kurang baik, nanti gue ama theon yang ikut malam api unggun.” Saran kean.
“Gue setuju. Ya walaupun kita nggak yakin lo itu sakit beneran atau cuma bohongan doang.”
“Ya udah lo berdua aja yang pergi. Dan lagi gue beneran sakit.” Justin menekan suaranya saat bilang ‘beneran sakit’.
“Ya udah kalo gitu kita pergi dulu.” Kean dan theon pergi dengan membawa lilin sesuai instruksi panitia.
Kini di tenda itu juga terisa justin sendiri. Justin berbaring melihat langit-langit tenda. Dia memikirkan kejadian kemarin dimana dia bersama irent di dalam hutan sepanjang sore. Dia mengingat wajah tenang irent yang damai, senyum manisnya, saat dia khawatir dengannya, kepeduliannya dan semuanya. Dia juga sangat mengagumi irent yang punya pemikiran yang dewasa. Walau pun tingkah dan sikapnya sama dinginnya seperti justin tapi pemikirannya lebih dewasa. Justin tersenyum mengingat semua itu. Dia mengingat saat mereka pertama kali bertemu di arena hingga sekarang mereka yang menjadi teman.
*****
Irent merasa sudah cukup membaca dan mulai bosan dengan bukunya. Dia memutuskan untuk berjalan-jalan keluar sebentar.sepertinya suasana sudah mulai tenang karena siswa pergi untuk mengikuti malam api unggun. Hanya beberapa yang tersisa.
“Kayaknya kalo keluar sebentar nggak masalah deh.” Irent pun mengambil jaketnya keluar dari tenda untuk menghirup udara malam hutan.
Irent berjalan masuk ke dalam hutan. Irent hanya mengikuti kemana pikiran dan kakinya membawanya pergi hingga dia sampai ke tempat dia dan justin terjebak. Di mata air yang berada di dalam hutan. Suasana memang terlihat gelap dan menyeramkan tapi irent tak menghiraukannya. Dia duduk di tepi mata air itu dan berusaha menenangkan pikirannya. Lama dia hanya duduk melamun di situ.
“Irent?” terdengar suara seseorang memanggil namanya.
Irent langsung berbalik ingin melihat siapa orang yang memanggilnya di tempat seperti ini.
“Justin?” Orang yang memanggilnya adalah justin. Justin menghampiri irent dan duduk di sampingnya.
“Lo ngapain di sini malam-malam?” Tanya justin.
“Nggak ngapa-ngapain, gue cuman suntuk aja di tenda terus jadi gue jalan-jalan nyari udara segar.” Jawab irent
“Kalo lo? Lo ngapain disini?” Justin balik bertanya
“Sama. Gue juga cuman jalan-jalan.”
“Gimana keadaan lo sekarang?”
“Seperti yang lo liat, gue udah baik-baik aja sekarang.”
Setelah percakapan sebentar itu, suasana kembali hening. Tidak ada percakapan diantara mereka. Cukup lama suasana hening itu terjadi.
“Gue mau nanya sesuatu.” Justin bersuara melepas keheningan diantara mereka.
“Nanya apa?”
“Beberapa hari yang lalu gue liat lo di rumah sakit. Lo ngapain di rumah sakit?”
“Oh, itu." Irent diam beberapa saat dan tak lama melanjutkan kembali perkataannya.
"Biasa, pemeriksaan kesehatan. Gue biasanya selalu lakuin pemeriksaan habis balapan. Biar kalo ada cedera bisa langsung ditangani.” Jawab irent
“Jadi gitu. Ngomong-ngomong soal balapan, udah lama gue udah nggak latihan, lo mau latihan bareng nggak ama gue?” Justin mengajak irent latihan bersama.
“Kapan?”
“Kapan-kapan aja, kalo lo ada waktu.”
“Mmmm, gue inget-inget dulu waktu kosong gue. Kayaknya minggu depan bisa deh.”
“Okey kalo gitu, kita latihan bareng minggu depan. Nanti gue jemput lo.”
“Ya kan gue bawa motor, nggak perlu lo jemput. Nanti kita ketemu aja di tempat latihan.” Tolak irent.
“Lo itu susah banget dihubungin, jadi mending gue samperin di rumah lo.”
“Ya kan kalo gue nggak bisa dihubungin, lo telfon vio aja.”
“Gue maunya nyamperin lo di rumah lo.”
“Ya udah kita suit sekarang.”
“suit?” Justin bingung dengan perkataan irent.
“Iya. Suit. Yang kalah harus ngalah.”
“Okey, siapa takut.” Justin menerima tantangan irent.
“Batu, gunting, kertas.” Dan....... justin yang menang. Irent batu dan justin kertas.
“Nah tuh kan. Gue yang menang lo harus ngalah.”
Irent menerima itu dengan wajah kesal. Dia yang menantang dia juga yang kalah. Dia menjadi dongkol sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments