“Gue belum sanggup berdiri rent. Biar mereka aja yang datang ke sini.” Justin berbohong kalau dia tidak bisa berdiri.
Justin sudah tidak kelihatan pucat seperti sebelumnya, tapi irent memilih mengalah pada orang sakit di hadapannya. Suara dedaunan yang mengalun di tiup angin senja dan suasana hutan yang sunyi mengelilingi mereka. Hari sudah mulai gelap, dan mereka sudah cukup lama berada di hutan. Baru saja irent ingin bersuara, terdengar suara telapak kaki menuju ke arah mereka dan muncullah rombongan kemah yang menjemput mereka.
“Astaga! Are you okay guys?” Kean bertanya pada mereka berdua dengan khawatir.
“Gue nggak papa, tapi tadi justin demam tinggi dan sempet pingsan, jadi kita mutusin buat nunggu di sini sampe rombongan datang.” Jelas irent.
“Emang dia nggak bisa jalan?” Kali ini theon yang bertanya. Tidak mungkin seorang jezz key mereka kehilangan fungsi kakinya hanya karena demam seperti ini.
“Iya. Tadi sebenarnya gue juga ngajak dia buat kembali ke camp, tapi katanya dia nggak bisa bangun. Katanya nunggu rombongan datang aja, kalian pasti bakal nyusulin kita ke sini.”
“Ha?” Theon dan kean kaget bersamaan. Mereka menatap curiga pada justin yang masih terbaring di pangkuan irent.
Justin membuka matanya dan menatap kean dan theon, memberikan kode agar mereka tidak membuat keributan. Kean dan theon akhirnya mengerti. Kean dan theon tau kalo sedari pagi itu justin demam, tapi justin tak memberi tahu alasan mengapa dia bisa sampai demam.
“Kalo gitu, nanti kita papah justin. Dia pasti bisa berjalan dengan dipapah karena sudah cukup istirahat.” kean menekankan kata “cukup istirahat” lalu tersenyum.
Mereka berdua pun membangunkan justin perlahan dan mulai memapah Justin. Irent mengikuti di samping mereka untuk memastikan justin memang sudah tidak kenapa-napa.
“Saran gue lo duluan aja rent. Soalnya vio ama ara udah khawatir banget ama lo. Vio sampe nangis tadi bingung ellonya dimana. Kita keknya bakalan jalan lambat karna mapah jezz.” Theon memberi tau soal vio dan ara yang mengkhawatirkannya.
“Really? Kalo gitu gue duluan ya.” Pamit irent
“Iya hati-hati.”
Irent hanya mengangguk dan langsung berlari untuk kembali ke camp. Dia khawatir saat mendengar kalau vio nangis.
*****
Di camp vio menangis karna khawatir memikirkan kondisi irent dan justin.
“Hiks...hiks... keadaan irent ama kak justin sekarang gimana ra. Sumpah aku khawatir banget ama mereka. Yang lain tadi udah lama nyusul mereka, tapi mereka belum balik. Hiks... hiks.” Vio berbicara dengan kondisi cecegukan. Mata indahnya sudah merah dan basah karena air mata yang tak ada habisnya.
“Aku tau kamu khawatir vi, kita semua juga di sini khawatir ama mereka berdua. Tapi aku yakin mereka nggak kenapa-napa kok. Pak hardy sendiri bilang nggak ada binatang buas di hutan ini, jadi kamu nggak usah nangis lagi.” Irent prihatin melihat vio yang menangis sesegukan. Dia juga khawatir memikirkan keadaan irent dan justin.
“VIO!.” Teriak irent memanggil nama adik kesayangannya itu.
Vio yang mendengar suara irent langsung mengangkat kepalanya. Irent langsung berlari memeluk erat adiknya itu.
“Astaga vi! Lo nggak papa kan. Kenapa lo bisa nangis?” Irent mengusap lembut punggung adiknya itu agar dia bisa tenang.
Tangisan vio semakin pecah saat berada di pelukan kakaknya.
“Hiks... seharusnya aku yang nanya gitu. kamu nggak balik-balik bahkan saat langit udah gelap. Hiks..hiks kau tau, aku khawatir banget mikirin kamu ama kak justin dalam bahaya di hutan hiks... aku takut kalian kenapa-napa.”
“Iya, gue minta maaf. But let’s see, i'm okay. Don’t worry okay. Sekarang kamu berhenti nangis ya.” Irent terus mengusap lembut punggung adiknya. Dia merasa sangat bersalah melihat vio menangis seperti ni.
Vio perlahan-lahan mulai tenang dan berhenti menangis. Irent pun melerai pelukannya saat vio sudah berhenti menangis.
“Di mana kak justin? Kenapa kamu pulang sendiri?” Vio bingung kenapa kakaknya hanya datang sendiri.
“Ohh, tad...” Saat irent ingin melanjutkan perkataannya, justin tiba dipapah dengan kean dan theon.
“Kak justin kenapa?” Tanya vio kaget
Semua yang ada dicamp juga kaget melihat pemimpin pilar sekolah pulang dari hutan dengan cara di papah.
Tanpa menjawab pertanyaan vio, kean dan theon berjalan menuju tenda mereka. Vio, irent, ara dan pak hardy mengikuti mereka. Justin di baringkan perlahan agar bisa beristirahat. Dokter yang memang sudah dipersiapkan untuk berjaga-jaga mulai memeriksa kondisi justin.
“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, dia hanya demam dan kelelahan. Dia harus beristirahat dengan baik agar kondisinya kembali pulih.” Terang dokter.
“Baiklah, terima kasih dokter. Saya akan mengantar anda sekaligus membicarakan detail kesehatan justin. Mari pak.” Pak hardy berterima kasih pada dokter dan mereka berdua pergi dari sana.
“Sebenarnya kak justin kenapa bisa sampe kaya gini?” Vio bertanya-tanya
“Sedari pagi jezz emang sakit, tapi dia maksain diri buat ikut camping dan pas di hutan tadi kondisinya drop dan sempat pingsan. Jadi mereka mutusin buat istirahat, itulah kenapa mereka nggak balik-balik.” Kean menjelaskan pada ara dan vio yang tidak tau kejadiannya.
“Mending sekarang, kalian balik ke tenda kalian dan istirahat. Kita bertemu lagi besok.” Ujar theon.
“Okey. Ya udah kalo gitu kami ke tenda dulu.” Irent dan teman-temannya pun kembali ke tenda mereka. Setelah kejadian itu malam kembali tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments